Peningkatan Kualitas Pelayanan Kehidupan Beragama

Rancangan Awal RPJMN 2015-2019 | 195 masih perlu ditingkatkan. Saat ini, lama rata-rata daftar tunggu jemaah haji secara nasional mencapai 12 tahun, menurut data Kementerian Agama, hingga bulan April 2013 telah tercatat 2,2 juta calon haji; 2 masih adanya permasalahan yang berkaitan dengan Kelompok Bimbingan Ibadah Haji Dan Umrah KBIH dan Penyelenggara Ibadah Haji Khusus PIHK; 3 masih terdapat kabupaten yang belum menggunakan Siskohat terutama di daerah pemekaran; dan 4 kualitas pembinaan dan pelayanan kepada jemaah haji masih belum optimal. Dengan demikian tantangan yang dihadapi adalah meningkatkan transparansi dan kualitas pelayanan, pengelolaan dana haji, dan pembinaan terhadap jemaah haji dan umrah.

2.1.36 Peningkatan Kualitas Tata Kelola Pembangunan Bidang Agama

Peningkatan kualitas pelayanan publik meliputi perbaikan pada aspek kelembagaan organisasi, aspek ketatalaksanaan, dan SDM aparatur semakin baik. Peningkatan kualitas tata kelola pembangunan dimaksudkan agar penyelenggaraan pembangunan bidang agama dapat lebih efektif dan efisien, akuntabel, dan transparan. Beberapa capaian dalam tata kelola pembangunan bidang agama antara lain: 1 meningkatnya penerimaan PNBPBLU; 2 meningkatnya kualitas sistem rekrutmen pegawai; 3 tersusunnya SOP untuk pelayanan publik; 4 terbentuknya Unit Layanan Pengadaan ULP; dan 5 mulai terlaksananya aplikasi monitoring pelaksanaan anggaran secara online Elektronik Monitoring Pelaksanaan Anggarane-MPA sebagai instrumen monitoring pelaksanaan program dan anggaran. Tata kelola pembangunan bidang agama telah menunjukkan kemajuan namun masih menghadapi permasalahan, antara lain: 1 penyusunan kerangka kebijakan yang masih belum sepenuhnya dapat memayungi pelaksanaan kebijakan agar berjalan efisien, efektif, transparan, dan akuntabel; 2 tindak lanjut upaya perbaikan yang masih belum sepenuhnya dapat dilaksanakan; dan 3 implementasi aplikasi e-MPA yang masih belum sepenuhnya dapat menjadi salah satu tolok ukur pengukuran pelaksanaan kinerja dan anggaran. Dengan demikian tantangan yang dihadapi adalah meningkatkan kualitas kelembagaan organisasi, ketatalaksanaan, dan SDM aparatur serta meningkatkan peran aktif masyarakat dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembangunan bidang agama. 196 | Rancangan Awal RPJMN 2015-2019

H. Kesejahteraan Sosial 2.1.37 Kesejahteraan Sosial

Kelompok penduduk penyandang disabilitas dan lanjut usia lansia memiliki hak dan potensi untuk berkontribusi dalam pembangunan. Penyandang disabilitas dengan dukungan alat bantu misalnya, memiliki peluang yang sama besar untuk bekerja dan berperan aktif dalam kegiatan ekonomi. Status kesehatan yang senantiasa baik juga akan menyebabkan masa produktif seseorang lebih panjang, bahkan saat memasuki usia lanjut. Jika akses dan berbagai kesempatan ini diciptakan, maka penyandang disabilitas dan lanjut usia dapat hidup mandiri. Amanat konstitusi mendorong Pemerintah untuk memenuhi hak-hak setiap penduduk, tidak terkecuali penyandang disabilitas. Pemerintah Indonesia telah meratifikasi Konvensi PBB mengenai Hak- Hak Penyandang Disabilitas melalui Undang-Undang No. 19 tahun 2011 tentang Pengesahan Convention on the Rights of Persons with Disabilities CRPD. Hal ini menjadikan Indonesia sebagai bagian dari masyarakat global yang berkomitmen melakukan segala upaya untuk merealisasikan penghapusan segala bentuk diskriminasi dan menjamin partisipasi penyandang disabilitas dalam setiap aspek kehidupan, seperti akses terhadap layanan dasar pendidikan; kesehatan; transportasi; lingkungan tempat tinggal yang layak; perlindungan sosial dan mitigasi bencana; kesempatan kerja dan berusaha; hukum dan politik; informasi dan komunikasi; serta penerimaan di masyarakat. Sejalan dengan peningkatan usia harapan hidup, dalam waktu sekitar 10 tahun lagi jumlah lansia secara bertahap akan meningkat. Menuanya struktur kependudukan ageing terjadi di provinsi yang penurunan tingkat fertilitasnya cepat atau KB berhasil, seperti di Provinsi DI Yogyakarta dan Jawa Timur. Peningkatan jumlah penduduk lansia akan membawa dampak terhadap sosial ekonomi dalam keluarga, masyarakat dan pemerintah. Namun demikian, penyandang disabilitas dan lansia sering menghadapi resiko kerentanan karena belum adanya kebijakan yang terstruktur, masif dan berpihak. Berdasarkan Sensus Penduduk 2010, saat ini terdapat 10,6 juta penduduk penyandang disabilitas. Sedangkan lansia di Indonesia berjumlah sekitar 18 juta jiwa. Namun banyak dari mereka yang sering menghadapi tantangan dalam peningkatan kesejahteraan dan berusaha. Layanan publik dan dan lingkungan masyarakat yang tidak inklusif juga sering menghambatnya