Peningkatan Apresiasi Seni dan Kreativitas Karya Budaya

Rancangan Awal RPJMN 2015-2019 | 187

2.1.29 Pelestarian Nilai-Nilai Sejarah dan Warisan Budaya

Warisan budaya bendawi tangible dan bukan bendawi intangible merupakan bagian integral dari kebudayaan secara menyeluruh. Sejarah dan warisan budaya mengandung nilai-nilai inspiratif yang mencerminkan tingginya nilai budaya dan peradaban bangsa yang menjadi kebanggaan nasional. Kebudayaan Indonesia harus dikembangkan guna meningkatkan kualitas hidup, memperkuat kepribadian bangsa dan kebanggaan nasional, memperkukuh persatuan bangsa, meningkatkan pemahaman tentang nilai-nilai kesejarahan dan wawasan kebangsaan serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Untuk itu pemanfaatan nilai sejarah serta pelindungan, pengembangan, pemanfaatan dan aktualisasi nilai dan tradisi warisan budaya terus dilakukan secara berkelanjutan dalam rangka memperkaya dan memperkukuh khasanah budaya bangsa. Pada periode tahun 2010-2014 total tinggalan purbakala yang terdaftar sebanyak 67.865. Dari jumlah tersebut tinggalan purbakala yang telah dilestarikan mencapai 10.235 cagar budaya CB, dilindungi sebanyak 2.400 CB, dan direvitalisasi sebanyak 17 CB diantaranya adalah Situs dan Museum Trinil di Ngawi Jawa Timur, Situs Samudera Pasai di Aceh, Kawasan Keraton Cirebon, Kompleks Makam Sunan Gresik, Kawasan Percandian Muara Jambi, Kawasan Situs Trowulan, Kawasan Situs Gunung Padang, dan Kawasan Jati Gede, Sumedang Jawa Barat. Dari seluruh cagar budaya yang ada, sebanyak 25CB telah ditetapkan secara nasional dan sebanyak 1.000 CBtelah dilakukan pendaftaranregistrasi. Selain itu, juga telah dilakukan revitalisasi 84 unit museum, dan pembangunan 10 unit museum baru termasuk pengembangan Museum Nasional Indonesia yang diharapkan selesai pada tahun 2018. Pada periode tahun 2010-2014 telah dilakukan pencatatan warisan budaya tak benda sebanyak 3.786 kekayaan budaya, diantaranya 77 warisan budaya tak benda tersebut telah ditetapkan secara nasional. Di samping itu, telah pula dilakukan penggalian sumber sejarah melalui 385 kajian dan penulisan 15 buku sejarah. Meskipun hasil-hasil yang dicapai mengalami kemajuan, cagar budaya sebagai warisan budaya yang tersebar di seluruh pelosok tanah air belum sepenuhnya dikelola secara berkualitas. Hal tersebut disebabkan antara lain: a belum tersedianya basis data tentang warisan budaya bendawi dan non bendawi; b belum tertatanya sistem registrasi nasional yang terpadu dan tersistem; c terbatasnya upaya penggalian dan pemanfaatan nilai-nilai yang terkandung dalam warisan budaya; dbelum ditetapkannya peraturan perundangan sebagai turunan UU No.112010 Tentang Cagar Budaya; dane 188 | Rancangan Awal RPJMN 2015-2019 kurangnya apresiasi, pemahaman, komitmen, dan kesadaran tentang arti penting warisan budaya seperti situs, candi, istana, monumen dan tempat bersejarah lainnya yang memiliki kandungan nilai luhur sebagai sarana edukasi dan rekreasi yang dapat menginspirasi berkembangnya budaya kreatif yang memiliki nilai ekonomi berkelanjutan Data BPS menunjukkan perkiraan jumlah penduduk 5 tahun ke atas yang mengunjungi museumsitus peninggalan sejarah selama setahun terakhir di Indonesia sebanyak 5,64 juta orang Susenas 2012. Pada masa yang akan datang pengelolaan warisan budaya perlu menyesuaikan dengan paradigma baru yang berorientasi pada pengelolaan kawasan, peran serta masyarakat, desentralisasi pemerintahan, perkembangan, serta tuntutan dan kebutuhan hukum dalam masyarakat. Dengan demikian, tantangan ke depan adalah meningkatkan kualitas upaya pelindungan, pengembangan, dan pemanfaatan warisan budaya dan meningkatkan apresiasi terhadap warisan budaya, nilai-nilai positif sejarah bangsa dan layanan museum sebagai sarana edukasi dan rekreasi serta melestarikan warisan budaya melalui penggalian dan penulisan.

