298
|
¥¦ §¨ ¦
§ © ¦ §
ª « ¦
¬ ¥® ¯°
± ²³´ µ
±²³ ¶
GAMBAR 3.12 PERKEMBANGAN KONTRIBUSI PAJAK BUMN TRILIUN RP.
Sumber: Kementerian BUMN
Kontribusi pembayaran pajak BUMN juga meningkat dari sekitarRp33,4 triliun pada tahun 2004 menjadi sekitar Rp81,0 triliun
pada tahun 2010, dan meningkat lagi menjadi sekitar Rp142,0 triliun pada tahun 2013, atau sekitar 11 persen dibandingkan dengan total
penerimaan pajak dalam APBN 2013.
Selain itu, dalam kurun waktu 10 tahun terakhir, Kementerian BUMN telah memproses 25 privatisasi BUMN dan 20 privatisasi BUMN
minoritas, dengan berbagai macam carametode privatisasi. Nilai total hasil privatisasi yang diperoleh adalah sebesar Rp53,4 triliun, dimana
sebesar Rp42,6 triliun masuk dalam kasmodal BUMN, dan sisanya sebesar Rp10,9 triliun masuk ke dalam kas negara.
Dalam pengembangan BUMN, permasalahan utamanya adalah peran BUMN sebagai pendukung penyedia bahan kebutuhan
pokokpangan, penunjang pertumbuhan ekonomi dan penyerap angkatan kerja, masih belum optimal. Selain itu, beberapa BUMN masih belum
menunjukkan kinerja yang baik.
Terkait dengan perkembangan dan permasalahan BUMN tersebut, isu strategis dalam pembinaan dan pengembangan BUMN antara lain
adalah: i meningkatkan daya saing BUMN, ii menjaga pelaksanaan tata kelola usaha yang baik
©· · ¸
¨ ·¹ º· ¹
¦ »¼
©·½ ¼
¹ § ¦
§ ¨ ¼
, iii mendorong pelaksanaan praktik-praktik terbaik dalam pengelolaan usaha, termasuk
memberikan ruang gerak dan iklim persaingan yang setara antara BUMN dan usaha swasta, iv menggalakkan gerakan anti- penyimpangan
penyelewengan prosedur-usaha
¾¹¦ ¿
¸
v penataan pembagian
ÀÁÂÃ Á ÂÄ Á Â
ÁÅÁ Æ ÇÈÉ
Ê Â
Ë Ì Í Î Ï
Ë Ì Í Ð
| 299
kewenangan dan tanggung jawab pengelolaan BUMN terkait dengan pemisahan tugas dan tanggung jawab BUMN sebagai operator maupun
Pemerintah sebagai regulator.
3.1.7 Pemberdayaan UMKM dan Koperasi
Tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi tidak saja mendorong perbaikan rata-rata pendapatan rakyat, namun juga membawa tantangan
berupa pelebaran kesenjangan pendapatan rakyat. Kondisi ini membutuhkan kebijakan dan upaya untuk meningkatkan pertumbuhan
yang manfaatnya dapat dinikmati rakyat secara lebih merata, adil dan inklusif equitable, just and inclusive growth. Kebijakan tersebut perlu
diarahkan untuk mengurangi pengangguran dan kemiskinan, dan sekaligus meningkatkan kesempatan berusaha bagi rakyat. Langkah
strategis yang perlu dilakukan adalah mengintegrasikan pengembangan usaha mikro, kecil dan menengah UMKM dan koperasi dalam arus
utama pembangunan guna mendorong partisipasi dan kontribusi rakyat yang lebih tinggi dalam membangun kemandirian ekonomi.
Pelaku-pelaku usaha skala mikro, kecil dan menengah dan koperasi menempati bagian terbesar dari seluruh aktivitas ekonomi rakyat
Indonesia mulai dari petani, nelayan, peternak, petambang, pengrajin, pedagang, dan penyedia berbagai jasa bagi rakyat yang meliputi sektor-
sektor primer, sekunder dan tersier. Jumlah UMKM pada tahun 2012 tercatat mencapai 56,3 juta unit usaha, meningkat dari 52,8 juta unit pada
tahun 2009. Jumlah tenaga kerja yang terlibat dalam UMKM mencapai 107,7 juta orang pada tahun 2012 meningkat dari 96,2 juta orang pada
tahun 2009. Sementara itu koperasi juga terus berkembang dan berperan sebagai wahana untuk meningkatkan kesejahteraan sosial dan ekonomi
anggotanya. Jumlah koperasi meningkat dari 170.411 unit 2009 menjadi 203.701 unit 2013 dengan penyerapan tenaga kerja melalui
koperasi diperkirakan sebanyak 473.604 orang pada tahun 2013.
Dalam lima tahun mendatang, pelaku-pelaku usaha skala mikro, kecil dan menengah UMKM dan koperasi perlu diberi kesempatan yang
lebih besar untuk tumbuh menjadi usaha yang berkelanjutan dengan skala yang lebih besar naik kelas atau scaling-up. Upaya ini juga untuk
mendorong kelompok pelaku ekonomi yang selama ini tertinggal untuk menjadi lebih produktif dan mampu berkontribusi lebih besar dalam
membangun kemandirian ekonomi.
