| 313
membebani konsumen dan menekan margin keuntungan petani.
TABEL 3.9 KOEFISIEN VARIASI HARGA ANTAR WAKTU DAN ANTAR WILAYAH
BEBERAPA BAHAN KEBUTUHAN POKOK 2009 - JUNI 2014
¡ ¢ £ ¤
¥¢ ¢ ¦§
¢ £ ¨ ©¦ ª
¢ £ «© ¬ ©¦
¬ © ¦
« ¨
® ©¯ °©±±
¢ ¦©
²
2.
Belum optimalnya aktivitas perdagangan dalam negeri .
Kapasitas pelaku usaha domestik yang masih terbatas dan ebagian besar masih bersifat informal merupakan salah satu faktor yang
menyebabkan belum optimalnya aktivitas perdagangan dalam negeri. Sementara itu, masih terbatasnya pemanfaatan sistem
perdagangan non konvensional --seperti perdagangan melalui sistem elektronik -- menjadi salah satu tantangan bagi Indonesia
untuk dapat menjadikan sistem perdagangan non konvensional
³ ´
µ ¶·
Beras Medium
Bawang Merah
Telur Ayam
Ras Cabe
Merah Keriting
Susu Kental
Manis Daging
Ayam Broiler
Daging Sapi
Minyak Goreng
Curah Tepung
Terigu Gula
Pasir Lokal
Jagung Kedelai
Impor
2010 14,8
32,9 20,1
40,7 4,9
16,5 13,1
13,8 10,8
10,0 27,5
17,2 2011
14,7 30,9
15,5 49,6
7,6 15,5
12,3 13,9
10,4 8,2
24,4 18,6
2012 12,7
27,4 15,0
32,3 9,2
18,1 14,1
13,8 10,6
10,3 23,7
19,6 2013
11,9 41,6
15,3 28,8
11,1 21,1
12,8 13,3
12,4 9,5
22,8 17,8
2014 13,7
28,9 17,4
43,4 11,7
21,5 12,6
9,7 13,8
11,0 25,2
13,2 2010
7,0 24,1
7,7 34,9
2,0 10,8
3,1 7,0
2,1 5,6
7,9 4,8
2011 5,8
23,0 7,0
44,4 2,3
7,5 2,9
5,6 1,8
3,6 6,5
3,8 2012
3,4 15,7
6,0 23,3
2,3 7,8
6,2 5,9
2,3 8,0
5,5 7,1
2013 2,6
36,4 7,9
21,8 3,7
11,5 4,2
4,7 4,7
2,7 4,8
7,2 2014
2,4 17,0
6,9 30,2
4,3 7,8
1,5 3,1
2,9 2,2
4,3 2,4
Koefisien Variasi Antar Waktu
Koefisien Variasi Antar Wilayah
314
|
¸¹ º» ¹
º ¼ ¹ º
½ ¾ ¹
¿ ¸ÀÁ ÂÃ
Ä ÅÆÇ È
ÄÅÆ É
sebagai motor penggerak aktivitas perdagangan dalam negeri. Pertumbuhan transaksiperdagangan ritel melalui sistem elektronik
business to consumerB2C e-commerce dunia akan semakin meningkatdan
Indonesia diperkirakan
akan mengalami
pertumbuhan tertinggi
dibandingkan negara-negara
lain sebagaimana diperlihatkan pada Gambar III.17.
GAMBAR 3.19 PROYEKSI PERTUMBUHAN BUSINESS TO CONSUMER B2CE-COMMERCE
TAHUN 2013-2017
ÊËÌ Í ÎÏ ÐÎÑ Ò
Ï Ó
ÎÔÎÏ ÕÖ ÒÓ
×Î × Õ Ò
Ï ÖØ Ô Ô ÙÐÚ Ú Û
w w
ÜÝÞßÎ ×àÒ ß áàÒ×Òàà
Î Ü â
z
Ú ã Òá
Î ×Ú äÎ
w
×å Ô ÎÌ ÜÒ× Ù
x?ItemID=29 575
Hal ini sejalan dengan hasil riset Asosiasi E-commerce Indonesia IdEA yang menyebutkan bahwa pasar online shopping Indonesia pada
tahun 2013 adalah sebesar 8 milyar USD dan diperkirakan akan berkembang tiga kali lipat pada tahun 2016 menjadi sebesar 25 milyar USD. Berdasarkan
hasil survey tersebut juga diungkapkan pula bahwa pengusaha online shopping termotivasi karena tingginya potensi konsumen online dan mampu
dalam memberikan harga yang lebih kompetitif. Konsumen merasa nyaman belanja online karena lebih menghemat waktu, terdapatnya fasilitas
pengantaran, dan lebih mudah membandingkan antar produk yang tersedia.
Namun demikian, sebagian konsumen juga merasa tidak yakin atas kualitas produk yang ditawarkan, ragu-ragu terhadap keandalan keamanan
transaksi on-line terutama dari sisi keuangan, serta tidak puas jika tidak bersentuhan langsung dengan barang yang akan dibeli. Potensi ini tentunya
perlu didukung oleh regulasi yang tepat.