2.1.30 Peningkatan Promosi, Diplomasi, dan Pertukaran Budaya

Indonesia dengan kebudayaan yang beragam memiliki potensi yang kuat untuk melakukan diplomasi budaya pada tingkat nasional dan internasional. Diplomasi budaya dilakukan sebagai upaya untuk memperkuat dan mempromosikan identitas nasional serta membangun citra bangsa lewat kebudayaan. Di tingkat nasional, diplomasi dan pertukaran budaya menjadi sarana interaksi positif antarwilayah yang bertujuan untuk meningkatkan pemahaman akan kemajemukan dan penghargaan terhadap perbedaan. Sarana yang dapat digunakan untuk melakukan diplomasi dan pertukaran budaya secara nasional antara lain melalui Rumah Budaya Nusantara; penugasan dan pertukaran PNS di seluruh Indonesia, seperti halnya TNI; lomba, festival dan pargelaran seni dan karya budaya. Di tingkat internasional diplomasi budaya dilakukan melalui peningkatan peran kedutaan-kedutaan besar Indonesia di negara-negara sahabat, pengiriman misi kesenian, dan pembangunan Rumah Budaya Indonesia di luar negeri. Selain memperkenalkan dan mempromosikan kebudayaan, kegiatan diplomasi budaya juga dapat meningkatkan pengakuan dan penghormatan dunia internasional terhadap harkat, martabat, serta peran bangsa dan negara. Dengan diplomasi budaya, pemahaman antarnegara dengan masyarakatnya dapat dilakukan melalui pertukaran ide, informasi, seni dan aspek lain seperti bahasa dan tradisi. Diplomasi budaya dapat menjadi salah satu sarana dalam Rancangan Awal RPJMN 2015-2019 | 189 menciptakan stabilitas dan perdamaian dunia. Berbagai upaya yang dilakukan dalam rangka diplomasi budaya telah mengantar karya budaya bangsa memperoleh pengukuhan dari UNESCO yaitu Angklung 2010 sebagai Intangible Cultural Heritage of Humanity dan pengukuhan Tari Saman 2011 dan Noken 2012 sebagai Intangible Cultural Heritage in Need of Urgent Safeguarding; serta Lanskap Budaya Bali Subak sebagai World Cultural Heritage 2012. Pada tahun 2013 telah dirintis pembangunan 6 enam Rumah Budaya Indonesia di 6 negara. Keberadaan dan peran aktif Indonesia di mata internasional semakin diakui oleh negara-negara lain, sehingga pada tahun 2013 Indonesia menjadi tuan rumah penyelenggaraan World Culture ForumWCF di Bali. Forum tersebut menghasilkan Bali Promise yang intinya menyerukan pada negarapemerintah untuk berkomitmen agar mengintegrasikan budaya dalam Agenda Pembangunan yang Berkelanjutan Paska 2015 dan mengukuhkan Indonesia sebagai tuan rumah penyelenggaraan WCF pada tahun-tahun berikutnya.Di samping itu,pada Frankfurt Book Fair 2015, Indonesia merupakan negara pertama di ASEAN yang diundang sebagai tamu kehormatan dalam pameran buku terbesar di dunia tersebut. Pada acara tersebut, Indonesia dapat memperkenalkan budaya dan berbagai kemajuan lain yang dicapai kepada masyarakat Eropa dan dunia. Berbagai upaya untuk melakukan diplomasi budaya telah dilakukan, namun secara umum kuantitas dan kualitas diplomasi dan hubungan kerjasama internasional di bidang kebudayaan belum optimal. Hal tersebut, antara lain ditandai oleh: a terbatasnya pengetahuan masyarakat dunia tentang kekayaan budaya Indonesia sehingga representasi budaya Indonesia di luar negeri dan apresiasi terhadap kebudayaan Indonesia masih terbatas; b terbatasnya pengetahuan masyarakat terhadap kekayaan budaya antardaerah sehingga diperlukan promosi budaya untuk meningkatkan rasa persatuan dan rasa bangga terhadap kekayaan budaya bangsa; c belum adanya sertifikasi sebagai bukti keahlian bagi pelaku budaya sehingga mengakibatkan terbatasnyakeikutsertaan pelaku budaya dari Indonesia pada even budaya di luar negeri. Di samping itu pemanfaatan promosi budaya dengan menggunakan berbagai media baik nasional maupun internasional belum optimal. Tantangan ke depan yang dihadapi adalah meningkatkan promosi budaya antardaerah melalui pengembangan rumah budaya nusantara sebagai sarana promosi dan diplomasi pada tingkat nasional, serta rumah budaya Indonesia di luar negeri, serta meningkatkan kreativitas karya budaya dan pertukaran antarpelaku budaya sebagai sarana diplomasi budaya di dunia internasional.