Re-Industrialisasi yang Berkelanjutan EKONOMI

ÜÝÞß Ý Þà Ý Þ ÝáÝ â ãäå æ Þ ç è é ê ë ç è é ì | 291

2. Populasi dan Struktur Industri Lemah

Data statistik industri sedang dan besar SI serta statistik industri kecil, kerajinan, dan rumah tangga IKKR untuk tahun 2011 menunjukkan postur populasi industri, lihat Table III.3. Jumlah industri berskala menengah sebesar 23,370 termasuk sangat sedikit. Sedangkan industri berskala mikro mencapai 2,5 juta unit atau mencapai 99 persen dari total populasi dan dengan jumlah ini hanya menyumbang sekitar 8 persen dari nilai yang tercipta seluruh sektor industri. Di samping ketimpangan jumlah, industri mikro, kecil dan menengah sangat sedikit yang terkait dengan industri besar. Sebagai illustrasi, industri kendaraan roda-4 dan roda-2 hanya memiliki pemasok hanya sampai lapis 3 tier 1, 2 dan 3 yang umumnya berskala besar. TABEL 3.3 POSTUR POPULASI USAHA TAHUN 2011 SKALA USAHA PERUSAHAAN Mikro Naker5 2,554,787 Kecil 5=Naker20 424,284 Sedang 20=Naker100 16,295 Besar Naker =100 7,075 í îï ð ñ ò ó ô õö ÷ øù ú ûü ý Industri mikro dan kecil diharapkan tumbuh makin besar dan meningkat menjadi industri menengah dan besar. Statistik IKKR menunjukkan bahwa pemilik dari sekitar 2,97 juta perusahaan industri mikro dan kecil, 98 berpendidikan SLTA ke bawah. Artinya yang berpendidikan D1 ke atas hanya sekitar 2. Pada pada usaha skala ini keahlian þ ÿ ÿ dan kepemilikan þÿ ÿ ÿ ada di tangan satu orang. Artinya, dengan tingkat pendididikan pemilik usaha yang demikian, kemampuan menyerap pengetahuan dan teknologi yang dibutuhkan untuk mengembangkan usaha sangat kecil. Karena IKKR dalam lima tahun ke depan, tidak dapat diharapkan sebagai basis penumbuhan populasi industri berskala besar dan sedang maka tantangan pembangunan industri kedua adalah 292 |

3. Bahan mentah diekspor sementara bahan setengah jadi diimpor.

Indonesia memiliki kekayaan alam yang melimpah yang secara umum dibagi atas dua bagian, yaitu hasil-hasil sektor pertanian dan sektor pertambangan mineral. Hingga tahun 2013, potensi ekonomi dari komoditi primer hasil kekayaan alam Indonesia belum termanfaatkan secara optimal. Komoditi primer diekspor langsung ke pasarglobal tanpa melalui proses penambahan nilai. Dengan potensi sumber daya alam yang dimiliki Indonesia sedemikian besar, maka seharusnya potensi ini bisa dimanfaatkan semaksimal mungkin. Jika bisa dikembangkan dengan baik maka implikasinya adalah lahirnya industri-industri pengolahan. Dengan terjadinya pertumbuhan sektor industri maka perekonomian pun akan semakin tumbuh da dapat membuka lapangan kerja sebanyak-banyaknya.

4. Ketergantungan pada impor tinggi

Gambar III.7 menunjukkan eksposure industri nasional kepada pasar global, yang ditunjukkan oleh seberapa besar dari produk industri yang diekspor dan seberapa besar bahan baku atau bahan setengah jadi yang diimpor. Semakin tinggi porsi ekspor dan impornya, maka eksposurenya ke pasar global juga makin tinggi, makin sensitif terhadap gejolak perekonomian global. Tantangan 2 : Mendorong investasi di sektor industri untuk meningkatkan jumlah populasi industri berskala besar dan menengah. Tantangan 3 : Mendorong investasi industri untuk mengolah bahan mentah dari pertanian dan pertambangan sektor primer menjadi produk bernilai tambah tinggi hilirisasi + , - . + , | 293 GAMBAR 3.7 EKSPOSURE INDUSTRI NASIONAL PADA PASAR GLOBAL TAHUN 2011 0 12 3 4 5 670 8 9: ; = Dari eksposure ke pasar global, menunjukkan bahwa industri dalam negeri sangat tergantung pada bahan baku, komponen dan sub- assembly dari luar negeri. Dengan demikian tantangan pembangunan industri ke depan adalah:

