Data dan Informasi Statistik Keuangan Negara 1. Peningkatan Penerimaan Negara

352 | \] _ ] ` ] a b ] c \de fg h ijk l hij m b. Peningkatan kualitas sarana dan prasarana operasi serta informasi kepabeanan dan cukai; c. Pengembangan dan penyempurnaan sistem dan prosedur yang berbasis IT yang meliputi no pq r c r ` Perusahaan Pengurusan Jasa Kepabeanan PPJK, peningkatan implementasi pintu tunggal nasional Indonesia Indonesia g ] s r p ] c t r ` c u v r w p w INSW; persiapan operator ekonomi yang berwenang a x s y por z uw { _ p p|r _ } n u o ] s po AEO dan pengembangan Tempat Penimbunan Sementara TPS; d. Ekstensifikasi dan intensifikasi barang kena cukai; serta e. Peningkatan kualitas dan kuantitas SDM kepabeanan. Terkait PNBP, optimalisasi akan dilakukan dengan mengedepankan pengelolaan PNBP yang memanfaatkan teknologi informasi. Selain itu, penyempurnaan regulasi di bidang PNBP perlu dilakukan, terutama penyelesaian revisi Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1997 tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak. Strategi yang akan dilakukan untuk mengoptimalkan PNBP adalah: a. Penyempurnaan regulasi; b. Optimalisasi PNBP migas dan nonmigas; c. Inventarisasi, intensifikasi, dan ekstensifikasi PNBP yang dikelola oleh KL; d. Optimalisasi PNBP umum dan BLU; e. Kebijakan PNBP terpadu p u ` ] s u n p c r _ y; f. Edukasi ~ s ]  u yp c w u o ~ secara berkesinambungan.

