Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian

17

1.8. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk merancang strategi pengembangan agroindustri halal Indonesia menggunakan metoda analitik deskriptif, pengamatan langsung pada pameran MIHAS, survey, wawancara dan Focus Group Discusion, analisis SWOT Kuantitatif, dan analisis SWOT-AHP. Namun karena luasnya cakupan agroindustri halal Indonesia maka dalam penelitian ini ditentukan batasan permasalahan yang digunakan dalam penelitian ini. Kajian dilakukan dengan batasan pada terminologi agroindustri halal dengan produk-produk halal yang dikaji dibatasi ke dalam lima kelompok, yakni 1 Produk daging, 2 Produk makanan dan minuman olahan, 3 Produk mikrobial, 4 Produk seasoning dan flavour, serta 5 Produk kosmetik dan obat- obatan. Perumusan strategi yang dikaji terbatas pada bagaimana memastikan ke- lima kelompok produk halal tersebut teridentifikasi dari faktor intrinsik produk dan faktor ekstrinsik kelembagaannya untuk diarahkan pada peningkatan daya saing agroindustri halal nasional dalam pasar global. 19 II . TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Agroindustri

Agroindustri adalah industri yang mengolah komoditas pertanian primer menjadi produk olahan, baik produk antara intermediate product maupun produk akhir finish product, termasuk di dalamnya adalah penanganan pasca panen, industri pengolahan makanan dan minuman, industri biofarmaka, industri bio-energi, industri pengolahan hasil ikutan by-product serta industri agrowisata Arifin, 2004. Di lain pihak, kegiatan agribisnis memiliki arti penting bagi pengembangan agroindustri yakni kegiatan usaha yang meliputi salah satu atau keseluruhan dari mata rantai produksi, pengolahan hasil dan pemasaran yang ada hubungannya dengan pertanian dalam arti luas yang menunjang kegiatan pertanian dan kegiatan usaha yang ditunjang oleh kegiatan pertanian. Esensi utama dari suatu sistem agribisnis sebagai keterkaitan seluruh komponen dan subsistem agribinis yang terdiri atas 1 Sub Sistem Agribisnis Hulu, 2 Sub Sistem Pengolahan Usaha Tani, 3 Sub Sistem Pengolahan, 4 Sub Sistem Pemasaran serta 5 Sub Sistem Penunjang. Dengan elemen-elemen tersebut bukan hal mudah untuk dapat memutuskan suatu strategi pengembangan yang terintegrasi, apalagi dengan fakor eksternal yang sukar untuk dikendalikan Gumbira-Sa’id dan Intan, 2004. Pada masa lalu, dengan orientasi pada peningkatan produksi, maka yang menjadi motor penggerak sektor pertanian adalah usaha tani. Hasil usaha tani menentukan perkembangan agribisnis hilir dan hulu. Hal di atas pada dasarnya sesuai pada masa lalu, karena target pembangunan sektor pertanian masih diorientasikan untuk mencapai tingkat produksi semaksimal mungkin. Saat ini, dan di masa yang akan datang, orientasi sektor pertanian secara berangsur-angsur berubah kepada orientasi pasar. Dengan berlangsungnya perubahan preferensi konsumen yang makin menuntut atribut produk yang lebih rinci dan lengkap serta adanya preferensi konsumen akan produk olahan, maka motor penggerak sektor pertanian harus berubah dari usaha tani kepada agroindustri. Dalam hal ini, untuk mengembangkan sektor pertanian yang modern dan berdaya saing, agroindustri