73 mengalami tren yang meningkat, hal ini didorong oleh kenaikan pendapatan per
kapita dan perubahan pola konsumsi. Perubahan di atas lebih banyak dipengaruhi oleh budaya barat dan tingkat ketergantungan yang semakin besar terhadap negara
produsen lain dan meningkatkan resiko kemanan pangan Hashim, 2008.
4.2.4. Amerika
Populasi Muslim di Amerika Utara meningkat jumlahnya mencapai 9,7 juta jiwa pada tahun 2010. Mayoritas Muslim di Amerika Serikat adalah imigran
dan keturunannya yang mendiami wilayah-wilayah yang juga merupakan sepuluh pasar makanan halal terbesar dengan nilai mencapai USD 13.1 Miliar pada tahun
2010, yakni 1 New York City, New Jersey, dan wilayah metropolitan Long Island; 2 Los Angeles, 3 Chicago; 4 Detroit; 5 Houston; 6 Dallas Fort
Worth; 7 South Florida; 8 San Francisco; 9 Atlanta, dan 10 Washington, DC Kassim, 2010.
Sebanyak 60 persen Muslim di Amerika Serikat berusia dibawah 40 tahun dengan pendapatan perkapitanya sebanyak 66 persen mencapai USD 50,000, dan
26 persennya mencapai lebih dari USD 100,000 dengan potensi pasarnya mencapai USD 30-40 juta per tahun AAHC, 2010. Konsumen Muslim Amerika
Serikat memiliki gaya hidup sibuk, yang pada umumnya tidak lagi memungkinkan untuk menyiapkan makanan di rumah, sehingga ketersediaan
makanan siap saji halal semakin penting dan potensi bisnis yang besar. Kondisi di atas ditanggapi oleh beberapa perusahaan yang meluncurkan
produk halal untuk memenuhi tuntutan konsumen seperti pizza, daging beku dan daging unggas. Sebagian besar perusahaan membuat produk makanan olahan
halal pada awalnya hanya untuk orientasi ekspor, namun lambat laun berkembang untuk memenuhi pangsa pasar domestik. Saat ini pasar produk halal belum
seluruhnya tercukupi, karena saat ini pembelanjaan produk halal di Amerika Utara totalnya baru mencapai USD 16.2 juta pada tahun 2010 World Halal Forum,
2010. Produk halal di Amerika Serikat belum begitu lengkap tersedia di pasaran,
sehingga alternatif yang digunakan konsumen adalah produk kosher, walaupun kosher tidak sama dengan halal. Sebanyak 16 persen pasar kosher di Amerika
74 Serikat dibentuk oleh konsumen Muslim, dan berdasarkan riset oleh Midamar
Corp pada tahun 2010, menerangkan bahwa 92 persen konsumen Muslim Amerika akan membeli produk halal jika tersedia dipasaran dan sejumlah
penyedia produk halal sudah mulai berkembang ke tempat-tempat publik seperti sekolah swasta, penjara, pasar, industri penerbangan World halal Forum, 2010.
Produk halal di Amerika Serikat, tingkat popularitasnya masih di bawah produk Kosher yang dikonsumsi umat Yahudi. Produk Kosher jauh lebih dipercaya oleh
Muslim di Amerika Serikat dengan perbandingan 86 : 1 Dahlan, 2009.
