216
|
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019 kepuasan jemaah haji dari 82,69 persen pada 2013 menjadi
90 persen pada 2019. Meningkatnya kualitas tata kelola pembangunan bidang
agama yang efisien, efektif, transparan dan akuntabel, yang ditunjukkan antara lain dengan hasil audit keuangan
pembangunan bidang agama.
2.2.8 Kesejahteraan Sosial
Secara umum sasaran yang ingin dicapai dalam periode 2015- 2019 adalah meningkatnya akses dan kualitas hidup penyandang
disabilitas dan lansia. Sasaran umum tersebut akan terwujud melalui penciptaan lingkungan yang inklusif bagi penyandang disabilitas dan
lansia yang menyeluruh pada setiap aspek penghidupan, termasuk diantaranya
layanan kesehatan,
pendidikan, administrasi
kependudukan, lingkungan tempat tinggal, dan fasilitas publik lainnya agar lebih ramah dan mudah diakses oleh penyandang disabilitas dan
lansia. Adapun secara khusus, sasaran umum tersebut akan terwujud setelah tercapainya sasaran berikut ini:
Tersedianya akses lingkungan dan sistem sosial yang inklusif bagi penyandang disabilitas
Meningkatnya jumlah kabupatenkota yang memiliki regulasi untuk
pengembangan akses
lingkungan inklusif
bagi penyandang disabilitas dan lansia;
Terbangunnya sistem dan tata kelola layanan dan rehabilitasi sosial yang terintegrasi dan partisipatif melibatkan pemerintah
daerah, masyarakat dan swasta.
2.2.9 Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan
Meningkatnya kapasitas
kelembagaan PUG
dan kelembagaan perlindungan perempuan dari berbagai tindak
kekerasan di tingkat nasional dan daerah, yang diukur dari ketersediaan peraturan perundang-undangan, aturan pelaksanaan
terkait PUG dan kekerasan terhadap perempuan, data terpilah dan data kekerasan
terhadap perempuan,
SDM yang
terlatih, serta
terlaksananya kooordinasi antar-KLSKPD dan antar pusat dan daerah dalam pelaksanaan PPRG serta pencegahan dan penanganan
kekerasan terhadap perempuan.
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
| 217
2.2.10 Perlindungan Anak
Dengan memperhatikan permasalahan, isu strategis, dan tantangan yang dihadapi maka sasaran pembangunan bidang
perlindungan anak tahun 2015 2019 adalah:
Meningkatnya akses dan kualitas layanan kelangsungan hidup, tumbuh dan kembang anak, termasuk anak yang memiliki kondisi
rentan terhadap layanan yang dibutuhkan, seperti anak dari keluarga miskin, ABK, APD, anak di Lapaslembaga pembinaan khusus anak
LPKA, anak di pantiLembaga Kesejahteraan Sosial Anak LKSA, anak korban kekerasan, dan anak di daerah tertinggal, terpencil, dan
perbatasan galciltas. Hal ini antara lain diukur dengan meningkatnya anak yang memiliki akta kelahiran, APK PAUD, APS 7-12 tahun, APS 13-
15 tahun, dan APS 16-17 tahun, cakupan layanan pendidikan inklusifkhusus,
cakupan imunisasi,
partisipasi anak
dalam pembangunan, penyediaan lingkungan ramah anak termasuk sekolah
ramah anak serta ruang kreativitas dan rekreasi. Menguatnya sistem perlindungan anak dari tindak kekerasan,
eksploitasi, penelantaran, dan perlakuan salah lainnya. Hal ini diukur antara lain melalui menurunnya prevalensikasus kekerasan terhadap
anak, jumlah pekerja anak dan anak yang bekerja di dalam bentuk- bentuk pekerjaan terburuk, anak yang berada di lapas danatau
dipenjara bersama dengan orang dewasa, serta perkawinan di usia anak. Disamping itu, juga diukur dari meningkatnya penanganan kasus
ABH berbasis keadilan restorasi restorative justice dan diversi, cakupan anak korban kekerasan yang mendapatkan layanan yang
terpadu dan berkelanjutan, serta pengasuhan anak dalam keluarga dan pengasuhan alternatif pengganti termasuk di dalam proses peradilan.
Meningkatnya efektivitas kelembagaan perlindungan anak, baik di tingkat pusat maupun daerah. Hal ini ditunjukkan antara lain oleh:
meningkatnya ketersediaan dan pemanfaatan datainformasi dalam penyusunan rencana dan anggaran, implementasi, serta pemantuan
dan evaluasi program perlindungan anak; harmonisasi perundang- undangan, kebijakan dan peraturan terkait; kelengkapan ketersediaan
aturan pelaksanaan dari perundang-undangan yang ada; jumlah dan kualitas
tenaga pelaksana
perlindungan anak;
meningkatnya koordinasi antar KementerianLembagaSKPD, antar pusat dan
daerah, serta dengan elemen masyarakat untuk meningkatkan pemahaman dan komitmen dalam pengambilan keputusan; efektivitas
pengawasan terhadap
pelaksanaan perlindungan
anak; dan
meningkatnya penyedia layanan dasar yang berkualitas, ramah anak dan mampu mengidentifikasi kasus terhadap kekerasan anak.