Edukasi Dan Sosialisasi Mengenai Konsep Halal Sebagai Konsep Mutu

hanya berkaitan dengan praktek halal atau halal practice saja tetapi hingga penerapan GAP. GMP, GDP, GCP, HACCP dan jaminan mutu lainnya yang sangat berpengaruh terhdapa persaingan agroindustri halal global. Dalam implementasi strategi melalui peningkatan edukasi dan sosialisasi dapat melaui pengenalan dan meningkatkan kesadaran atas konsep halal sebagai jaminan mutu. Halal juga perlu disosialisasikan sebagai salah satu yang akan mendapatkan keuntungan kompetitif atas produk yang dikembangkannya. Pelaksanaan ini perlu diduukung juga dengan meningkatkan jumlah dan kualitas auditor halal serta penempatan petugas penjamin halal di setiap lini kegiatan agroindustri halal yang ada.

h. Penciptaan Halal Champions

Industri besar di Indonesia pada umumnya sudah tersertifikasi halal, bahkan diantaranya terdapat beberapa perusahaan yang sudah mengekspor produk halalnya dan mampu bersaing di pasar internasional. Industri dengan skala sedang pada umumnya belum melakukan sertifikasi halal pada produknya. Hal ini dikarenakan berbagai kendala dari mulai kesadaran hingga biaya beratnya yang perlu dikeluarkan selama proses audit halal. Strategi yang diambil kemudian diikuti dengan penguatan industri besar dengan memberikan berbagai kesempatan dan solusi kepada industri menengah dan kecil untuk secara bertahap dapat berkembang menjadi pelaku agroindustri halal besar dibantu melalui berbagai program kebijakan dan insentif. Strategi yang dirumuskan adalah bagaimana Pemerintah, MUI, dan pihak terkait bekerjasama membangun sistem halal di Indonesia sehingga dapat sinergis dalam membangun Industri halal secara startegis, sedangkan saat ini posisi pemerintah dengan MUI pada saat ini cenderung saling memperebutkan posisi strategisnya. Walaupun tren sertifikasi halal meningkat, banyak industri besar, menengah dan kecil yang belum mendapatkan sertifikat halal dan mencapai standar SNI LPPOM, 2010. Saat ini sertifikasi halal adalah proses yang sukarela, dan banyak produsen yang mengklaim produknya sebagai produk halal tanpa menjalani sertifikasi. Untuk itu pemerintah berperan penting untuk memacu perkembangannya, terutama untuk mendorong usaha skala menengah dan kecil yang jumlahnya jauh lebih besar untuk dikembangkan menjadi pemain halal utama dimasa yang akan datang. Variasi besaran skala industri dari yang kecil hingga besar yang sangat tinggi, mendorong pentingnya diciptakan startegi pengembangan agroindustri halal secara menyeluruh. Sebagai gambaran, kekuatan industri makanan dan minuman di Indonesia terbagi tiga kelompok yakni kelompok rumah tangga 1.087.449 unit, usaha kecil menengah 66.178 unit dan kelompok usaha besar sebanyak 6.064 unit PIPIM, 2010. Jilka dilihat dari dari komposisinya, industri makanan dan minuman Indonesia didominasi oleh usaha rumah tangga dan usaha kecil dan menengah. Dibandingkan dengan Thailand yang memiliki 20.000 unit pabrik dan 8.000 diantaranya telah berstandar internasional, maka Indonesia tergolong jauh tertinggal apalagi jika dikomparasikan dengan luas wilayah, kekayaan sumber daya alam dan jumlah penduduknya. Dari struktur usaha yang dilihat maka pengembangan industri halal di Indonesia jika dikembangkan akan memiliki karakteristik yang berbeda. Hal tersebut dikarenakan perlunya upaya khusus untuk mendorong usaha rumah tangga dan usaha kecil menengah untuk dapat berkembang kearah tingkatan yang lebih tinggi sebagai industri besar yang mampu bersaing dengan standar internasional. Dalam perspektif industri, pihak produsen dalam upaya menjalankan bisnisnya berupaya untuk tidak bermain se-spesifik mungkin terhadap golongan- golongan tertentu. Kebijakan pada perusahaan besar pada umumnya dilakukan dengan tidak membedakan berbagai status sosial, strata, agama dan lainnya. Produk yang dihasilkan harus sejalan dengan GMP, HACCP, TQM, dan lain-lain termasuk halal ataupun kosher atau bahkan vegetarian yang kesemuanya akan dipenuhi seseuai dengan regulasi di negara yang dimasuki pasarnya. Pemenuhan komitmen terhadap perlindungan konsumen juga diwujudkan industri besar pada hal-hal lain di luar halal, walaupun terdapat tuntutan yang muncul dari konsumen yang minoritas. Sebagai contoh, perlindungan konsumen yang alergi terhadap kandungan tertentu dalam produk makanan, meskipun perbandingannya hanya 1:1.000.000 maka perusahaan akan tetap melindungi produknya untuk tidak menyebabkan peristiwa alergi tersebut. Hal yang sama dilakukan terhadap pemenuhan tuntutan produk halal, Pada dasarnya dilakukan untuk melindungi konsumen. Sekecil apapun persyaratannya, maka perusahan besar pada umumnya berusaha untuk memenuhi terhadap tuntutan-tuntutan masyarakat, termasuk didalamnya mengenai halal. Berkaitan dengan kekuatan daya saing pelaku agroindustri halal Indonesia yang potensial dikembangkan adalah meningkatkan pertumbuhan jumlah industri, terutama yang berasal dari kalangan UKM yang memiliki jumlah dan tingkat pertumbuhan yang tinggi untuk dibina dan didampingi untuk tumbuh menjadi pelaku utama halal dimasa yang akan datang. Dalam penciptaan Halal Champions, produk halal dari kelompok UKM diupayakan untuk memiliki mutu yang seragam dan memenuhi standar mutu yang baik dengan pendampingan berkelanjutan dari pemerintah untuk mencetak produsen-produsen lokal menjadi Halal Champions. Selama ini, UKM memiliki karakteristik yang membuat produk-produknya tidak bersaing. Pada Gambar berikut diperlihatkan karakteristik industri kecil menengah Widjajani, 2008 yang dikaitkan dengan program Halal Champions dalam upaya menciptakan daya saing produk agroindustri halal.