Peningkatan Akses Pelayanan Kesehatan Dasar dan

Rancangan Awal RPJMN 2015-2019 | 133 preventif. Salah satu tantangan utama khususnya adalah kapasitas fasilitas kesehatan dalam peningkatan upaya kesehatan promotif dan preventif. Tantangan untuk pelayanan kesehatan rujukan terutama adalah pemenuhan fasilitas pelayanan dalam hal sarana, obat alat kesehatan dan tenaga kesehatan sesuai dengan standar, pengembangan dan penerapan akreditasi rumah sakit dan sistem rujukan yang didukung oleh sistem informasi.

2.1.9 Pemenuhan Ketersediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan

Pengawasan Obat dan Makanan Persentase obat yang memenuhi standar mutu, khasiat dan keamanan terus meningkat dan pada tahun 2011 telah mencapai 96,79 persen, sedangkan alat kesehatan dan PKRT yang memenuhi syarat keamanan, mutu dan manfaat terus meningkat dan pada tahun 2012 mencapai 85,84 persen. Walaupun demikian, hanya 67,8 persen sarana produksi obat tahun 2013 dan hanya 64,7 persen sarana produksi alat kesehatan dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga PKRT yang memiliki sertifikasi Good Manufacturing Practices terkini dan memenuhi cara produksi yang baik Good Manufacturing Practices. Ketersediaan, obat dan vaksin telah secara nasional umum telah cukup baik yaitu mencapai 96,93 persen pada tahun 2013. Namun ketersediaan di tingkat fasilitas pelayanan kesehatan dasar masih belum memadai. Misalnya Puskesmas yang mempunyai lebih dari 80 persen jenis obat umum yang cukup baru mencapai 13,2. Selain itu, variasi ketersediaan obat dan vaksin masih tinggi dengan 13 provinsi melebihi 100 persen misalnya Kalimantan Barat, Jawa Timur, Yogyakarta sedangkan di beberapa provinsi lainnya masih di bawah 80 persen Maluku, Gorontalo, Kepulauan Riau. Kelebihan persediaan menimbulkan inefisiensi sedangkan ketersediaan yang rendah menyebabkan pelayanan kesehatan yang kurang optimal. Penggunaan obat generik di sarana kesehatan terus meningkat yaitu mencapai 96,11 persen di Puskesmas dan 74,87 persen di Rumah Sakit. Sementara itu obat rasional dan obat generik di fasilitas kesehatan belum dimanfaatkan secara optimal, ditunjukkan dengan penggunaan obat rasional di sarana pelayanan kesehatan dasar pemerintah mencapai 61,9 persen. Belum optimalnya pemanfaatan obat generik di fasilitas kesehatan, antara lain juga disebabkan oleh masih rendahnya pengetahuan masyarakat mengenai obat generik. Berdasarkan data Rifaskes 2011, persentase penduduk yang mempunyai pengetahuan tentang obat generik baru mencapai 46,1 persen di perkotaan dan 17,4 persen di pedesaan. Selain itu pada tahun 2013, sebanyak 35 persen rumah tangga melaporkan menyimpan obat 134 | Rancangan Awal RPJMN 2015-2019 termasuk antibiotik tanpa adanya resep dokter. Berbagai indikator kefarmasian dan ketersediaan obat tingkat nasional menunjukkan permasalahan dihadapi dari sisi ketersediaan obat dan alat kesehatan, mutu pelayanan, dan penggunaan obat di tingkat masyarakat. Manajemen supply chain menghadapi kendala dalam kualitas fasilitas dan sarana, serta kemampuan dan keterampilan dalam perencanaan, distribusi, manajemen stok dan mutu serta pengelolaan persediaan di tingkat propinsi dan kabupatenkota serta sistem data dan informasi persediaan dan penggunaan obat di gudang obat yang lemah. GAMBAR 2.5 INDIKATOR KEFARMASIAN