Peningkatan Kualitas Penyelenggaraan Ibadah Haji dan Umrah

196 | Rancangan Awal RPJMN 2015-2019

H. Kesejahteraan Sosial 2.1.37 Kesejahteraan Sosial

Kelompok penduduk penyandang disabilitas dan lanjut usia lansia memiliki hak dan potensi untuk berkontribusi dalam pembangunan. Penyandang disabilitas dengan dukungan alat bantu misalnya, memiliki peluang yang sama besar untuk bekerja dan berperan aktif dalam kegiatan ekonomi. Status kesehatan yang senantiasa baik juga akan menyebabkan masa produktif seseorang lebih panjang, bahkan saat memasuki usia lanjut. Jika akses dan berbagai kesempatan ini diciptakan, maka penyandang disabilitas dan lanjut usia dapat hidup mandiri. Amanat konstitusi mendorong Pemerintah untuk memenuhi hak-hak setiap penduduk, tidak terkecuali penyandang disabilitas. Pemerintah Indonesia telah meratifikasi Konvensi PBB mengenai Hak- Hak Penyandang Disabilitas melalui Undang-Undang No. 19 tahun 2011 tentang Pengesahan Convention on the Rights of Persons with Disabilities CRPD. Hal ini menjadikan Indonesia sebagai bagian dari masyarakat global yang berkomitmen melakukan segala upaya untuk merealisasikan penghapusan segala bentuk diskriminasi dan menjamin partisipasi penyandang disabilitas dalam setiap aspek kehidupan, seperti akses terhadap layanan dasar pendidikan; kesehatan; transportasi; lingkungan tempat tinggal yang layak; perlindungan sosial dan mitigasi bencana; kesempatan kerja dan berusaha; hukum dan politik; informasi dan komunikasi; serta penerimaan di masyarakat. Sejalan dengan peningkatan usia harapan hidup, dalam waktu sekitar 10 tahun lagi jumlah lansia secara bertahap akan meningkat. Menuanya struktur kependudukan ageing terjadi di provinsi yang penurunan tingkat fertilitasnya cepat atau KB berhasil, seperti di Provinsi DI Yogyakarta dan Jawa Timur. Peningkatan jumlah penduduk lansia akan membawa dampak terhadap sosial ekonomi dalam keluarga, masyarakat dan pemerintah. Namun demikian, penyandang disabilitas dan lansia sering menghadapi resiko kerentanan karena belum adanya kebijakan yang terstruktur, masif dan berpihak. Berdasarkan Sensus Penduduk 2010, saat ini terdapat 10,6 juta penduduk penyandang disabilitas. Sedangkan lansia di Indonesia berjumlah sekitar 18 juta jiwa. Namun banyak dari mereka yang sering menghadapi tantangan dalam peningkatan kesejahteraan dan berusaha. Layanan publik dan dan lingkungan masyarakat yang tidak inklusif juga sering menghambatnya Rancangan Awal RPJMN 2015-2019 | 197 untuk mandiri. Keterbatasan data terkait keberadaan dan kondisi penyandang disabilitas dan lansia menjadi salah satu penyebab pemenuhan hak mereka sering terabaikan. Hal ini sering kali menghambat penyediaan layanan dan akses bagi penyandang disabilitas yang akhirnya berdampak pada risiko ketelantaran dan kemiskinan. Tantangan penyediaan akses dan layanan bagi penyandang disabilitas adalah keterbatasan kapasitas dan pemahaman akan keberagaman kondisi dan keberadaan penyandang disabilitas. Tidak terlayaninya penyandang disabilitas dalam keluarga miskin oleh berbagai program akibat ketidaktahuan keluarga maupun ketidakmampuan program menjangkau keberadaannya. Situasi di pasar kerja dan masyarakat juga masih belum memperhatikan kebutuhan penyandang disabilitas pada posisi yang setara dan sama haknya untuk hidup dan berusaha. Akibatnya kelompok penduduk ini sering mengalami stigmatisasi dan harus berusaha lebih keras untuk mendapatkan layanan dasar dan hidup layak. Pelayanan dan kesejahteraan lansia saat ini juga masih terabaikan. Penyebabnya antara lain kurangnya skema perlindungan sosial seperti jaminan sosial dan pensiun, dan hidup miskin. Kemiskinan merupakan ancaman terbesar bagi lansia. Berdasarkan Sakernas 2012, jumlah lansia yang bekerja, terutama di desa, cukup besar. Meski memiliki keterbatasan dalam melakukan hal-hal rutin, baik karena sakit maupun menyandang disabilitas, lansia masih harus menciptakan sendiri kesempatan kerjanya. Kemiskinan anak dan keluarganya lebih juga menjadi penyebab ketelantaran lansia. Lansia berpotensi mengalami social exclusion, yang dihitung berdasarkan Multidimensional Social Exclusion Index dengan mengukur 3 dimensi permasalahan yaitu ekonomi pendapatan, pelayanan sosial afordabilitas dan aksesibilitas, dan partisipasi politik dan jejaring sosial. Penyandang disabilitas dan lansia yang sehat dan mandiri akan tetap produktif sebagai bagian dari sumberdaya ekonomi. Adanya kesempatan yang sama akan membawa potensi bagi penyandang disabilitas untuk menjalani kehidupan secara penuh dan berkontribusi pada kehidupan sosial, budaya, dan ekonomi masyarakat. Lansia juga berpotensi memperkuat kohesi atau modal sosial social capital antar kelompok penduduk maupun lintas generasi. Pemberian layanan sosial bagi lansia lebih mudah dari sisi verifikasi, rendahnya moral hazard, diterima secara politis mengingat setiap orang akan jadi lansia, dan memiliki peran besar dalam pelaksanaan HAM. Sejalan dengan hal tersebut di atas, peningkatan kesejahteraan penyandang disabilitas dan lanjut usia perlu menjadi salah satu agenda utama pembangunan