2. Peningkatan Kualitas Belanja Negara Melalui Sinergitas

Perencanan Dan Penganggaran Untuk meningkatkan kualitas belanja negara, penyempurnaan perencanaan dan pelaksanaan anggaran negara perlu dilakukan. Dari sisi perencanaan penganggaran, penyempurnaan dapat dicapai melalui peningkatan keterkaitan perencanaan penganggaran pemerintah pusat RPJMN, Renstra, RKP, Renja, dan anggaran KL dan juga pemerintah daerah RPJMD dan APBD. Pemantapan juga harus dilakukan untuk pelaksanaan kerangka pengeluaran jangka menengah KPJM atau | u w r x | €‚ƒ  ‚„  ‚ … † ‡ˆ‰ Š ‚ ‹ Œ  Ž  ‹ Œ   | 353 ‘’ “ ” ’ •– ’ —˜ ™ ‘š“ ’ ›“ œ ”’ ž “ Ÿ MTEF dan penerapan anggaran berbasis kinerja –’ “› ž “ ” œ— ’ ¡œ¢ ’ ˜ ¡š ˜ £’ ‘ ™ — £ ¤ PBK. Dengan perencanaan penganggaran yang lebih baik, diharapkan alokasi belanja akan lebih tepat sasaran dan menempatkan prioritas pendanaan pada kegiatan-kegiatan yang produktif. Dari sisi pelaksanaan anggaran, peningkatan kualitas tidak dapat dilakukan secara terpisah tanpa melakukan perbaikan dalam proses perencanaan dan pelaporan keuangan. Integrasi sistem perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporan keuangan Negara dilakukan melalui Sistem Perbendahaan dan Anggaran Negara SPAN yang di dalamnya termasuk penerapan ¢™ —£ ¥ ’ ˜ œ‘œ¡œ¢ ’ dan penyempurnaan proses bisnis. Strategi yang dilakukan adalah: a. Pengurangan pendanaan bagi kegiatan konsumtif dalam alokasi anggaran KL; b. Merancang ulang kebijakan subsidi guna mewujudkan subsidi yang rasional penganggarannya dan tepat sasaran; c. Pemantapan PBK dan KPJM; d. Penataan remunerasi aparatur negara dan sistem jaminan sosial nasional; e. Penyempurnaan dan perbaikan regulasi dan kebijakan sehingga diharapkan penyediaan dan penyaluran dana di bidang investasi, pinjaman dan kredit program sesuai dengan program kebijakan yang telah ditetapkan pemerintah dalam rangka mendorong pertumbuhan infrastruktur dan iklim investasi pemerintah; f. Pengelolaan kas yang efektif untuk mencapai jumlah likuiditas kas yang ideal untuk membayar belanja pemerintah melalui neraca tunggal perbendaharaan ‘“ ’œ ¢š “ y ¢™ — £ ¥ ’ œ ž š — ‘ dan perkiraan kas œ ¢ ¦ ›ž “ ’ œ¢‘™ —£ yang handal, serta manajemen surplus kas yang mampu memberi kontribusi optimal bagi penerimaan negara; dan g. Memodernisasi kontrol dan monitoring pelaksanaan anggaran dengan sistem informasi yang terintegrasi. h. Pemberian insentif bagi lembaga dan daerah yang memiliki penyerapan anggaran yang tinggi dalam mendukung prioritas pembangunan. 354 | §¨ ©ª ¨ © « ¨ © ¬ ­ ¨ ® §¯° ±² ³ ´µ¶ · ³´µ ¸ Terkait dengan desentralisasi fiskal dan keuangan daerah, peningkatkan kualitas pengelolaan dilakukan dengan restrukturisasi dan penataan instrumen pendanaan melalui transfer ke daerah serta memperjelas kedudukan dana perimbangan dalam kerangka perimbangan keuangan pusat dan daerah yang lebih selaras dengan perimbangan kewenangan pusat dan daerah. Sehubungan dengan itu, pengalokasian transfer ke daerah diarahkan untuk: a. Meningkatkan kapasitas fiskal daerah dan mengurangi kesenjangan fiskal antara pusat dan daerah dan antar daerah; b. Menyelaraskan besaran kebutuhan pendanaan di daerah sesuai dengan pembagian urusan pemerintahan antara pemerintah pusat, pemerintah provinsi, dan pemerintah kabupatenkota sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku; c. Meningkatkan kualitas pelayanan publik di daerah dan mengurangi kesenjangan pelayanan publik antar daerah; d. Meningkatkan daya saing daerah; e. Mendukung kesinambungan fiskal nasional dalam kerangka kebijakan ekonomi makro; f. Meningkatkan kemampuan daerah dalam menggali potensi ekonomi daerah; g. Meningkatkan efisiensi pemanfaatan sumber daya nasional; h. Meningkatkan sinkronisasi antara perencaanaan pembangunan nasional dengan rencana pembangunan daerah. Strategi yang akan dilakukan dalam hubungan keuangan pusat dan daerah adalah: a. Mempercepat penyelesaian rancangan Undang-Undang tentang hubungan keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah HKPD yang merupakan revisi dari Undang-Undang 332004; b. Mempercepat pelayanan evaluasi PerdaRaperda tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah PDRD, meningkatkan kualitas evaluasi Perda PDRD serta meningkatkan kapasitas pemerintah daerah dalam pengelolaan PDRD; c. Mempercepat pelaksanaan pengalihan anggaran pusat ke daerah untuk fungsi-fungsi yang telah menjadi wewenang daerah, mengalihkan secara bertahap dana dekonsentrasi dan tugas ¹º»¼ º »½ º » º¾º ¿ ÀÁ à » Ä Å Æ Ç È Ä Å Æ É | 355 pembantuan menjadi Dana Alokasi Khusus DAK dan mempengaruhi pola belanja daerah untuk meningkatkan kualitas pelayanan publik; d. Mempertegas peran Menteri Keuangan selaku pengelola kebijakan fiskal nasional untuk menjaga keselarasan pembangunan ekonomi termasuk dalam rangka pengendalian dan kehati-hatian fiskal nasional dan daerah. Melalui sinergitas perencanaan dan penganggaran, pengelolaan defisit anggaran diarahkan untuk menuju kondisi ÊË Ì Ë ÍÎ Ï Ê ÐÑ ÒÏÓ dan pencapaian keseimbangan primer yang positif. Dari sisi pengelolaan pembiayaan, pemilihan berbagai alternatif sumber pembiayaan didahulukan dengan mengoptimalkan sumber-sumber pembiayaan non utang. Sumber pembiayaan yang berasal dari utang dipilih sebagai alternatif terakhir pemenuhan defisit anggaran, mengingat adanya biaya dan risiko yang melekat dalam sumber pembiayaan utang. Peningkatan pengelolaan pinjaman pemerintah diarahkan untuk menurunkan stok pinjaman luar negeri, tidak saja relatif terhadap PDB, tetapi juga secara absolut. Sementara itu untuk pinjaman dalam negeri, terutama melalui penerbitan surat berharga negara, diupayakan tidak mengganggu ruang gerak sektor swasta. Strategi yang akan dilakukan terkait pengelolaan pembiayaan anggaran adalah: a. Pemanfaatan Sisa Anggaran Lebih SAL sebagai Ô Õ Ö Î Ë Ì ÊÐÔÔÏ × untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya krisis pasar SBN; b. Optimalisasi perencanaan dan pemanfaatan pijaman untuk kegiatan produktif antara lain melalui penerbitan sukuk berbasis proyek; c. Pengelolaan Surat Berharga Negara melalui pengembangan pasar SBN domestik dan pengembangan metode penerbitan SBN valas yang lebih fleksibel; d. Pengelolaan risiko keuangan yang terintegrasi; e. Penggabungan lembaga keuangan penjaminan investasi dalam satu wadah untuk membiayai kegiatan-kegiatan beresiko tinggi; serta f. Implementasi manajemen kekayaan utang Ø ÖÖÏ Ó Ù Õ Ë Ê Õ Ì Õ Ó y Ú ËÍË ÒÏ Û Ï ÍÓ ALM untuk mendukung pengelolaan utang dan kas negara. 356 | ÜÝ Þß Ý Þ à Ý Þ á â Ý ã Üäå æç è éêë ì èéê í