4.3. ASEAN Halal-Hub
Dalam lingkup ASEAN, halal menjadi topik yang berkembang sejak tahun 1998 ketika untuk pertama kalinya konsep halal standar ASEAN mulai
dibicarakan dan didiskusikan di Hanoi, Vietnam. Dalam perkembangannya hingga kini masih diperdebatkan mengingat terdapatnya perbedaan-perbedaan prinsipil
yang sulit dipecahkan antarnegara anggota. Untuk menyikapi permasalahan tersebut maka dibentuk Kelompok Kerja Produk Pangan halal atau ASEAN
Working Group on Halal yang memiliki tugas untuk mempromosikan kerjasama,
pertukaran informasi, dan harmonisasi regulasi sektor makanan halal dan kebijakan di negara-negara ASEAN, serta melakukan tinjauan atas pengolahan
dan pemasaran makanan halal di kawasan ASEAN dalam wadah ASEAN Food Safety Network
AFSN dan pada tahun 2009, sekretariat ASEAN mengeluarkan ASEAN General Guidelines On The Preparation And Handling Of Halal Food
Sekretariat ASEAN, 2009 Selama penelitian berlangsung, didapatkan bahwa berbagai upaya tengah
diusahakan oleh beberapa Negara ASEAN untuk menggunakan logo halal bersama ASEAN. Logo halal bersama dimaksudkan untuk memberikan pedoman
pelaksanaan bagi industri makanan halal, dan sebagai syarat bagi sertifikasi produk yang akan diperdagangkan dalam pasar ASEAN. Walaupun ide yang
digulirkan adalah ide yang baik, namun pada pelaksanaannya sulit dilakukan mengingat adanya perbedaan kepentingan di setiap negara. Perbedaan tujuan
pengembangan industri dan perdagangan di setiap negara yang berbeda-beda. Di negara-negara ASEAN misalnya, Malaysia, Singapura dan Thailand memiliki
75 kepentingan untuk melakukan kepentingan ekspansi pasar karena pasar lokalnya
tidak cukup besar untuk diekplorasi. Di lain pihak, di Filipina,
meskipun Muslim merupakan penduduk minoritas, namun pemerintah setempat mendukung Office of
Muslim Affair OMA untuk memberi sertifikasi kepada produk-produk ekspor asal
negara-negara tersebut, s
Diantara negara-negara ASEAN berpenduduk muslim seperti, Malaysia dan Brunei Darussalam adalah negara yang paling memiliki komitmen dalam
memajukan industri halal-nya. Malaysia hadir dengan berbagai kebijakan strategisnya yang sangat maju, sedangkan Brunei Darussalam berupaya
menggabungkan identitas negaranya sebagai negara Islam dengan Australia sebagai produsen daging utama dunia untuk menjadi pemimpin dalam industri
berbasis daging halal yang aman dikonsumsi. Brunei Darussalam juga menekuni upaya pencitraan yang instensif sebagai produsen makanan berkualitas dengan
membuka Brunei Halal Park serta mengembangkan Brunei Halal Brand secara internasional sebagai identitasnya.
edangkan Indonesia, orientasi pengembangan produk halal adalah hanya untuk melindungi konsumen muslim di dalam negeri dan hal
tersebut pun adalah visi dari lembaga auditor halal LPPOM-MUI.
Negara-negara ASEAN berpenduduk mayoritas non-Muslim pun, seperti
Thailand, Singapura dan Fili
pina juga telah teridentifikasi upayanya dalam mengambil langkah-langkah untuk memasuki pasar halal global. Sebagai contoh,
Singapura mengambil sejumlah langkah agar mampu menjadi halal hub internasional dengan melakukan berbagai kampanye iklan di Timur Tengah. Di
lain pihak, Thailand dengan dukungan penuh pemerintah dengan diorganisir oleh The Central Islamic Committee of Thailand
CICOT, bekerjasaman dengan Kementerian Agama dan Kementerian Dalam Negeri telah berhasil
mengembangkan Thailand sebagai pusat kuliner dan produk halal yang juga unggul dalam pengembangan keilmuan serta pengujian indsutri halal-nya dengan
konsep Hal-Q yang mulai diterima di pasar Internasional Songsumud, 2009.
Dari penelaahan di atas, negara-negara anggota ASEAN tersebut tengah mengedepankan produk halalnya sebagai produk yang dipandang penting bagi
agroindustrinya
. Pada Tabel 11 berikut diperlihatkan intisari yang disintesakan oleh peneliti untuk menggambarkan perkembangan agroindustri halal yang
berkembang di tiga negara ASEAN yang paling maju agroindustri halalnya.