Peningkatan Pelaksanaan Sistem Jaminan Sosial Nasional SJSN

326 | 12 34 2 3 5 2 3 6 7 2 8 19: ; = ? A =? B TABEL 3.17 Kepesertaan JKN Danjaminanketenagakerjaan Saat Ini Jaminan Kesehatan Nasional Jaminan Ketenagakerjaan PBI Pemerintah Pusat 33,80 86.400.000 Peserta Aktif Jaminan Kecelakaan Kerja, Jaminan Hari Tua, dan aminan Kematian 11,00 12.314.093 PBI Pemerintah Daerah 2,30 5.904.052 Pekerja Penerima Upah 9,30 23.761.627 Pekerja Bukan Penerima Upah 1,40 3.565.240 Peserta Aktif Jaminan Pensiun PT Taspen 4,10 4.555.636 Bukan Pekerja 1,90 4.922.121 Peserta Aktif Jaminan Pensiun PT Asabri 1,00 1.159.715 Total Cakupan 48,80 124.553.040 Total Cakupan 16,10 18.029.444 Penduduk belum tercakup 51,20 130.908.660 Pekerja belum tercakup 83,90 93.687.508 Total Jumlah Penduduk 255.461.700 Total Jumlah Pekerja 111.716.952 C DE F G H I JK L C MG NG O PQ P RS JK L C M G Q G R PT P U G H VPP R S K W XN P F H Y S K W W P N Z G RS [ \ ] Untuk jaminan sosial ketenagakerjaan, manfaat yang ditawarkan saat ini masih terbatas sehingga menimbulkan ketidakadilan sosial. Skema pensiun yang dimandatkan dalam UU SJSN masih belum terbangun, khususnya pada kelompok pekerja bukan penerima upah. Sistem pensiun saat ini hanya dapat diterapkan pada pekerja formal saja. Hal ini dikarenakan skema pensiun membutuhkan pembayaran iuran oleh peserta yang lebih berkelanjutan dalam jangka panjang. Selain itu manfaat pensiun bulanan ditentukan di awal sebagai persentase dari upah, sehingga sulit diterapkan pada pekerja bukan penerima upah. Untuk itu, agar manfaat pensiun dapat dirasakan oleh seluruh pekerja, diperlukan pula transformasi ekonomi yang mengarah pada perluasan sektor formal. Tantangan SJSN juga terkait dengan kesinambungan finansial BPJS Kesehatan dan Ketenagakerjaan. Pada awal pelaksanaannya, JKN menghadapi resiko finansial karena adanya 2 _ ` a bc a c a8 a4 de f3 dan gf b 2 8 h 2 z 2 b _ dalam kepesertaannya. Pendaftar JKN mandiri, terutama pekerja bukan penerima upah cenderung mengumpul pada penduduk yang sakit ijkl j km j k jnj o pqr s k t u v w x t u v y | 327 dengan pengeluaran kesehatan yang cukup besar. Hal ini beresiko pada keuangan BPJS karena jumlah iuran yang terkumpul dikhawatirkan tidak cukup untuk menanggung klaim layanan kesehatan yang harus dibayarkan. Selain itu terdapat resiko juga karena kesinambungan pembayaran iurannya masih rendah. Kemudian, sistem pentarifan yang belum sesuai dengan harga keekonomian juga menyebabkan risiko penyimpangan oleh fasilitas kesehatan, seperti pengajuan klaim fiktif. Sedangkan, pada jaminan ketenagakerjaan tantangan kesinambungan finansial terutama pada jaminan pensiun. Perkembangan angka harapan hidup akan memperpanjang masa pembayaran manfaat pensiun, sehingga dikhawatirkan iuran pensiun yang dikumpulkan tidak mencukupi pembayaran seluruh manfaat pensiun. Untuk itu, tantangan terakhir adalah pembangunan sistem monitoring dan evaluasi SJSN yang terpadu agar pelaksanaan program jaminan sosial dapat senantiasa diperbaiki dan berkesinambungan. Monitoring mencakup aspek kualitas dan ketersediaan layanan, baik BPJS maupun fasilitas kesehatan pada JKN, serta aspek kesinambungan finansial. Sedangkan evaluasi dilaksanakan untuk melihat efektifitas program dalam mencapai target keluaran utilisasi, kenaikkan konsumsi, dst dan dampak program dalam mencapai sasaran akhir perlindungan sosial, pencegahan kemiskinan, peningkatan status kesehatan, peningkatan kesejahteraan, dst. Terkait dengan pengembangan skema monev terpadu, diperlukan rambu- rambu dalam berbagai aspek pelaksanaan program jaminan sosial. Rambu- rambu kesinambungan keuangan misalnya, dibangun sebagai salah satu panduan pengelolaan keuangan agar BPJS terhindar dari kebangkrutan. Untuk program JKN, resiko ketidakcukupan yang terjadi dapat diatasi melalui perbaikanpenyesuaian besaran premi, tarif kapitasi, dan INA-CBGs secara berkala, untuk mencegah kekurangan dana sekaligus menjamin kualitas pelayanan yang lebih baik.