5. Produktivitas Rendah

Produktivitas industri yang diukur dengan besarnya nilai tambah per tenaga kerja untuk kelompok-kelompok industri. Gambar III.8 menunjukkan urutan kelompok industri dari kelompok dengan produktivitas terbesar hingga terendah. Tantangan 4: Mendorong investasi industri yang menghasilkan bahan baku, bahan setangah jadi, komponen, dan sub-assembly untuk mengurangi ketergantungan ke pasar global. 294 | ? AB A C A D E F ?GH IJ K LMN O KLM P GAMBAR 3.8 NILAI TAMBAH PER TENAGA KERJA MENURUT KELOMPOK INDUSTRI TAHUN 2011 Q RS T U V W XY Q Z [\ ] _` Produktivitas dapat dipengaruhi oleh: 1 cakupan rantai nilai yang dikuasai oleh perusahaan; 2 nilai dari produk yang dihasilkan; dan 3 efisiensi proses produksi. Sehingga tantangan pembangunan industri ke depan adalah:

6. Industri Terkonsentrasi di Pulau Jawa dan Sumatera

Ketersediaan sarana dan prasarana di tambah lagi dengan besarnya penduduk yang menjadi pasar, Pulau Jawa telah lama menjadi pusat pengembangan industri. Itu sebabnya hingga tahun 2011, penumbuhan usaha industri paling tinggi di Pulau Jawa dan berikutnya adalah Pulau Sumatera, Gambar III.9. Tantangan 5: Mendorong dan memfasilitasi usaha industri meningkatkan produktivitas. abcd b ce b c bfb g hij k c l m n o p l m n q | 295 GAMBAR 3.9 DISTRIBUSI INDUSTRI BESAR DAN SEDANG MENURUT KORIDOR EKONOMI TAHUN 2003, 2005, 2010 DAN 2011 Sumber: BPS diolah Konsentrasi populasi industri di Pulau Jawa perlu diperbaiki agar berimbang antara Jawa dan luar Jawa untuk mengurangi tingkat kesenjangan. Dengan demikian tantangan pembangunan industri selanjutnya adalah: Muara dari seluruh permasalahan di atas adalah ternjadinya deindustrialisasi. Sehingga diperlukan upaya untuk mencapai pertumbuhan industri yang sangat tinggi, oleh karena itu isu strategis pembangunan industri adalah: Tantangan 6: Mendorong investasi industri yang di luar Pulau Jawa sesuai dengan karakteristik ekonomi dan sumber daya alam yang tersedia. ISU STRATEGIS: AKSELERASI PERTUMBUHAN INDUSTRI 296 | rs tu s t v s t w x s y rz{ |} ~ € ‚ ~€ ƒ

