Peningkatan Ekonomi Kreatif EKONOMI

fghi g hj g h gkg l mno p h q r s t u q r s v | 305 Beberapa isu strategis yang diperkirakan masih menjadi hambatan dalam peningkatan investasi pada periode 2015-2019 antara lain adalah:

1. Sebaran investasi, Pulau Jawa masih menjadi pusat investasi di

Indonesia. Faktor penyebabnya adalah ketersediaan fasilitas infrastruktur yang memadai, antara lain: jalan, pelabuhan, komunikasi, dan tenaga kerja yang mendorong tingginya investasi di pulau Jawa. Dengan demikian, investasi di luar Pulau Jawa khususnya bagian Timur Indonesia relatif kurang berkembang, meskipun sarat dengan SDA; Kontribusi PMDN di Pulau Jawa terhadap total PMDN adalah sebesar 58,0 persen pada tahun 2010 menjadi 62,3 persen pada periode Januari-September 2014 Gambar III.13. Sedangkan kontribusi PMA di Pulau Jawa terhadap total PMA adalah sebesar 70,9 persen pada tahun 2010 menjadi 53,4 persen pada periode Januari-September 2014 Gambar III.14. GAMBAR 3.15 REALISASI PMDN MENURUT LOKASI GAMBAR 3.16 REALISASI PMA MENURUT LOKASI Sumber:BKPM diolah 2. Investasi di sektor manufaktur meningkat, tetapi sebagian besar untuk pemenuhan pasar dalam negeri. Berdasarkan data dalam laporan w x yx z { x z| }~ €z‚z x  ƒ ~z x „ … ~~y ‚ x  ƒ ~z JBIC pada tahun 2013, Indonesia menduduki peringkat ke 3 tahun 2012 untuk tujuan investasi perusahaan manufaktur Jepang. Alasan utamanya adalah pangsa pasar Indonesia yang besar. Berdasarkan data † z ƒ ‚ ‡ ˆ x  ƒ ~ z ‰ …~z } ‚  ‚ zŠ ‚ ~z ‹ x ‡ ‚ x z ‡ Œ ‚  ‚„ ~yŽ ‚ z UNCTAD, PMA meningkat 2010 2011 2012 2013 Jan-Sept 2014 Papua 0,4 1,9 0,1 0,7 0,2 Maluku 0,0 0,0 0,4 0,9 0,1 Sulawesi 7,2 9,5 5,3 2,8 3,5 Kalimantan 24,0 17,7 18,2 22,4 15,1 Bali dan NTT 3,5 0,5 3,4 3,4 0,2 Jawa 58,0 48,9 57,2 51,9 62,3 Sumatera 7,0 21,5 15,5 17,9 18,5 20 40 60 80 100 2010 2011 2012 2013 Jan-Sept 2014 Papua 2,1 6,9 5,0 8,4 5,0 Maluku 1,5 0,7 0,4 1,1 0,4 Sulawesi 5,3 3,7 6,1 5,2 7,2 Kalimantan 12,4 9,9 13,1 9,7 16,9 Bali dan NTT 3,1 4,9 4,6 3,1 3,6 Jawa 70,9 63,3 55,6 60,5 53,4 Sumatera 4,6 10,7 15,2 11,9 13,4 20 40 60 80 100 306 |  ‘’  ‘ “  ‘ ” •  – —˜ ™š › œž Ÿ ›œ pesat sejak tahun 2008 sebagai akibat ¡ ¢¢ £¤ ‘ “ di sektor komoditas, di atas pertumbuhan negara ASEAN lainnya, seperti Thailand, Malaysia dan Vietnam. Namun, PMA yang masuk lebih banyak memproduksi barang untuk mencukupi pasar domestik; Peningkatan realisasi PMDN pada tahun 2013 terhadap 2012 terutama didorong oleh tingginya pertumbuhan sektor tersier yang meningkat sebesar 133,8 persen, sedangkan peningkatan realisasi PMA terutama didorong oleh pertumbuhan sektor pengolahan sekunder yang meningkat sebesar 34,9 persen, namun sebagian besar untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri Gambar III.15 dan Gambar III.16. GAMBAR 3.17 KOMPOSISI PMDN BERDASARKAN SEKTOR GAMBAR 3.18 KOMPOSISI PMA BERDASARKAN SEKTOR ¥ ¦§ ¨ © ª « ¬­® ¯ °± ² ³ ´µ Di sisi lain, peningkatan Penanaman Modal Asing PMA di Indonesia diiringi dengan peningkatan Repatriasi pendapatan investasi, yang disebabkan oleh pengalihan laba perusahaan ke luar Indonesia yang cukup besar. Akibatnya, neraca pembayaran di sisi transaksi modal mengalami tekanan. Sementara itu, pergeseran PMDN bergeser ke arah sektor jasa terlihat bahwa sebagian besar berorientasi ke pasar dalam negeri. Hal ini disebabkan oleh kurangnya insentif untuk berinvestasi di sektor sekunder dan tingkat pengembalian investasi sektor tersier yang lebih cepat dibandingkan sektor sekunder. Dampak selanjutnya dari kondisi ini adalah terjadinya peningkatan impor barang; PMDN masih mengalami kendala yang lebih besar dibandingkan PMA dalam melaksanakan proses realisasi investasinya. Hasil penelitian menunjukan waktu yang dibutuhkan dalam melaksanakan realisasi investasi, untuk PMDN membutuhkan sekitar 5 tahun sedangkan PMA 2010 2011 2012 2013 Jan-Sep 2014 Tersier 37,6 27,2 23,8 40,0 54,1 Sekunder 42,0 51,4 54,1 39,9 36,6 Primer 20,3 21,5 22,1 20,1 9,3 20 40 60 80 100 2010 2011 2012 2013 Jan-Sept 2014 Tersier 60,7 40,1 27,9 22,0 28,0 Sekunder 20,6 34,9 47,9 55,4 46,7 Primer 18,7 25,1 24,2 22,6 25,3 20 40 60 80 100