Perlindungan Pekerja Migran 1. Memperluas Kerjasama dalam rangka melindungi hak dan

+ , - . 0 , - . 1 | 403 e. Memberikan pelatihan investasi usaha mikro bagi TKI dalam rangka persiapan kembali ke tanah air.

4. Memperbesar pemanfaatan Jasa Keuangan bagi Pekerja

a. Rekening Tabungan. Pengenalan rekening tabungan dan efektivitas penggunaan tabungan dapat diperluas bagi setiap pekerja namun dengan meminimalisasi syarat pemenuhan. b. Akses kredit. Mendorong pengembangan penyedia kredit lebih beragam, akan dapat memberikan manfaat bagi pekerja dan anggota rumah tangganya. c. Remitansi. Perluasan jaringan cabang Bank dan ATM bank akan memudahkan rumah tangga pekerja migran untuk menerima remitansi. d. Asuransi. Merancang ulang produk asuransi agar lebih efektif dan memperkenalkan kelas asuransi yang berbeda sebagai pilihan produk asuransi sesuai kemampuan pekerja. Pemerintah pusat dan pemerintah daerah mempunyai tanggung jawab utama dalam perlindungan pekerja migran, terutama yang tergolong kelompok rentan. Kompleksnya persoalan pekerja migran, diperlukan pembagian peran dalam menyelenggarakan penempatan dan perlindungan, antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah, antara pemerintah dengan swasta, dan antara Kemneterianlembaga di pemerintahan pusat.

3.3.14 Jaminan Sosial

Implementasi SJSN ke depan disusun mencakup empat arah kebijakan utama berikut:

1. Arah Kebijakan Pertama: Perluasan Kepesertaan Pekerja Bukan Penerima Upah dan Bukan Pekerja.

Strategi perluasan kepesertaan bertujuan untuk mengurangi hambatan-hambatan yang dialami penduduk, terutama pekerja bukan penerima upah dan bukan pekerja, untuk menjadi peserta jaminan sosial, diantaranya termasuk: a. Pengembangan inovasi metode pendaftaran, pengumpulan iuran, dan pembayaran manfaatklaim agar menjadi lebih sederhana dan mudah, ditandai dengan terbangunnya dan terlaksananya berbagai metode pendaftaran dan pengumpulan iuran yang 404 | 23 45 3 4 6 3 4 7 8 3 9 2:; = ?A B ? C efektif, terutama bagi pekerja bukan penerima upah dan bukan perkerja. b. Formulasi insentif kepesertaan dan optimalisasi pemanfaatan lembagaorganisasi masyarakat, ditandai dengan terlaksananya skema insentifsubsidi parsial dan kerjasama dengan organisasi masyarakat sebagai kader BPJS. c. Intensifikasi sosialisasi dan edukasi masyarakat terkait pentingnya jaminan sosial, ditandai dengan semakin besarnya cakupan kegiatan sosialisasi dan edukasi jaminan sosial yang strategis dan terstruktur. d. Perbaikan pendataan dan registrasi, ditandai oleh semakin meningkatnya jumlah peserta SJSN dan kelengkapan administrasi kependudukan akteKTPKK peserta.

2. Arah Kebijakan Kedua: Integrasi Berbagai Program Jaminan Sosial ke dalam SJSN

Saat ini hampir seluruh pemerintah daerah melaksanakan program Jamkesda. Demikian pula sektor swasta yang belum bergabung dalam BPJS umumnya memiliki skema jaminan kesehatan, kecelakaan kerja, hari tua dan kematian yang dikelola sendiri atau perusahaan asuransi lainnya. Untuk mengurangi resiko dan biaya pengelolaan, serta memastikan manfaat yang terstandar, program-program tersebut diarahkan untuk bergabung ke dalam SJSN. Proses integrasi Jamkesda ke dalam JKN ditargetkan selesai pada 2016, dan untuk jaminan sosial ketenagakerjaan pada 2019. Strategi yang akan dilakukan mencakup: a. Peningkatan advokasi dan sosialisasi, terhadap pemerintah daerah dan sektor swasta untuk bergabung dalam SJSN, ditandai dengan meningkatnya frekuensi sosialisasi Pemerintah Pusat dan BPJS kepada pemerintah daerah dan sektor swasta. b. Penegakkan peraturan kepesertaan jaminan sosial, diantaranya melalui penguatan fungsi pengawasan yang dimiliki oleh Dewan Jaminan Sosial Nasional DJSN, BPJS, serta Otoritas Jasa Keuangan OJK dan Badan Pemeriksa Keuangan BPK. Hal ini ditandai dengan berperan aktifnya unit kepatuhan pada BPJS, bekerjasama dengan pemerintah daerah, dalam melaksanakan monitoring dan penegakkan kepatuhan kepesertaan. DEFG E FH E F EIE J KLM N F O P Q R S O P Q T | 405

3. Arah Kebijakan Ketiga: Peningkatan Layanan dan Manfaat SJSN.

Manfaat manfaat dasar yang disediakan JKN saat ini perlu ditingkatkan untuk memfasilitasi penduduk rentan dengan kebutuhan tertentu, seperti penyandang disabilitas dan lansia. Penyesuaian skema manfaat diperlukan untuk meningkatkan jangkauan kepesertaan dan perlindungan SJSN. Penyesuaian skema manfaat ini dapat dilakukan melalui: a. Perluasan skema program dan paket manfaat JKN bagi penduduk berkebutuhan khusus, ditandai dengan terbangunnya skema jaminan kesehatan bagi penduduk berkebutuhan khusus, seperti lanjut usia dan penyandang disabilitas. b. Mendorong pembangunan sarana dan prasarana layanan kesehatan di wilayah dengan jumlah faskes terbatas, serta membentuk sistem kendali mutu layanan kesehatan, ditandai dengan meningkatnya rasio ketersediaan fasilitas dan tenaga kesehatan terhadap masyarakat, serta tercapainya angka utilisasi yang ideal.

4. Arah Kebijakan Kempat: Peningkatan Kapasitas Institusi dan Manajemen Pelaksanaan SJSN.

Implementasi SJSN harus dilengkapi dengan kapasitas institusi dan manajemen yang baik. Beberapa strategi diantaranya melalui: a. Peningkatan kapasitas dan kemampuan DJSN dalam pelaksanaan fungsinya yang mencakup kajian dan penelitian; kebijakan investasi; koordinasi; monitoring, evaluasi dan pengawasan; serta advokasi dan sosialisasi, ditandai dengan meningkatnya kualitas keluaran DJSN dalam pelaksanaan fungsi-fungsinya. b. Peningkatan manajemen pelaksanaan program jaminan sosial melalui peningkatan kapasitas BPJS Kesehatan dan Ketenagakerjaan, ditandai dengan meningkatnya kepuasan peserta program SJSN. c. Pembangunan sistem monitoring dan evaluasi terpadu jaminan sosial untuk menjaga kesinambungan program dan finansial. Hal ini ditandai dengan: - Terbangun dan berfungsinya sistem monitoring dan evaluasi terpadu SJSN, yang terkait dengan sistem perencanaan pembangunan dan penganggaran; dan