Penguatan Tata Kelola Pendidikan Kesenjangan

178 | Rancangan Awal RPJMN 2015-2019 didasarkan pada basis data tersebut dengan jumlah aktual penerima program, antara lain: penerima BOS, BSM, tunjangan sertifikasi, dan tunjangan khusus guru. Data yang tersedia juga masih belum sepenuhnya konsisten dari tahun ke tahun. Nomor Induk Sekolah Nasional NISN yang seharusnya menjadi identitas utama sekolah seringkali mengalami perubahan, sehingga menyulitkan dilakukannya analisis longitudinal. Pendataan hasil investasi sarana-prasarana pembelajaran yang didanai dari DAK juga belum dapat diperoleh secara utuh dari seluruh kabupatenkota sehingga tidak dapat dimanfaatkan sebagai dasar perencanaan investasi pendidikan. Selanjutnya, data hasil belajar siswa seperti Ujian Nasional belum secara efektif diarahkan sebagai alat evaluasi untuk perbaikan kebijakan-kebijakan selanjutnya. Masih ditemui kendala pelaksanaan kebijakan pendidikan sebagai akibat kurang kuatnya hasil-hasil penelitian kebijakan yang mendasarinya. Penerapan suatu kebijakan harus didasarkan pada bukti-bukti empiris berdasarkan hasil-hasil kajian yang mendalam agar dapat dilaksanakan secara efisien dan efektif. Perbaikan yang dilakukan terhadap kekurangan pelaksanaan kebijakan akan lebih terarah pada akar permasalahan dan tidak hanya sebatas memperbaiki kesalahan yang ditemui. Pelaksanaan Ujian Nasional dan penerapan Pendidikan Menengah Universal merupakan contoh kebijakan yang luas efek sosial dan finansialnya sehingga perlu dipertimbangkan secara lebih matang berdasarkan hasil penelitian yang komprehensif. Kerjasama penelitian antarinstansi dan antartingkat pemerintahan belum dimanfaatkan untuk menghasilkan kebijakan pembangunan pendidikan yang terarah, tepat sasaran, efektif, dengan memanfaatkan semua sumberdaya yang ada; padahal tanpa sinergi yang baik, pemanfaatan anggaran pendidikan di daerah bisa sangat bervariasi yang dapat berakhir pada tidak tercapainya target-target Pemerintah yang telah ditentukan. Dengan melihat permasalahan tersebut, peningkatan tata kelola pendidikan pada 5 tahun ke depan dihadapkan dengan tantangan untuk: i memperkuat dan menyeimbangkan kapasitas tata kelola pada tingkat KabupatenKota; ii memperkuat pengawasan pengelolaan sumber daya keuangan sekolah dan kinerja sekolah; iii meningkatkan fungsi penjaminan mutu di tingkat Provinsi untuk melakukan monitoring upaya peningkatan kualitas sekolah; iv memperkuat kerjasama antar instansi pemerintahan dan lintas jenjang pemerintahan; dan v memperbaiki alur pendanaan yang tumpang tindih untuk meningkatkan koordinasi. Rancangan Awal RPJMN 2015-2019 | 179