3.1.15 Kerjasama Ekonomi Internasional

Situasi politik dan ekonomi yang dihadapi masyarakat global dalam beberapa waktu kedepan akan sangat dipengaruhi oleh kondisi krisis yang terjadi di Ukraina. Konflik yang terjadi antara pemerintah Rusia dan pemerintah Ukraina akan menjadi fokus perhatian global. Krisis yang terjadi di Ukraina kini berkembang menjadi suatu krisis internasional yang berisiko meningkatkan ketegangan hubungan antara negara-negara terkait. Hal ini diprediksi akan terus menjadi pangkal penyebab stagnasi ekonomi yang terjadi di Eropa beberapa waktu terakhir. Embargo ekonomi yang diberlakukan oleh Uni Eropa EU terhadap Rusia berdampak padapenghentian secara sementara z{| |} y energi mineral dari Rusia ke kawasan Eropa. 328 | ~ €  € ‚  € ƒ „  … ~†‡ ˆ‰ Š ‹Œ Ž Š‹Œ  Stagnasi tersebut akan menjadi episode lanjutan dari krisis keuangan Euro yang diawali oleh krisis yang terjadi di Yunani, yang kemudian menjadi krisis keuangan dunia yang berkepanjangan. Tantangan lain dalam kondisi politik dan ekonomi global kedepan datang dari semakin banyaknya negara yang menerapkan kebijakan proteksionis seperti penerapan hambatan tarif, € €Ž‘  ’ “ ” ” •  € ‘ “ Ž– —˜ ™“ € ‚ , dan paket stimulus untuk melindungi perekonomian domestik di negara masing-masing. Hal positif yang dapat dicermati, seiring dengan krisis keuangan global yang mengikis kekuatan ekonomi negara-negara maju, negara-negara š ˜ š ’ ‚ “ €‚   —€ ‘’“ š› yang memiliki keunggulan dalam jumlah sumber daya alam dan sumber daya manusia yang besar akan muncul menjadi kekuatan ekonomi baru. Pertumbuhan golongan kelas menengah keatas di negara- negara seperti Afrika Selatan, Brazil, China, India, dan Rusia termasuk juga Indonesia akan menjadi motor penggerak kemajuan dan modernisasi pada negara-negara š ˜ š ’ ‚ “ € ‚   —€ ‘’ “ š› . Seiring dengan kondisi tersebutdiatas, Indonesia terus berupaya mendorong peningkatan kerjasama internasional baik di forum bilateral, regional, maupun multilateral. Salah satunya adalah melalui peningkatan peran dan kemampuan Indonesia dalam melakukan diplomasi ekonomi. Pada tingkat bilateral, saat ini telah ada kesepakatan perdagangan bebas bilateral antara Indonesia dan Jepang œ €–  € š›“ Ž ‡  ™  €   € ˜ “  †  ’‘ € š’ ›ž “ ™ ƒ‚ ’ š š˜š € ‘Ÿ œ ‡  † ƒ . Selain itu, terdapat juga beberapa perundingan perdagangan bebas bilateral lainnya berupa kemitraan