3.1.6 Peningkatan Efisiensi, Produktivitas, dan Daya Saing BUMN

Badan Usaha Milik Negara BUMN adalah perusahaan yang mayoritas kepemilikan sahamnya mininal 51 persen dipegang oleh Pemerintah. Tujuan pendirian BUMN sebagaimana termaktub dalam UU No. 19 tahun 2003 tentang BUMN antara lain untuk memberikan sumbangan bagai perekonomian nasional pada umumnya dan penerimaan negara, mempunyai peranan yang strategis dalam perekonomian nasional. Pemerintah juga berperan membina dan mengembangkan perusahaan negaraBUMN, di samping berperan mengembangkan sektor swasta dan koperasi, , untuk mempercepat tercapainya kesejahteraan rakyat, seperti amanat yang tercantum dalam Konstitusi. Di sisi lain, pertumbuhan ekonomi dan perubahan struktur ekonomi yang menyertainya tidak hanya disumbangkan oleh sektor swasta dan Pemerintah saja, badan-badan usaha milik negara BUMN juga berpengaruh dalam meningkatkan produk domestik bruto, menciptakan kesempatan kerja dan memeratakan hasil-hasil pembangunan. GAMBAR 3.10 PERKEMBANGAN ASET BUMN 2004 2013 TRILIUN RP. „ …† ‡ ˆ ‰ Š ‹ˆ † ˆ Œ ˆ ‰ Ž Œ ‘ ’ “ Perkembangan perusahaan-perusahaan BUMN dalam tahun 2004 2013, telah menunjukkan hasil-hasil yang menggembirakan, antara lain sebagai berikut. Selama kurun waktu 2004 sampai dengan 2013, nilai aset BUMN telah mengalami peningkatan yang pesat, dari Rp1.173 triliun pada tahun ”•–— • –˜ • – •™• š ›œ ž – Ÿ ¡ ¢ £ Ÿ ¡ ¤ | 297 2004 menjadi Rp2.505 triliun pada tahun 2009, kemudian meningkat lagi menjadi Rp4.216 triliun pada tahun 2013, ditengah situasi perekonomian yang naik dan turun terpengaruh dari gejolak perekonomian dunia. Pasang-surut kinerja BUMN selama periode tersebut juga tercermin dari laba yang diperoleh dan dividen yang dibagikan kepada pemegang saham seperti terlhat pada Gambar di bawah ini Total dividen yang disetorkan oleh seluruh BUMN dan minoritas pada tahun 2013 adalah sebesar Rp36,5 triliun dari atau dibandingkan dengan setoran dividen pada tahun 2003 yang sebesar Rp9,8 triliun, atau meningkat hampir 4 kali lipat. GAMBAR 3.11 PERKEMBANGAN LABA BUMN 2004 2013 TRILIUN RP. Sumber: Kementerian BUMN Indikator keberhasilan BUMN juga terlihat pada kapitalisasi saham BUMN di pasar modal Bursa BEI pada akhir tahun 2013. Dari 20 dua puluh BUMN yang terdaftar di pasar modal, kapitalisasi pasarnya pada tahun 2013 mencapai sebesar Rp968,5 triliun atau sekitar 23,0 persen dari kapitalisasi seluruh saham perusahaan emiten yang terdaftar di bursa efek Indonesia. Indikator kinerja yang tidak kalah pentingnya adalah sumbangan pajak BUMN kepada Pemerintahnegara dalam periode yang sama. 298 | ¥¦ §¨ ¦ § © ¦ § ª « ¦ ¬ ¥­® ¯° ± ²³´ µ ±²³ ¶ GAMBAR 3.12 PERKEMBANGAN KONTRIBUSI PAJAK BUMN TRILIUN RP. Sumber: Kementerian BUMN Kontribusi pembayaran pajak BUMN juga meningkat dari sekitarRp33,4 triliun pada tahun 2004 menjadi sekitar Rp81,0 triliun pada tahun 2010, dan meningkat lagi menjadi sekitar Rp142,0 triliun pada tahun 2013, atau sekitar 11 persen dibandingkan dengan total penerimaan pajak dalam APBN 2013. Selain itu, dalam kurun waktu 10 tahun terakhir, Kementerian BUMN telah memproses 25 privatisasi BUMN dan 20 privatisasi BUMN minoritas, dengan berbagai macam carametode privatisasi. Nilai total hasil privatisasi yang diperoleh adalah sebesar Rp53,4 triliun, dimana sebesar Rp42,6 triliun masuk dalam kasmodal BUMN, dan sisanya sebesar Rp10,9 triliun masuk ke dalam kas negara. Dalam pengembangan BUMN, permasalahan utamanya adalah peran BUMN sebagai pendukung penyedia bahan kebutuhan pokokpangan, penunjang pertumbuhan ekonomi dan penyerap angkatan kerja, masih belum optimal. Selain itu, beberapa BUMN masih belum menunjukkan kinerja yang baik. Terkait dengan perkembangan dan permasalahan BUMN tersebut, isu strategis dalam pembinaan dan pengembangan BUMN antara lain adalah: i meningkatkan daya saing BUMN, ii menjaga pelaksanaan tata kelola usaha yang baik ©· · ¸ ¨ ·¹ º· ¹ ¦ »¼ ©·½ ¼ ¹ § ¦ § ¨ ¼ , iii mendorong pelaksanaan praktik-praktik terbaik dalam pengelolaan usaha, termasuk memberikan ruang gerak dan iklim persaingan yang setara antara BUMN dan usaha swasta, iv menggalakkan gerakan anti- penyimpangan penyelewengan prosedur-usaha ¾¹¦ ¿ ¸ v penataan pembagian