D. Perpustakaan 2.1.24 Pengembangan Perpustakaan dan Pembudayaan Gemar

Membaca UU No. 432007 tentang Perpustakaan mengamanatkan bahwa dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa sebagaimana amanat UUD 1945, perpustakaan bertujuan memberikan layanan kepada pemustaka, meningkatkan kegemaran membaca, wahana belajar sepanjang hayat dalam mengembangkan potensi masyarakat agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta bertanggung jawab dalam mendukung penyelenggaraan pendidikan nasional menuju terwujudnya masyarakat unggul, cerdas, kritis dan inovatif yang berbasis pada budaya keilmuan. Sebagai bagian dari masyarakat dunia, perpustakaan ikut serta membangun masyarakat informasi berbasis teknologi informasi dan komunikasi dalam meningkatkan akses informasi dan pengetahuan sebagaimana dituangkan dalam Deklarasi World Summit of Information Society-WSIS, 12 Desember 2003. Dalam rangka mendukung Sistem Pendidikan Nasional sebagaimana diatur dalam UU No. 202003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, perpustakaan merupakan pusat sumber informasi, ilmu pengetahuan, teknologi, kesenian, dan kebudayaan. Peran perpustakaan dalam Sistem Pendidikan Nasional yaitu mendukung pelaksanaan Wajib Belajar 12 tahun dan meningkatnya Angka Melek Aksara penduduk usia 15-44 tahun dan melalui penyediaan bahan bacaan agar warga masyarakat gemar membaca buku. Data Susenas 2012, menunjukan Angka Melek Aksara penduduk usia 15-44 tahun telah mencapai 98 persen. Pada periode tahun 2010-2014, upaya yang telah dilakukan dalam rangka pengembangan perpustakaan dan pembudayaan gemar membaca antara lain a pengembangan layanan jasa perpustakaan dan informasi termasuk diversifikasi layanan berbasis teknologi melalui pengembangan jejaring nasional e-library di 33 provinsi dan 150 kabupaten kota dan layanan 529 mobil perpustakaan keliling serta 7 kapal perpustakaan keliling; b penguatan kelembagaan perpustakaan di daerah antara lain melalui penyusunan standar perpustakaan; penguatan 467 perpustakaan umum kabupatenkota; pengembangan 14.573 perpustakaan desakelurahan; 105 perpustakaan pulau kecil dan terluar; 80 perpustakaan pelabuhan perikanan, 30 perpustakaan desa pesisir, 756 perpustakaan pondok pesantren dan lembaga pendidikan keagamaan lainnya; 215 180 | Rancangan Awal RPJMN 2015-2019 perpustakaan LAPAS, 40 perpustakaan RSUD, 198 perpustakaan puskesmas dan 400 perpustakaan komunitas; c pengembangan koleksi antara lain melalui akuisisi bahan perpustakaan dalam bentuk buku langka, CD, DVD, e-book sebanyak 15.955 judul, e-journal