8.5.3. Brunei Darussalam
Posisi ke tiga dalam kekuatan faktor-faktor eksintrik adalah Brunei Darussalam. Konteks agroindustri halal yang dinilai dalam penelitian ini membuat
faktor-faktor kebijakan, infrastruktur, advokasi, dan jejaring kelembagaan memiliki bobot yang tinggi. Brunei Darussalam memiliki hasil skor yang tinggi
dalam beberapa faktor tersebut. Gambar 56 berikut memperlihatkan kekuatan faktor-faktor ekstrinsik kelembagaan yang dimiliki oleh Brunei Darussalam.
Gambar 56. Tingkat Kematangan Faktor Ekstrinsik Kelembagaan Agroindustri Halal di
Brunei Darussalam
Skor dengan kategori sangat baik diperoleh Brunei Darussalam pada faktor kesadaran masyarakat dan industri 4,83 dan jejaring kelembagaan 4,33
dan kebijakan dan komitmen pemerintah 4,33. Pada aktor-faktor yang termasuk dalam kategori baik meliputi, advokasi internasional dan lokal 3,50,
infrastruktur logistik 3,50, tingkat inovasi dan daya saing produk 3,17, sistem sertifikasi halal 3,00 dan jumlah pelaku industri halal 3,00. Faktor-faktor lain
yang memiliki skor relatif randah antara lain adalah kemampuan lembaga sertifikasi 2,83, riset dan penguasaan teknologi 2,33, ketersediaan bahan baku
1,33, potensi pasar 1,67, Dikarenakan Brunei Darussalam memiliki kelemahan dalam ketersediaan
bahan baku, potensi pasar dan riset dan penguasaan teknologi, Brunei Darussalam kemudian memilih untuk mengembangkan kerjasama dengan pemasok bahan
baku seperti Australia dan Selandia Baru, memberikan perhatian pada
peningkatan inovasi dan daya saing produknya dengan kekuatan jejaring kelembagaannya serta advokasi internasional. Pelaksanaan strategi dari hal
tersebut adalah dengan mengembangkan memiliki visi untuk menjadi pusat produk-produk halal premium yang dikembangkan secara global sebagai jaminan
bagi aktifitas ekonominya setelah minyak dan gas bumi. Advokasi diwujudkan dengan menjalin kemitraan dengan berbagai negara penghasil bahan baku
terutama daging sapi untuk diolah menjadi produk halal bernilai tambah tinggi yang dijadikan komoditas ekspor utamanya.
Konsistensi kebijakan dan kekuatan faktor-faktor ekstrinsik kelembagaan Brunei Darussalam berada pada faktor-faktor yang memiliki bobot kepentingan
yang tinggi. Hal tersebut menyebabkan Brunei Darussalam berada pada posisi ke- tiga sebagai negara dengan kekuatan faktor-faktor ekstrinsik kelembagaan
agronidustri halal tertinggi.
8.5.4. Singapura
Dalam konteks pengembangan agroindustri halal, Singapura tidak memiliki kebijakan khusus, namun peringkat Singapura termasuk baik karena
mampu menguasai faktor-faktor yang dibutuhkan agroindustri halal untuk berkembang. Kekuatan faktor ekstrinsik Singapura dijelaskan dalam Gambar 57
berikut.
Gambar 57. Tingkat Kematangan Faktor Ekstrinsik Kelembagaan Agroindustri Halal di
Singapura
Bentuk jejaring yang didapatkan pada Gambar 56 di atas, menunjukkan bahwa Singapura memiliki jejaring kekuatan agroindustri halal yang belum
berkembang. Luas jejaring kekuatan faktor ektrinsiknya juga relatif kecil dan tidak merata. Meskipun demikian, faktor-faktor kunci yang dibutuhkan dalam
pengembangan agroindustri halal dikuasai dengan baik oleh Singapura kecuali kebijakan dan komitmen pemerintah yang tidak eksplisit menyelenggarakan
pengembangan agroindustri halal, namun pemerintahannya memperimbangkan halal sebagai faktor yang harus dipenuhi dalam memenuhi kebutuhan konsumen
dan demi kelangsungan bisnisnya secara keseluruhan. Faktor-faktor terbaik yang dimiliki Singapura terdapat pada infrastruktur
logistik 4,83, inovasi dan daya saing serta nilai tambah produk 4,37 yang meraih skor yang sangat tinggi dengan kategori sangat baik. Sementara posisi
Singapura sebagai pusat perdagangan komersial memiliki kemampuan advokasi 3,17, tingkat kesadaran masyarakat dan industri 3,33, jejaring kelembagaan
3,00 serta riset dan penguasaan teknologi 2,83, skor tersebut menunjukkan bahwa bisnis halal yang berkembang tampak murni atas motivasi bisnis yang
meilihat potensi bisnis halal global yang besar. Salah satu bukti komitmen dunia bisnis pada bisnis halal adalah dengan terselenggaranya pameran dagang halal
tahunan Singapore International Halal Expo untuk merespon potensi pasar internasional yang berkembang pesat.
Potensi pasar halal dalam negeri Singapura memang relatif kecil 1,17, terlebih lagi Singapura tidak memiliki sumber bahan baku bagi pelaksaanaan
agroindustrinya 1,00, namun karena peranannya sebagai pusat distribusi, pusat nilai tambah, perdagangan dan sebagai tujuan utama pelaku bisnis dan pariwisata,
Singapura memiliki komitmen untuk melaksanakan bisnis yang kuat untuk merespon keinginan pasar terhadap produk-produk halal global. Dengan kondisi
tersebut, kekuatan Singapura walaupun rendah dalam hal kebijakan dan komitmen pemerintahnya dalam agroindustri halal 2,33 namun kebijakan bisnis
perdagangannya menempatkan pemenuhan syarat kehalalan sebagai kondisi yang harus dipenuhi sehingga menempatkan Singapura pada posisi ke-empat di atas
Indonesia dan Filipina.