3. Masih rendahnya minat masyarakat terhadap produk domestik.
æçèé ç èê ç è
çëç ì íîï
ð è
ñ ò ó ô õ
ñ ò ó ö
| 315
Kurang baiknya citra kualitas produk domestik yang kemudian diperburuk dengan perilaku konsumen Indonesia yang lebih menyukai
produk yang berkesan impor menyebabkan masyarakat kurang meminati produk domestik sehingga mengurangi insentif pelaku usaha
untuk menjadi produsen barang di pasar domestik.
4. Belum optimalnya upaya pelindungan konsumen. Pelindungan
konsumen di Indonesia masih terkendala dengan jumlah dan kapasitas lembaga pelindungan konsumen, tingkat kesadaran masyarakat dan
produsen, terbatasnya upaya tertib ukur, dan belum efektifnya implementasi sistem dan perangkat regulasi pelindungan konsumen.
Undang-undang No 7 tahun 2014 tentang Perdagangan telah mengamanatkan pelaku usaha yang memperdagangkan barangjasa dengan
sistem elektronik agar memberikan data dan informasi secara lengkap dan benar yang meliputi: i identitas pelaku usaha, ii spesifikasi teknis
barangjasa yang ditawarkan, iii harga dan cara pembayaran barangjasa, dan iv cara penyerahan barang. Perselisihan dalam perdagangan dengan
sistem elekronik dapat diselesaikan melalui pengadilan atau mekanisme lainnya dan pelaku usaha yang melanggar dapat dikenai sanksi administratif
berupa pencabutan izin. Undang-undang tersebut juga mengamanatkan disusunnya peraturan pemerintah yang mengatur secara lebih detil terkait
perdagangan dengan sistem elekronik. Selanjutnya, perlu dirumuskan aturan pelaksana yang tepat dan implementasi yang efektif guna mendorong
peningkatan aktivitas perdagangan dan menjamin pelindungan konsumen.
Selanjutnya, menurut Undang-undang No. 8 tahun 1999 terdapat 3 lembaga yang terkait pelindungan konsumen, yaitu: i Badan Perlindungan
Konsumen Nasional BPKN yang berfungsi memberikan saran dan pertimbangan
kepada pemerintah
dalam upaya
mengembangkan perlindungan konsumen di Indonesia, ii Badan Penyelesaian Sengketa
Konsumen BPSK di kabupatenkota yang berfungsi menyelesaikan sengketa konsumen di luar pengadilan, dan iii Lembaga Perlindungan
Konsumen Swadaya Masyarakat LPKSM yang dapat melakukan sosialisasi dan advokasi kepada konsumen.
Sampai dengan awal 2014 jumlah BPSK yang terbentuk melalui Keputusan Presiden berjumlah 124 BPSK. Dari 124 BPSK tersebut hanya 71
BPSK yang telah memiliki anggota berdasarkan Keputusan Menteri Perdagangan dan sisanya baru memiliki anggota sekretariat. Hal ini
menunjukan bahwa hanya terdapat sekitar 13,9 persen kabupatenkota di Indonesia yang memiliki BPSK yang sudah operasional.
Kemudian, dari hasil survey BPKN di tahun 2011 diketahui hanya 35,8 konsumen yang bahwa bahwa memiliki hak atas advokasi,
316
|
÷ø ùú ø
ù û ø ù
ü ý ø
þ ÷ÿ
perlindungan dan upaya penyelesaian sengketa dan hanya sejumlah 11,3 yang mengetahui bahwa hak tersebut dijamin dengan Undang-Undang.
Sedangkan berdasarkan hasil survey tahun 2012, diketahui bahwa 60-80 responden telah mengetahui keberadaan Undang-undang No. 8 tahun 1999
dengan beberapa aspeknya serta hanya 65 responden konsumen tidak mengetahui aspek klausula baku ketika mengkonsumsi jasa.Walaupun
secara kuantitas sulit untuk membandingkan kedua hasil survey dengan responden tidak sama, namun secara umum terdapat kecenderungan
perbaikan kesadaran masyarakat akan hak dan kewajiban mereka terkait pelindungan konsumen yang perlu terus ditingkatkan.
3.1.12 Peningkatan Daya Saing Ekspor
Pada awal periode RPJMN 2009-2014, pertumbuhan ekspor Indonesia menunjukkan capaian yang sangat baik yaitu masing-masing 35,5 persen
dan 28,9 persen di tahun 2010 dan 2011. Di tahun-tahun berikutnya, krisis keuangan yang melanda Eropa dan Amerika Serikat yang merupakan pasar
tujuan ekspor utama Indonesia telah menyebabkan turunnya permintaan dan harga komoditas di pasar internasional. Sebagai akibatnya maka nilai
ekspor non-migas Indonesia mengalami penurunan dari 162,0 miliar USD di tahun 2011 menjadi 153,1 miliar USD dan 149,9 miliar USD di tahun 2012
dan 2013 sehingga ekspor tumbuh negatif sebesar -6,6 persen, -3,9 persen, dan -2,5 persen pada tahun 2012, 2013 dan Semester-I 2014.
