Kebudayaan PEMBANGUNAN SOSIAL BUDAYA DAN KEHIDUPAN BERAGAMA

Rancangan Awal RPJMN 2015-2019 | 249 kapasitas dan kualitas penyuluh agama, tokoh agama, lembaga sosial keagamaan dan media massa dalam melakukan bimbingan keagamaan kepada masyarakat; dan b peningkatan kegiatan pembinaan dan pemberdayaan umat beragama. 2. Meningkatkan kerukunan umat beragama melalui: a penyelenggaraan dialog antarumat beragama untuk memperoleh pemahaman agama berwawasan multikultur; b pembentukan dan pemberdayaan FKUB di provinsi dan kabupatenkota; c peningkatan kerjasama dan kemitraan antara pemerintah, pemerintah daerah, tokoh agama, lembaga sosial keagamaan, dan masyarakat dalam pencegahan dan penanganan konflik; d penguatan peraturan perundang-udangan mengenai kerukunan umat beragama. 3. Meningkatkan pelayanan kehidupan beragama, melalui: a peningkatan kapasitas dan peran lembaga sosial keagamaan dalam rangka pelayanan dan pengelolaan dana sosial keagamaan; b Peningkatan pengelolaan dan fungsi tempat ibadat; dan c penguatan reformasi birokrasi dalam pelayanan keagamaan untuk menjamin hak beragama masyarakat. 4. Meningkatkan kualitas penyelenggaraan ibadah haji dan umrah melalui: a peningkatan efisiensi, transparansi, dan akuntabilitas penyelenggaraan ibadah haji dan umrah; b peningkatan pemanfaatan setoran awal dana haji agar dapat mengurangi beban Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji BPIH; c peningkatkan Penerimaan Negara Bukan Pajak PNBP dari penyewaan asrama haji di luar musim haji; d peningkatan pengawasan penyelenggaraan haji oleh Komisi Pengawas Haji Indonesia KPHI; dan e peningkatkan pelindungan dan pembinaan jemaah haji. 5. Meningkatkan tata kelola pembangunan bidang agama: a peningkatan efisiensi, transparansi, dan akuntabilitas pelaksanaan program dan kegiatan; dan b peningkatan 250 | Rancangan Awal RPJMN 2015-2019 kualitas kapasitas SDM aparatur pemerintah.

2.3.8 Kesejahteraan Sosial

Arah kebijakan diarahkan pada: Peningkatan inklusivitas penyandang disabilitas yang menyeluruh pada setiap aspek penghidupan, yang dilaksanakan melalui strategi sebagai berikut: Meningkatkan advokasi terhadap peraturan dan kebijakan di tingkat pusat dan daerah untuk mendukung layanan publik dan pelaksanaan program yang lebih inklusif terhadap penyandang disabilitas, termasuk peningkatan proses perencanaan dan penganggaran yang berpihak pada penyandang disabilitas. Rencana Aksi Nasional RAN Penyandang Disabilitas 2014-2019 digunakan sebagai acuan dalam pelaksanaan layanan dasar dan kehidupan bermasyarakat yang lebih inklusif. Pelaksanaan advokasi regulasi di tingkat pusat dan daerah didorong melalui peningkatan sosialisasi terkait pemahaman kepada para pembuat kebijakan di daerah dan pusat, serta peningkatan koordinasi lintas sektor dalam penyusunan dan pelaksanaan regulasi maupun kebijakan yang inklusif bagi penyandang disabilitas, lansia, masyarakat adat dan kelompok masyarakat marjinal lainnya.Mengembangkan fasilitas, mekanisme, dan kapasitas tenaga pelayanan publik agar dapat diakses oleh penyandang disabilitas. Termasuk didalamnya adalah pengembangan standarisasi pelayanan minimum dan kompetensi tenaga pemberi layanan agar lebih sensitif terhadap kebutuhan penyandang disabilitas. Mengembangkan perlindungan sosial melalui skema manfaat bagi penyandang disabilitas miskin berbasis keluarga, pelatihan vokasi, peningkatan kesempatan kerja, serta pemberdayaan ekonomi dan kredit usaha, salah satunya dengan membuka akses layanan keuangan kepada penyandang disabilitas. Sosialisasi, edukasi, dan pengarusutamaan di tingkat masyarakat untuk mendukung sistem sosial dan lingkungan penghidupan yang peduli penyandang disabilitas. Hal ini juga mencakup pengembangan layanan dan rehabilitasi sosial berbasis masyarakat dan edukasi metode pengasuhan yang benar terhadap orang tua yang memiliki anak dengan disabilitas.