Dengan kondisi tersebut maka pasar Indonesia akan terancam oleh produk-produk halal asing yang memiliki tingkat daya saing yang lebih baik.
7.3.6. Filipina
Tingkat kematangan Filipina dalam penguasaan faktor intrinsik produk menjadi yang paling rendah diantara negara-negara lain. Filipina dikategorikan
sebagai negara yang baru memulai agroindustri halalnya sehingga memiliki nilai- nilai skor yang rendah. Gambar 49 berikut menjelaskan tingkat kematangan dan
pencapaian skor faktor-faktor intrinsik produk Filipina.
Gambar 49. Tingkat Kematangan Faktor Intrinsik Produk Halal Di Filipina
Faktor dengan nilai tertinggi yang diperoleh Filipina terletak pada faktor rasa dengan 3,18 dan harga dengan skor 3,06. Selain ke-dua faktor tersebut,
memliliki skor dibawah 3,0 yang menunjukkan bahwa kondisinya masih kurang baik. Latar belakang budaya, lokasi geografis dan kondisi sosial budaya yang
relatif jauh dari negara-negara ASEAN lain melatarbelakangi tidak fokusnya pengembangan agroindustri Filipina dengan platform halal, namun seiring dengan
perkembangan bisnis halal global, Filipina mulai mencoba memasuki pasar halal global dengan berpartisipasi dalam beberapa pameran dagang produk halal
internasional termasuk MIHAS di Malaysia.
7.4. Dampak Kekuatan Intrinsik ASEAN Terhadap Indonesia
Dari ke-enam negara ASEAN yang mengembangkan agroindustri halal yang diperbandingkan faktor-faktor intrinsik produknya, didapatkan berbagai
keunggulan dan kelemahan sekaligus potensi yang dapat didayagunakan serta ancaman-ancaman yang datang dari produk negara-negara yang diperbandingkan.
Hasil perbandingan hasil analiss kekuatan, kelemahan, potesi dan ancaman secara keseluruhan menunjukkan bahwa, Malaysia dan Thailand menjadi negara yang
memiliki tingkat kematangan faktor intrinsik produk yang jauh lebih maju dibandingkan dengan negara-negara lainnya.
Dari hasil analsis yang dilakukan, Walaupun Indonesia berada pada posisi kelima dan dalam kategori cukup baik dalam penguasaan fakor-faktor intrinsik
produk dengan skor rata-rata di atas 3,0. Keunggulan Indonesia dalam hal harga, rasa, variasi produk dan level of trust adalah modal penting dalam pengembangan
agroindustri halal, karena faktor-faktor tersebut berkaitan dengan citra yang sulit dibangun oleh negara lain dalam waktu dekat. Dalam hal mutu, penampilan
produk dan cara penyajian, Indonesia perlu memberikan perhatian lebih dalam agar mampu ditingkatkan atau menyamai kekuatan produk-produk halal
kompetitor dari negara lain. Dalam mengembangkan agroindustri halal lebih lanjut, diperlukan kebijakan khusus dari pemerintah dalam meningkatkan tingkat
kematangan faktor-faktor intrinsik produk halal dalam koridor kebijakan pengembangan agroindustri halal nasional.
Halaman ini sengaja dikosongkan