ekonomi  ˜ ™ ’ šž š€ › “ ¡ š   € ˜ “  †’ ‘€š ’ › ž “ ™ ƒ‚ ’ š š˜š € ‘Ÿ  †ƒ , seperti kemitraan Indonesia-Korea Selatan IK-CEPA, Kemitraan Ekonomi Indonesia-Australia IA-CEPA, serta kemitraan ekonomi Indonesia dengan negara-negara  — ’ ™š  € ¢ ’šš £ ’ – š ƒ ››   “  ‘ “ €  ¢ £ ƒ , seperti ditunjukkan pada gambar III.20. GAMBAR 3.22 Kerjasama Ekonomi Bilateral, Multilateral, Dan Regional Yang Melibatkan Indonesia Per 2014 ¤¥¦§ ¥ ¦¨ ¥ ¦ ¥©¥ ª «¬­ ® ¦ ¯ ° ± ² ³ ¯ ° ± ´ | 329 µ ¶· ¸ ¹ º » ¼½¾ ¿ À Á Á¸ Áà ¹ Ä ÅÁ Á Å Æ Ç ÈÁÉ Pada tingkat regional, kerjasama ekonomi ASEAN semakin meningkat sejak dimulainya integrasi ekonomi regional dalam Ê ËÌ Ê Í Î ÏÐ Ð ÑÏÒ Ó Ð Ê ÏÐ Ò ÊÎÑÊ hingga kepada pembentukan Masyarakat Ekonomi ASEAN MEA yang akan diimplementasikan secara penuh pada tanggal 31 Desember 2015. MEA memiliki empat karakteristik utama, yaitu: a penciptaan pasar tunggal dan kesatuan bisnis produksi; b kawasan ekonomi yang berdaya saing; c kawasan dengan pertumbuhan ekonomi yang merata; dan d kawasan yang terintegrasi dengan kawasan global. Adapun 5 lima elemen penting untuk mewujudkan pasar tunggal dan kesatuan basis produksi di ASEAN adalah: a perdagangan bebas barang ASEAN; b aliran bebas sektor jasa; c aliran bebas investasi; d aliran modal yang bebas di ASEAN; dan e aliran bebas tenaga kerja. Perkembangan persiapan implementasi Masyarakat Ekonomi ASEAN yang diukur melalui ÔÕ ÖÏÐÕ Ò ÏÓ × ØÐÙ Ú Ù Û Ú ÜÜÒÙ Ý Ò Þß Ò Indonesia telah mencapai82.4 dari 431 butir penilaian pada ÔÕ ÖÏ Ð Õ Ò Ï Ó Masyarakat Ekonomi ASEAN, capaiantersebut di atas rata-rata negara-negara ASEAN yang saat ini mencapai 82.1 dari 229 à Ð á â Ð ãä å Ð Ï Ò Ý ã ÐÔ prioritas yang ditargetkan selesai pada tahun 2015, seperti ditunjukkan pada Tabel III.15. Diimplementasikannya MEA pada akhir tahun 2015 akan berpotensi meningkatkan kekuatan dan peranan negara-negara ASEAN dalam perekonomian global.Hal tersebut didukung oleh share perekonomian ASEAN yang mencapai 4.5 dari perekonomian dunia æ â ç ÝÒ ÔÐÓ Ö Ù ççç × èé Î â Ò ê Ò é Ò ëë Ð Ï ,di tingkat Asia Pasifik, pereknomian ASEAN mencakup 11,3 dari perekonomian di kawasan Asia Pasifik.Lebih lanjut, pertumbuhan ekonomi di kawasan ASEAN 5.0 juga masih jauh diatas rata-rata pertumbuhan ekonomi dunia 3.6 pada tahun 2014 Ï ÐÒ ã æ â ç ìÏ Ö ß ê Þ × èé Î â Ò ê Ò é Ò ëë ÐÏ , walaupun masih dibawah rata-rata kawasan Asia Pasifik 5.3.