DAN OBAT TINGKAT NASIONAL 2011 Sumber: Rifaskes, 2011 Dalam upaya mencapai kemandirian pemenuhan obat dalam negeri, hampir 90 kebutuhan obat dapat diproduksi dalam negeri, namun hampir 96 bahan baku industri farmasi masih sangat tergantung dengan bahan baku impor. Pemenuhan alat kesehatan alkes juga masih menunjukkan ketergantungan yang tinggi terhadap industri alkes luar negeri. Tingkat ketergantungan ini dapat diminimalisir dengan peningkatan kemandirian di bidang obat dan alkes dengan menumbuhkan industri bahan baku obat dan alkes dalam negeri yang didukung oleh riset terkait bahan baku obat terutama bahan baku obat kimia. Selain itu, kemandirian pemenuhan BBO juga perlu didukung dengan pengembangan bahan baku obat tradisional Rancangan Awal RPJMN 2015-2019 | 135 terutama pemanfaatan keanekaragaman hayati dalam negeri. Untuk menunjang upaya pencapaian kemandirian bahan baku obat perlu juga penguatan jejaring antara Pemerintah-Swasta business-Perguruan tinggi dan kelompok masyarakat sipil dalam rangka riset dan penguatan industri obat. Tantangan yang dihadapi adalah peningkatan penggunaan obat generik dan obat rasional melalui peningkatan peresepan, penggunaan dan pengetahuan masyarakat mengenai obat generik dan obat rasional. Untuk menjamin ketersediaan dan mutu, keamanan dan khasiat obat dan alat kesehatan hingga di fasilitas kesehatan dan pasien perlu peningkatan dan pengembangan supply chain dan monitoring termasuk sumber daya manusia, fasilitas, standar keamanan, dan teknologi informasi. Dalam rangka pengendalian mutu, biaya dan proses pengadaan perlu penyempurnaan, penyelarasan dan evaluasi reguler Fomularium Nasional Fornas, Daftar Obat Esensial Nasional DOEN dan Daftar dan Plafon Harga Obat DPHO. Selain itu perlu ekplorasi dalam penetapan dan pengendalian harga obat misalnya melalui berbagai insentif fiskal dan finansial dan pengurangan ketergantungan bahan baku obat dan alat kesehatan luar negeri antara lain negeri. Dari sisi produksi dan distribusi, perlu upaya peningkatan kapasitas produksi sesuai standar cara pembuatan obat yang baik CPOB dan mengikuti cara distribusi obat yang baik untuk menjamin mutu, kemanan dan khasiat serta peningkatan daya saing produk obat, alat kesehatan dan makanan, termasuk penguatan pengawasan regulasi dan penegakan hukum. Dalam hal kemandirian penyediaan bahan baku obat BBO, perlunya penguatan dan pengembangan industri bahan baku obat dalam negeri termasuk bahan baku obat tradisional dengan pemanfaatan keanekaragama hayati dalam negeri serta penguatan jejaring stakeholders terkait. Pelaksanaan JKN berpotensi meningkatkan permintaan akan obat dan alat kesehatan termasuk obat untuk penyakit tidak menular yang relatif cukup mahal. Hal ini memerlukan Mekanisme pemilihan obat dan teknologi dalam paket manfaat JKN antara lain melalui Health Technology Assesment HTA. JKN akan meningkatkan tekanan terhadap sistem kesehatan untuk menjamin akses yang merata terhadap obat dan alat kesehatan di seluruh daerah. Untuk itu perlu antisipasi terhadap ekskalasi biaya untuk obat terutama untuk TB dan HIVAIDS sebagai efek dari pengurangan ketergantungan dari donor.

2.1.10 Pemenuhan Sumber Daya Manusia Kesehatan

Permasalahan di ketenagaan kesehatan terjadi pada sisi produksi dan ketersediaan, persebaran dan penempatan, dan mutu dan