sebanyak 94.105 judul journal, film seluloid, grey literature, kaset audio, kaset video, kliping, lukisan, majalah, mikrofilm, mikrofish, monografi, naskah kuno sebanyak 10.768 naskah, peta, foto, referensi, surat kabar; d pelestarian fisik dan kandungan isi naskah kuno nusantara, pengelolaan karya cetak karya rekam KCKR sebagai tindak lanjut UU Nomor 4 Tahun 1990 tentang Serah Simpan Karya Cetak dan Karya Rekam dan penerbitan ISBN International Standard Book Number dan ISMN International Standard Music Number; e Penerapan sistem manajemen mutu layanan Perpustakaan Nasional RI; f pengembangan perpustakaan dan pembudayaan gemar membaca di pusat, provinsi, kabupatenkota dan desa;g Ditetapkannya dua naskah kuna koleksi Perpustakaan sebagai Ingatan Dunia Memory Of the World oleh UNESCO, yaitu NEGARAKERTAGAMA dan BABAD DIPONEGORO; h terselenggaranya layanan UPT Perpustakaan Proklamator Bung Karno di Blitar dan UPT Perpustakaan Proklamator Bung Hatta di Bukittinggi, dan i ditetapkannya PP No. 242014 tentang Pelaksanaan UU No. 432007 tentang Perpustakaan. Berbagai upaya tersebut telah meningkatkan layanan perpustakaan yang ditandai oleh meningkatnya jumlah pemustaka yang memanfaatkan perpustakaan menjadi 4 juta orang dan meningkatnya jumlah koleksi perpustakaan sebanyak 3,7 juta koleksi pada tahun 2013. Beberapa permasalahan yang masih antara lain a terbatasnya jumlah dan jenis perpustakaan yang dekat dengan masyarakat serta keberagaman koleksi termasuk koleksi digital; b rasio jumlah bahan bacaan masyarakat dengan pertumbuhan jumlah pemustaka masih relatif rendah, kondisi ini ditunjukkan oleh jumlah produksi buku nasional yang diterbitkan rata-rata per tahunsekitar 6.000 judul; c terbatasnya tenaga perpustakaan baik kualitas, kuantitas maupun persebaran; d terbatasnya transkripsi, transliterasi dan alih media naskah kuno dan khasanah budaya nusantara; dan e meningkatnya jumlah pengguna internet selama dasawarsa terakhir pertumbuhannya hampir 50 kali Survei APJII 2013, rata-rata pertumbuhan pertahun meningkat sekitar 5,5 kali. Kondisi ini antara lain mengakibatkan budaya gemar membaca masyarakat belum optimal. Dengan demikian tantangan yang dihadapi adalah mewujudkan perpustakaan sebagai sumber jasa informasi yang mampu menyajikan informasi dengan cepat terutama di bidang ilmu pengetahuan, teknologi dan karya budaya, mengingat adanya kecenderungan masyarakat yang lebih memanfaatkan informasi Rancangan Awal RPJMN 2015-2019 | 181 internet daripada membaca buku teks serta meningkatkan budaya gemar membaca masyarakat.

