194
|
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019 pelayanan keagamaan dan kesenjangan pelayanan keagamaan
antarwilayah. Tantangan ke depan adalah meningkatkan fasilitasi pelayanan kehidupan beragama yang berkualitas dan penguatan
lembaga sosial keagamaan dengan dukungan tata kelola yang efektif, efisien, transparan dan akuntabel.
2.1.35 Peningkatan Kualitas Penyelenggaraan Ibadah Haji dan Umrah
Sesuai amanat UU No. 132008 tentang Penyelenggaraan Ibadah haji, dan PP No. 792012 tentang Pelaksanaan UU No. 132008,
pemerintah berkewajiban melakukan pembinaan, pelayanan, dan perlindungan dengan menyediakan berbagai layanan administrasi
pendaftaran, bimbingan manasik dan perjalanan haji, dokumen perjalanan, transportasi udara dan darat baik di dalam negeri maupun
di Arab Saudi, pelayanan akomodasi dan konsumsi baik di Tanah Air maupun di Arab Saudi, pelayanan kesehatan baik sebelum
keberangkatan, selama di perjalanan, selama di Arab Saudi maupun saat kembali ke Tanah Air, dan keamanan serta perlindungan bagi
jemaah haji. Selanjutnya untuk penyelenggaraan ibadah haji khusus dan penyelenggaraan perjalanan ibadah umrah dilakukan oleh
masyarakat,
sedangkan pemerintah
melakukan pengaturan,
pengawasan, dan pengendalian. Upaya yang telah dilaksanakan selama ini antara lain adalah:
a pemanfaatan
setoran awal
untuk mengurangi
Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji BPIH; b peningkatan kualitas
akomodasi di dalam negeri seperti perbaikan asrama haji, ketepatan waktu keberangkatan, katering, transportasi terutama untuk jemaah
yang menggunakan embarkasi transit; c peningkatan akomodasi di Arab Saudi seperti perbaikan kualitas pemondokan dan dengan radius
yang semakin dekat dengan Masjidil Haram, katering, transportasi darat;
d pengembangan
sistem pendaftaran
pada Sistem
Komputerisasi Haji Terpadu Siskohat. Berbagai upaya tersebut menunjukkan bahwa penyelenggaraan ibadah haji dan umrah sudah
semakin membaik yang antara lain ditandai oleh Indeks Kepuasan Jemaah Haji 1434 Hijriyah2013 Masehi yaitu 82,69 persen, meningkat
dibandingkan tahun sebelumnya yaitu 81,32 persen BPS. Selain itu menurut versi World Hajj and Umrah Convention WHUC pada tahun
2013 Indonesia juga meraih predikat sebagai penyelenggara haji terbaik dunia.
Beberapa permasalahan yang dihadapi dalam upaya peningkatan kualitas penyelenggaraan ibadah haji dan umrah, antara
lain: 1 transparansi informasi daftar tunggu bagi calon jemaah haji
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
| 195
masih perlu ditingkatkan. Saat ini, lama rata-rata daftar tunggu jemaah haji secara nasional mencapai 12 tahun, menurut data
Kementerian Agama, hingga bulan April 2013 telah tercatat 2,2 juta calon haji; 2 masih adanya permasalahan yang berkaitan dengan
Kelompok Bimbingan Ibadah Haji Dan Umrah KBIH dan Penyelenggara Ibadah Haji Khusus PIHK; 3 masih terdapat
kabupaten yang belum menggunakan Siskohat terutama di daerah pemekaran; dan 4 kualitas pembinaan dan pelayanan kepada jemaah
haji masih belum optimal. Dengan demikian tantangan yang dihadapi adalah meningkatkan transparansi dan kualitas pelayanan, pengelolaan
dana haji, dan pembinaan terhadap jemaah haji dan umrah.
2.1.36 Peningkatan Kualitas Tata Kelola Pembangunan Bidang Agama
Peningkatan kualitas pelayanan publik meliputi perbaikan pada aspek kelembagaan organisasi, aspek ketatalaksanaan, dan SDM
aparatur semakin baik. Peningkatan kualitas tata kelola pembangunan dimaksudkan agar penyelenggaraan pembangunan bidang agama
dapat lebih efektif dan efisien, akuntabel, dan transparan. Beberapa capaian dalam tata kelola pembangunan bidang agama antara lain: 1
meningkatnya penerimaan PNBPBLU; 2 meningkatnya kualitas sistem rekrutmen pegawai; 3 tersusunnya SOP untuk pelayanan
publik; 4 terbentuknya Unit Layanan Pengadaan ULP; dan 5 mulai terlaksananya aplikasi monitoring pelaksanaan anggaran secara online
Elektronik Monitoring Pelaksanaan Anggarane-MPA
sebagai instrumen monitoring pelaksanaan program dan anggaran.
Tata kelola pembangunan bidang agama telah menunjukkan kemajuan namun masih menghadapi permasalahan, antara lain: 1
penyusunan kerangka kebijakan yang masih belum sepenuhnya dapat memayungi pelaksanaan kebijakan agar berjalan efisien, efektif,
transparan, dan akuntabel; 2 tindak lanjut upaya perbaikan yang masih belum sepenuhnya dapat dilaksanakan; dan 3 implementasi
aplikasi e-MPA yang masih belum sepenuhnya dapat menjadi salah satu tolok ukur pengukuran pelaksanaan kinerja dan anggaran. Dengan
demikian tantangan yang dihadapi adalah meningkatkan kualitas kelembagaan organisasi, ketatalaksanaan, dan SDM aparatur serta
meningkatkan
peran aktif
masyarakat dalam
perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembangunan bidang agama.