Penurunan nilai ekspor ini mengakibatkan defisit neraca perdagangan Indonesia di tahun 2012, 2013 dan Semester I 2014 masing-masing sebesar -
1,7 milyar USD, -4,1 milyar USD dan -1,1 milyar USD sebagaimana diperlihatkan pada Tabel III.10. Namun demikian, walaupun neraca
perdagangan barang mengalami defisit, neraca perdagangan non-migas masih mengalami surplus.
| 317
TABEL 3.10 Nilai dan Pertumbuhan Ekspor Dan Impor Indonesia
2010 SD Semester-I 2014 2010
2011 2012
2013 Semester-I
2014
Nilai miliar USD Nilai Ekspor
157,8 203,5
190,0 182,5
88,8 Nilai Impor
135,7 177,4
191,7 186,6
90,0 Neraca Perdagangan
Barang 22,2
26,1 -1,7
-4,1 -1,1
Nilai Ekspor Non-MigaS 129,8
162,0 153,1
149,9 73,1
Nilai Impor Non- Migas 108,3
136,7 149,1
141,4 68,2
Neraca Perdagangan Non- migas
21,5 25,3
3,9 8,6
5,0 Nilai Ekspor Migas
28,0 41,5
37,0 32,6
15,7 Nilai Impor Non- Migas
27,4 40,7
42,6 41,3
21,8 Neraca Perdagangan migas
0,6 0,8
-5,6 -8,7
-6,1 Pertumbuhan
Pertumbuhan Ekspor 35,5
28,9 -6,6
-3,9 -2,5
Pertumbuhan Impor 40,1
30,8 8,0
-2,6 -4,7
Pertumbuhan Ekspor Non- Migas
33,1 24,8
-5,5 -2,0
-2,1 Pertumbuhan Impor Non-
Migas 39,1
26,3 9,1
-5,2 -5,7
Pertumbuhan Ekspor Migas
47,4 47,9
-10,8 -11,8
-3,9 Pertumbuhan Impor Migas
44,4 48,5
4,6 -3,0
-1,4
Adapun isu strategis yang dihadapi oleh Bangsa Indonesia ke depan terkait dengan peningkatan ekspor barang dan jasa adalah sebagai berikut:
1. Sebagian besar ekspor merupakan komoditas. Saat ini ekspor
Indonesia masih didominasi oleh komoditas sehingga akan rentan fluktuasi harga internasional. Sementara itu, harga komoditas kedepan
diperkirakan akan menurun sehingga berpotensi akan menurunkan nilai ekspor Indonesia.
Dominasi produk komoditas ini disebabkan karena masih terbatasnya kontribusi produk industri yang ditujukan untuk ekspor yang antara lain
diakibatkan oleh rendahnya daya saing dan penetrasi produk
318
|
+, + -
+ .
12 34 5 678
9 567 :
manufaktur Indonesia di pasar dunia. Pangsa ekspor produk manufaktur terhadap total ekspor Indonesia pada periode 2010-2014 masih dalam
rentang 34 41 persen sebagaimana ditampilkan pada Tabel III.11.
TABEL 3.11 PANGSA EKSPOR PRODUK MANUFAKTUR
Uraian Komposisi di Tahun
2010 2011
2012 2013
2014
1 Primer
62,6 65,8
63,6 62,1
59,0 2
Manufaktur 37,4
34,2 36,4
37,9 41,0
; =
? A B? =
? CD
? E F
C G? H
F I F
CI FC J
KG; H
E L MF N
2. Masih rendahnya tingkat diversifikasi pasar tujuan ekspor.
Saat ini lebih dari 50 persen ekspor Indonesia ditujukan ke pasar utama, yaitu: Jepang, China, Singapore, Amerika Serikat, dan India
Tabel III.12, sehingga akan rentan terhadap fluktuasi kondisi ekonomi dan perubahan kebijakan di negara tujuan ekspor ut ama
tersebut.
TABEL 3.12 Pangsa Ekspor Indonesia Ke Negara Tujuan Ekspor Utama
No Tujuan Ekspor
Pangsa Ekspor
2010 2011
2012 2013
1 Jepang
16,3 16,6
15,9 14,8
2 China
9,9 11,3
11,4 12,4
3 Singapura
8,7 9,1
9,0 9,1
4 Amerika Serikat
9,1 8,1
7,8 8,6
5 India
6,3 6,6
6,6 7,1
Total 50,3
51,7 50,7
52,0
OPQ R ST U
w w
w
VWTXY S Q X ZV
[ T\ Y]
[X_
Selanjutnya, walaupun dalam satu dekade terakhir terjadi peningkatan pangsa ekspor Indonesia ke beberapa negara bukan tujuan
ekspor utama seperti negara-negara di kawasan Timur Tengah, Afrika dan Amerika Latin serta telah terjadi penurunan pangsa ekspor ke
Amerika Serikat dan Eropa, namun peningkatan tersebut masih relatif kecil sebagaimana ditunjukan pada Tabel III.13.