E. Pemuda dan Olahraga 2.1.25 Peningkatan Partisipasi Pemuda dalam Pembangunan

Pembangunan pemuda memiliki peran penting dalam upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia. UU No. 402009 Tentang Kepemudaan mengamanatkan bahwa pembangunan kepemudaan bertujuan untuk terwujudnya pemuda yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, cerdas, kreatif, inovatif, mandiri, demokratis, bertanggungjawab, berdaya saing, serta memiliki jiwa kepemimpinan, kewirausahaan, kewirausahaan, kepeloporan dan kebangsaan berdasarkan Pancasila dan Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, sehingga pemuda mempunyai fungsi dan peran yang sangat strategis sehingga perlu dikembangkan potensi dan perannya melalui upaya pelayanan kepemudaan yang berfungsi melaksanakan penyadaran, pemberdayaan, dan pengembangan sebagai bagian dari pembangunan nasional. Pemuda merupakan generasi penerus, penanggungjawab dan pelaku pembangunan bangsa di masa depan. Kekuatan bangsa di masa mendatang ditentukan oleh kualitas sumber daya pemuda saat ini. Pemuda merupakan aset bangsa yang potensial untuk menopang produktivitas nasional, terutama terkait dengan pemanfaatan peluang bonus demografi dan ASEAN Economic Community 2015. Untuk menghadapi tuntutan, kebutuhan, tantangan dan persaingan di era global, maka pelayanan kepemudaan terus dilanjutkan dalam dimensi pembangunan di segala aspek kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Berbagai upaya pelayanan kepemudaan yang telah dilakukan pada periode RPJMN II Tahun 2010-2014, telah memberikan landasan untuk memperkukuh karakter dan jatidiri pemuda, serta meningkatkan partisipasi dan peran aktif pemuda dalam pembangunan. Beberapa kegiatan pelayanan kepemudaan yang dilakukan antara lain: 1 penyadaran kader pemuda, yaitu fasilitasi peningkatan wawasan kebangsaan, perdamaian, dan lingkungan hidup, serta fasilitasi peningkatan pendidikan kepramukaan; 2 pemberdayaan kaderpemuda, yaitu: a fasilitasi peningkatan kapasitas di bidang iptek, imtaq, seni dan budaya; dan b fasilitasi pemberdayaan organisasi kepemudaan; dan 3 pengembangan potensi kader pemuda, yaitu: a fasilitasi pelatihan Ketahanan 182 | Rancangan Awal RPJMN 2015-2019 Nasional Pemuda Tannasda; b fasilitasi pelatihan kepemimpinan pemuda; c fasilitasi Pemuda Sarjana Penggerak Pembangunan di Perdesaan PSP3; d fasilitasi pelatihan kewirausahaan pemuda. Meskipun berbagai kemajuan telah dicapai, beberapa permasalahan yang masih dihadapi dalam pembangunan pemuda antara lain: Pertama, karakter dan jati diri pemuda masih rentan terhadap pengaruh negatif globalisasi. Hal ini ditandai dengan penyalahgunaan narkoba, psikotropika, dan zat adiktif lainnya, seks bebas, HIVAIDS, pornografi dan pornoaksi, prostitusi, perdagangan manusia, ancaman menurunnya kualitas moral, konflik sosial, serta hilangnya komitmen dan rasa kebangsaan. Kedua, belum optimalnya pendidikan kepramukaan dalam membentuk kepribadian pemuda yang berakhlak mulia, berjiwa patriotik, taat hukum, displin, menjunjung tinggi nilai-nilai luhur bangsa dan memiliki kecakapan hidup. Ketiga, kepemimpinan dan kepeloporan pemuda masih terbatas yang ditandai dengan sedikitnya pemuda yang menjadi anggota parlemen. Tersendatnya kaderisasi kepemimpinan dan kepeloporan pemuda antara lain disebabkan belum optimalnya peran organisasi kepemudaan, kualitas dan kapasitas pemuda masih rendah yang ditunjukkan oleh pendidikan tertinggi yang ditamatkan 53,27 persen pemuda adalah lulusan SD dan SMP BPS, 2012. Keempat, keterampilan dan kecakapan hidup, serta kemandirian pemuda belum optimal. Potensi pemuda untuk berpatisipasi di bidang ketenagakerjaan terus meningkat. Hal ini ditandai dengan meningkatnya Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja TPAK pemuda dari 62,69 persen pada 2009 menjadi 62,87 persen pada 2012. Namun TPAK pemuda tersebut juga disertai dengan masih tingginya Tingkat Pengangguran Terbuka TPT pemuda sebesar 8,32 persen. Sementara minat pemuda untuk berwirausaha masih rendah yaitu pemuda berwirausaha sendiri 10,90 persen dan berwirausaha dibantu buruh 8,41 persen Statistik Kepemudaan, 2012. Tantangan pembangunan pemuda ke depan antara lain: 1 memperkuat karakter dan jati diri pemuda di era globalisasi; 2 meningkatkan peran aktif dan daya saing pemuda untuk menghadapi peluang bonus demografi dan ASEAN Economic Community 2015; dan 3 meningkatkan peran organisasi kepemudaan dalam pengembangan kepemimpinan dan kepeloporan pemuda. Rancangan Awal RPJMN 2015-2019 | 183