300
|
ÑÒ ÓÔ Ò
Ó Õ Ò Ó
Ö × Ò
Ø ÑÙÚ ÛÜ
Ý Þßà á
ÝÞß â
GAMBAR 3.13 STRUKTUR PDB DAN PRODUKTIVITAS UMKM
ã äå æ ç è
é êç å
ç ëì ç
è í îë
ê ï ð ç
è îñ í
ò îë ó
ê ô õö÷÷
ò îë õö÷ø ù
ò í ï ú îû
UMKM dan koperasi selama ini memiliki peran dan kontribusi yang cukup besar dalam perekonomian. Secara nasional, UMKM menyediakan
lapangan kerja terbesar yaitu 97,2 persen, dan menyumbang sekitar 56,5 persen pembentukan Produk Domestik Bruto PDB pada tahun 2012.
Sementara itu koperasi banyak berperan dalam pengadaan bahan baku dan kebutuhan sehari-hari, permodalan, serta fasilitasi pengolahan dan
pemasaran produk bagi anggotanya.
Di sisi lain, perkembangan UMKM dan koperasi saat ini belum menunjukkan kapasitas mereka sebagai pelaku usaha yang kuat dan
berdaya saing. Populasi UMKM masih didominasi oleh usaha mikro 98,8 persen yang informal, dan memiliki aset dan produktivitas yang rendah.
Usaha mikro ini mencakup petani, peternak, nelayan, pelaku industri rumah tangga, pedagang, dan usaha perorangan lainnya. Sementara itu,
proporsi usaha kecil dan menengah, yang memiliki kapasitas dan aset yang lebih tinggi, masih sangat rendah. Nilai PDB UMKM juga
menunjukkan tren penurunan terutama di sektor-sektor dimana jumlah unit dan tenaga kerja yang paling dominan yaitu sektor pertanian dan
perdagangan. Nilai PDB terbesar yang diciptakan UMKM terdapat di sektor tersier, sedangkan PDB UMKM di industri pengolahan masih
rendah. Partisipasi UMKM dalam ekspor juga masih rendah kurang dari 19,0 persen dan kontribusinya dalam ekspor terus mengalami
üýþÿ ý þ
ý þ ýý
þ
| 301
penurunan. Koperasi juga masih menghadapi tantangan untuk mengoptimalkan partisipasi dan keswadayaan anggotanya, yang
seharusnya menjadi kekuatan inti koperasi, dalam menciptakan manfaat sosial ekonomi bagi perbaikan kesejahteraan rakyat.
Kondisi ini berdampak pada timbulnya i kesenjangan produktivitas antar pelaku usaha dan antarsektor yang semakin lebar; ii
lambatnya industrialisasi karena kurangnya populasi usaha kecil dan menengah yang diharapkan berperan sebagai usahaindustri pendukung;
dan iii lambatnya peningkatan kesejahteraan rakyat, terutama pada kelompok pelaku usaha informal skala mikro. Secara umum, berbagai
pemasalahan yang melatarbelakangi kondisi tersebut adalah sebagai berikut:
4. Rendahnya kapasitas UMKM dan koperasi dalam wirausaha, manajemen dan teknis, yang membatasi kemampuan pengelolaan
usaha dan pemasaran; 5. Rendahnya akses pembiayaan bagi UMKM dan koperasi yang
dipengaruhi oleh keterbatasan i skema pembiayaan yang sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan UMKM dan koperasi, termasuk
wirausaha baru; ii pengetahuan tentang sumber pembiayaan dan layanan keuangan; dan iii jangkauan lembaga pembiayaan;
6. Rendahnya inovasi,
penerapan teknologi,
serta penerapan
standardisasi mutu dan sertifikasi produk yang mempengaruhi nilai tambah dan jangkauan pemasaran produk UMKM dan koperasi;
7. Aturan dan kebijakan yang ada saat ini belum efektif dalam memberikan kemudahan, kepastian dan perlindungan usaha bagi
UMKM dan koperasi; dan 8. Rendahnya kapasitas pengurus dan anggota koperasi dalam
membangun, mengelola dan mengembangkan koperasi sesuai jatidiri dan kebutuhan untuk menciptakan kesejahteraan bersama.
Kelima permasalahan
tersebut menunjukkan
semakin mendesaknya kebutuhan untuk meningkatkan kapasitas dan daya saing
UMKM dan koperasi. Penanganan isu strategis tersebut perlu difokuskan pada peningkatan produktivitas UMKM khususnya di sektor pertanian
dan perikanan, yang dilaksanakan dalam keterkaitan usaha dengan UMKM di sektor industri pengolahan dan perdagangan. Upaya tersebut
perlu didukung dengan pengurangan hambatan-hambatan yang berkaitan dengan akses pembiayaan, pelatihan dan pendampingan usaha, serta
pemanfaatan peluang kerja sama usaha dalam skema rantai nilai tambah.