3.3.2 Moneter

Kebijakan moneter akan tetap diarahkan pada pencapaian sasaran inflasi dan penurunan defisit transaksi berjalan ke tingkat yang lebih sehat melalui kebijakan suku bunga dan stabilisasi nilai tukar sesuai fundamentalnya. Penguatan operasi moneter, pengelolaan lalu lintas devisa, dan pendalaman pasar keuangan akan diintensifkan untuk mendukung efektivitas transmisi suku bunga dan nilai tukar, sekaligus untuk memperkuat struktur dan daya dukung sistem keuangan dalam pembiayaan pembangunan. Kebijakan makroprudensial akan diarahkan pada mitigasi risiko sistemik di sektor keuangan serta pengendalian kredit dan likuiditas agar sejalan dengan pengelolaan stabilitas makroekonomi. Pemerintah dan Bank Indonesia juga akan terus berkoordinasi untuk meningkatkan akses masyarakat terhadap perbankan î ï ð ñ ðò ï ñ ó ï ðò óôõ ï ö ð . Beberapa hal penting terkait strategi kebijakan moneter ke depan, diantaranya: a. Meningkatkan kedisiplinan dalam menjaga stabilitas dan kesinambungan kebijakan moneter guna mendukung pertumbuhan ekonomi. Hal ini merupakan aspek yang sangat krusial karena kebijakan tidak hanya dapat dengan menggunakan satu jenis kebijakan, tapi perlu dengan satu bauran kebijakan; b. Meningkatkan komunikasi yang intensif untuk menjangkar persepsi pasar; c. Meningkatkan koordinasi yang erat di antara berbagai pemangku kebijakan untuk meningkatkan efektivitas kebijakan; d. Melakukan penguatan kebijakan struktural untuk menopang keberlanjutan pertumbuhan ekonomi, termasuk kebijakan pengelolaan subsidi BBM, kebijakan di sektor keuangan, terutama terkait pendalaman pasar keuangan, dan kebijakan di sektor riil. ÷øùú ø ùû ø ù øüø ý þÿ ù | 357