2.1.26 Peningkatan Budaya dan Prestasi Olahraga

Pembangunan olahraga merupakan salah satu pilar untuk memelihara kesehatan dan kebugaran tubuh yang dapat mendukung produktivitas sumber daya manusia. UU No. 32005 Tentang Sistem Keolahragaan Nasional mengamanatkan bahwa mencerdaskan kehidupan bangsa melalui keolahragaan merupakan upaya meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia secara jasmaniah, rohaniah, dan sosial dalam mewujudkan masyarakat yang maju, adil, makmur, sejahtera, dan demokratis berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Di samping itu olahraga dapat pula membangun karakter dan jati diri bangsa melalui nilai-nilai sportivitas, disiplin, dinamis, dan etos kerja keras. Prestasi olahraga dapat mengangkat harkat, martabat dan kehormatan bangsa di mata dunia, mempererat persatuan dan kesatuan bangsa, dan memperkukuh ketahanan nasional. Berbagai upaya pembinaan dan pengembangan olahraga yang telah dilaksanakan pada tahun 2010-2014 dalam rangka mendukung pembudayaan olahraga, antara lain: 1 penyelenggaraan event olahraga massal, tradisional, petualangan, tantangan dan wisata olahraga rekreasi; 2 penyelenggaraan festival olahraga layanan khusus; dan 3 pembinaan dan pengembangan olahraga pendidikan. Adapun upaya untuk mendukung peningkatan prestasi olahraga, antara lain: 1 peningkatan mutu tenaga keolahragaan; 2 penyelenggaraan kejuaraan olahraga single dan multi-event secara berjenjang dan berkelanjutan; 3 pembinaan dan pengembangan olahragawan andalan; dan 4 fasilitasi pengembangan industri olahraga termasuk peningkatan kemitraan dan kerjasama. Pembinaan dan pengembangan olahraga tersebut telah menunjukkan berbagai kemajuan. Hal ini ditandai dengan semaraknya kegiatan keolahragaan di berbagai daerah dan meningkatnya prestasi olahraga pada kejuaraan SEA Games dengan diperolehnya peringkat ke-1 juara umum pada tahun 2011. Begitu pula pada kejuaraan Islamic Solidarity Games 2013 di Palembang, kontingen Indonesia meraih peringkat ke-1 juara umum dengan perolehan medali 36 emas, 35 perak dan 34 perunggu. Selain pada kejuaraan multi-event tersebut di atas, Indonesia mengukir prestasi di berbagai kejuaraan single-event seperti cabang olahraga bulutangkis dan sepak bola pada Kejuaraan ASEAN Football Federation AFF U-19 tahun 2013. Pembangunan olahraga masih dihadapkan pada permasalahan, antara lain: 1 partisipasi masyarakat dalam kegiatan olahraga masih rendah yang ditunjukkan oleh persentase penduduk berumur 10 tahun 184 | Rancangan Awal RPJMN 2015-2019 ke atas yang melakukan kegiatan olahraga pada 2012 sebesar 24,99 persen BPS, 2012; 2 prasarana dan sarana olahraga relatif terbatas. Data Podes 2011 menunjukkan bahwa desa yang memiliki lapangan sepak bola 39.698 desa, bola voli 53.571 desa, bulu tangkis 34.387 desa, bola basket 4.931 desa, tenis 3.575 desa, futsal 3.619 desa, kolam renang 3.809 desa; 3 peran sentra keolahragaan, seperti sekolah khusus olahraga, PPLPPPLM, Puslatda belum optimal dalam pembinaan dan pengembangan olahraga prestasi; 4 SDM keolahragaan yang berkualitas masih terbatas yang terdiri dari pelatih, pembina, dan wasit; 5 apresiasi dan penghargaan masih rendah bagi olahragawan, pembina, dan tenaga keolahragaan yang berprestasi; 6 Iptek keolahragaan belum sepenuhnya dimanfaatkan untuk meningkatkan budaya dan prestasi olahraga; 7 prestasi olahraga pada kejuaraan SEA Games menurun menjadi peringkat ke-4 pada 2013 dari peringkat pertama pada 2011; dan 8 prestasi olahraga pada kejuaraan Asian Games menurun menjadi peringkat ke-16 pada tahun 2014 dari peringkat ke-15 pada tahun 2010. Tantangan pembangunan olahraga ke depan antara lain: 1 meningkatkan kesadaran masyarakat dalam berolahraga; 2 meningkatkan pembibitan dan pengembangan bakat olahragawan berprestasi; 3 meningkatkan sinergi antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah dalam pengelolaan keolahragaan; dan 4 meningkatkan kerja sama dan kemitraan pemerintah dengan dunia usaha dan masyarakat termasuk industri olahraga.

F. Kebudayaan 2.1.27 Penguatan Karakter dan Jati Diri Bangsa

Undang-Undang Dasar 1945 mengamanatkan bahwa negara memajukan kebudayaan nasional di tengah peradaban dunia dengan menjamin kebebasan masyarakat dalam memelihara dan mengembangkan nilai-nilai budayanya. Dinamika masyarakat yang sangat cepat sebagai akibat globalisasi serta kemajuan teknologi komunikasi dan informasi membutuhkan penyesuaian tata nilai dan perilaku. Untuk itu, pemerintah berkewajiban melindungi dan melayani masyarakat dalam memelihara nilai-nilai luhur budaya bangsa agar nilai-nilai budaya tetap menjadi landasan bagi pengembangan karakter dan jati diri bangsa. Pengembangan karakter dan jati diri bangsa juga ditandai oleh terbangunnya modal sosial yang tercermin pada bekerjanya pranata gotong royong, berdayanya masyarakat adat dan komunitas budaya, meningkatnya kepercayaan antarwarga, yang berorientasi untuk Rancangan Awal RPJMN 2015-2019 | 185 menumbuhkan kepedulian sosial dan hilangnya diskriminasi. Pemahaman terhadap nilai-nilai luhur budaya bangsa menjadi landasan untuk memperkuat kebersamaan dan persatuan, toleransi, tenggang rasa, gotong royong, etos kerja, dan menciptakan kehidupan yang harmonis. Hal tersebut merupakan salah satu upaya revolusi mental untuk memperkuat karakter dan jatidiri bangsa. Revolusi mental merupakan bentuk strategi kebudayaan yang berperan memberi arah bagi tercapainya kemaslahatan hidup berbangsa dan bernegara. Hasil-hasil yang dicapai dalam rangka penguatan karakter dan jatidiri bangsa pada periode tahun 2010-2014, berbagai upaya meneguhkan karakter dan jati diri bangsa telah dilakukan, antara lain melalui komunikasi, informasi dan edukasi KIE pembangunan karakter bangsa; internalisasi nilai-nilai budaya, pengetahuan dan teknologi tradisional, serta kearifan lokal yang relevan dengan tata kehidupan bermasyarakat dan bernegara; aktualisasi karya budaya; layanan sensor film serta pembinaan dan pengembangan bahasa. Berbagai upaya tersebut telah meningkatkan pemahaman masyarakat terhadap pentingnya karakter dan jati diri bangsa yang berbasis pada keragaman dan kearifan lokal serta penerapannya dalam kehidupan sehari hari. Adapun permasalahan yang masih dihadapi antara lain: a adanya kecenderungan menurunnya pemahaman, penghayatan dan pengamalan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari; b menurunnya kualitas penggunaan bahasa Indonesia dan rasa cinta terhadap produk dalam negeri; c rendahnya kesadaran akan keberagaman budaya, nilai-nilai kearifan lokal dan penghormatan terhadap adat, tradisi, dan kepercayaan; d menurunnya daya juang dan budaya kerja etos kerja serta sikap tenggang rasa dan toleransi terhadap perbedaan yang dapat memicu terjadinya konflik sosial dan e menguatnya nilai-nilai priomordialisme dan fundamentalisme yang dapat mengancam disintegrasi bangsa. Tantangan yang dihadapi dalam penguatan karakter dan jati diri bangsa adalah meningkatkan kesadaran dan pemahaman masyarakat terhadap pentingnya bahasa, adat, tradisi, dan nilai-nilai kearifan lokal yang bersifat positif sebagai perekat persatuan bangsa dan meningkatkan kemampuan masyarakat dalam mengadopsi budaya global yang positif dan produktif.

2.1.28 Peningkatan Apresiasi Seni dan Kreativitas Karya Budaya

Keragaman seni, karya budaya dan tradisi merupakan kekayaan budaya bangsa yang perlu dipelihara, dilindungi dan dikembangkan oleh masyarakat. Pengembangan seni, karya budaya, dan tradisi memiliki peran penting dalam meningkatkan apresiasi masyarakat dari generasi ke generasi. Untuk itu, perlu diberikan