3.3.3 Jasa Keuangan

Strategi dan arah kebijakan utama sektor keuangan ke depan, dapat dikelompokkan dalam tiga koridor, yaitu: Pertama, pemeliharaan stabilitas sistem keuangan, yang diimplementasikan dengan memperkuat kebijakan moneter atau pengendalian inflasi yang berhati-hati makroprudensial. Kebijakan ini, bersama-sama dengan kebijakan suku bunga dan nilai tukar merupakan paket kebijakan bauran, yang terkait dengan prinsip kehati-hatian perbankan kebijakan mikroprudensial. Protokol manajemen krisis BI telah berintegrasi di bawah Forum Koordinasi Stabilitas Sistem Keuangan FSSK. Namun, forum ini perlu dipayungi oleh Undang-undang Jaring Pengaman Sektor Keuangan JPSK, agar dapat menanggulangi krisis keuangan dengan lebih baik lagi. Kebijakan makroprudensial akan memperkuat fungsi dan peran aktif BI sebagai salah satu otoritas pengelola krisis moneterperbankan yang berpotensi membahayakan sistem moneterperbankan secara keseluruhan. Penguatan fungsi ini sangat tepat waktu pasca disahkannya UU Otoritas Jasa Keuangan OJK dimana fungsi pengaturan dan pengawasan bank dan lembaga keuangan non-bank beralih kepada OJK sejak awal tahun 2014. Pemeliharaan stabilitas sistem keuangan ini mencakup pula penguatan stabilitas subsistem keuangan mikroBPR, yang meliputi penyusunan mekanismeperaturan, termasuk sistem peringatan dini y y . Kedua, penguatan ketahanan dan daya saing sektor keuanganperbankan ditempuh melalui: i pelaksanaan ketentuan penyediaan modal minimum KPMM, ii implementasi arsitektur perbankan Indonesia APIpenataan struktur kepemilikan bank, dan iii pengaturan penyesuaian kegiatan usaha dan perluasan jaringan kantor bank berdasarkan modal inti. Ketentuan KPMM akan mendorong kemampuan permodalan bank dalam menyerap risiko yang disebabkan oleh kondisikrisis perbankan termasuk pertumbuhan kredit yang berlebihan, sesuai dengan standar internasional Basel III. Ketentuan permodalan yang mengacu pada standar ini akan diupayakan dipenuhi secara bertahap hingga awal tahun 2019. Penguatan struktur perbankan diupayakan pula melalui program penguatan Bank Pembangunan Daerah BPDBank Provinsi ÷ , BRC sebagai upaya pelaksanaan Arsitektur Perbankan 358 | + Indonesia. Selain itu, dalam ketentuan kepemilikan bank, akan diatur pembatasan pemilikan pihak asing dalam bank nasional melebihi jumlah atau proporsi tertentu. Pengaturan kepemilikan bank yang lebih ketat akan diberlakukan untuk menghindari konglomerasi yang tumpang tindih antara sektor keuangan dan sektor riil. Di sisi lain, pengaturan kegiatan usahajaringan kantor berdasarkan modal inti bertujuan untuk meningkatkan tata kelola dan kesehatan perbankan. Pengaturan ini sangat diperlukan untuk meningkatkan ketahanan dan daya saing bank. Perbankan juga didorong berkontribusi dalam pembangunan ekonomi, di wilayah yang selama ini kurang terlayani. Dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN 2020 di sektor keuangan, diupayakan kebijakan penguatan sektor keuangan termasuk perbankan di bidang permodalan, aset, likuiditas dan strategi keuangan. Azas perlakuan yang sama kepada bank asing resiprokal di lingkungan ASEAN perlu diupayakan, antara lain melalui pembentukan kelompok bank pilihan diantara negara anggota ASEAN ASEAN Qualified Banks. Di Industri keuangan non-bank IKNB, penguatan kualitas manajemen meliputi manajemen risiko dan operasional lembaga jasa keuangan diarahkan dalam rangka meningkatkan efisiensi, kemudahan bertransaksi dan pelaporan, serta perlindungan konsumen pelaku pasar termasuk di pasar modal. Terkait dengan keuangan syariah, strategi dan arah kebijakan sektor keuangan syariah ke depan adalah sebagai berikut: a. Meningkatkan dukungan dan komitmen dari pemerintah mengenai pengembangan keuangan syariah guna mendorong semua pemangku kepentingan untuk bekerja lebih erat mengembangkan keuangan syariah dan sekaligus memberikan sinyal positif bagi pasar keuangan syariah nasional. b. Membentuk Komite Nasional untuk Pengembangan Keuangan Syariah yang memiliki legitimasi dan kekuatan yang diperlukan untuk mengkoordinasikan agenda pengembangan keuangan syariah. Komite ini bertugas memastikan pelaksanaan visi misi dan rencana induk pengembangan keuangan syariah di Indonesia mencapai target target yang ditetapkan. c. Sosialisasi dan kampanye mengenai keuangan syariah yang dipimpin oleh Komite dengan menggunakan saluran-saluran yang ada sekaligus