Tahapan Penelitian METODE PENELITIAN

SWOT-AHP. Secara garis besar tahapan prosedur penelitian ini dijelaskan pada Gambar 19 berikut ini. 2. Analisa SWOT kuantitatif agroindustri halal melibatkan 17 responden mewakili berbagai stakeholder dalam negeri dan ASEAN yang berwawasan internasional § Identifikasi faktor internal dan eksternal yang menjadi elemen SWOT § Pembobotan masing-masing elemen SWOT § Penentuan daya saing agroindustri halal 1. Perbandingan Langsung § Identifikasi perkembangan tren industri halal § Pengamatan perkembangan bisnis halal periode 2009- 2011dengan kunjungan dan penelaahan di MIHASS Malaysia 2009-2011 § Penentuan daya saing agroindustri halal negara-negara ASEAN 3. Perumusan strategi pengembangan agroindustri dalam matriks TOWS secara kuantitatif § Pembuatan strategi berdasarkan kuadran SO, ST, WO dan WT § Pembobotan masing-masing alternatif strategi § Pemilihan alternatif strategi yang memiliki bobot paling tinggi 5. Analisis perbandingan bobot nilai dari masing-masing strategi Gambar 19. Alur tahapan prosedur penelitian strategi pengembangan agroindustri halal dalam mengantisipasi ASEAN Halal-Hub Pada tahapan pengolahan data pertama bertujuan untuk mengukur dan menganalisis kondisi agroindustri halal Indonesia dan ASEAN yang proses analsisnya dikelompokkan kedalam faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik Pada tahapan analisa ini dilakukan dengan metoda deskriptif analitik dan perbandingan langsung. Perbandingan dilakukan dengan pengamatan langsung agroindustri halal di dalam negeri dan perkembangan bisnis halal melalui pameran bisnis halal terbesar di dunia MIHAS periode 2009 sampai dengan 2011 serta perkembangan kerjasama IMT-GT ASEAN. Analisis SWOT-Kuantitatif dilakukan dengan melibatkan tujuh belas responden untuk mengukur tingkat pencapaian kebijakan, kesadaran, advokasi, inovasi, daya saing, kemampuan lembaga, riset dan teknologi, bahan baku, jejaring kerjasama, sertifikasi dan kekuatan pelaku industri. Langkah kedua dilakukan dengan metode analisis SWOT-Kuantitatif dengan meninjau faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik terhadap enam negara ASEAN yakni, Indonesia, Malaysia, Thailand, Singapura, Brunei Darussalam dan Flilipina. Langkah ke dua tersebut melibatkan enam pakar ASEAN dan Indonesia yang memiliki perspektif agroindustri halal Internasional. Analisis SWOT-AHP adalah metode yang digunakan pada tahapan pengolahan data kuantiatif yang ke tiga. Analisi SWOT-AHP dilakukakan untuk menentukan hierarki strategi pengembangan daya saing agroindustri halal Indonesia dengan kriteria yang dihasilkan merupakan hasil dari analisis SWOT yang mencakup kriteria Internal Intrinsik dan Ekstrinsik ditambah dengan kriteria Eksternal. Dalam penilaian kriteria ini dilibatkan enam repsonden pelaku agroindustri halal berwawasan internasional. Tahapan terkahir adalah tahapan penentuan tingkat keterkaitan altenatif strategi pengembangan agroindustri halal yang dilakukan dengan penyusunan hierarki AHP dan menganalisis hasil pembobotan SWOT-AHP pada masing-masing kriteria. Secara lebih jelas, Gambar 20 berikut menjelaskan tahapan pengolahan data kuantitatif yang dilakukan 59 KEGIATAN TAHAPAN PENGOLAHAN DATA ANALISIS DAYA SAING AGROINDUSTRI HALAL DI ENAM NEGARA ANGGOTA ASEAN Posisi Daya Saing Agroindustri Halal Nasional 1Penampilan Produk 2Rasa 3Harga 4Mutu 5Variasi Produk 6Cara Penyajian 7Apresiasi Konsumen 8Level of trust A. Tinjuan Intrinsik Mikro Kebijakan Dan Komitmen Pemerintah Tingkat Kesadaran Masyarakat Dan Industri Advokasi Internasional Dan Lokal Tingkat Inovasi Dan Daya Saing Produk Kemampuan Lembaga Sertifikasi Riset dan Pengusasaan Teknologi Ketersediaan Bahan Baku Potensi Pasar Jejaring Kelembagaan Infrastruktur Logistik Sistem Sertifikasi Halal Kekuatan Pelaku Industri Halal

B. Tinjauan Ekstrinsik

Enam Pakar ASEAN Lima Pakar Indonesia Dengan Perspektif Internasional Responden : ANALI SI S SWOT KUANTI TATI F Rumusan Prinsip Kebijakan Berdasarkan Norton 2004 Prioritas Strategi Pengembangan Agroindustri Halal Nasional Hierarki Penentuan Strategi Pengembangan Daya Saing Agroindustri Halal Enam Responden Pelaku Agorindustri Halal Berwawasan Internasonal Responden : ANALISIS SWOT-AHP Agroindustri Halal ASEAN dan Global Perbandingan Daya Saing Perspektif Pakar dan Pelaku Agroindustri Halal ASEAN 1 Indonesia 2 Malaysia 3 Thailand 4 Singapura 5 Brunei D. 6 Filipina PRIORITAS PEMILIHAN STRATEGI Menghasilkan analisis perkembangan agroindustri halal Indonesia. Menghasilkan analisis situasional dan kemampuan daya saing agroindustri halal Indonesia. Menyusun strategi pengembangan agroindustri halal yang dapat mendukung Indonesia dalam mengembangkan produk agroindustri halal yang dapat bersaing di tingkat internasional, khususnya di ASEAN. Tujuan Penelitian PEMETAAN KONDISI 2 KONDISI AGROINDUSTRI HALAL INDONESIA Pengamatan langsung MIHAS periode 2009-2011 dan IMT-GT ASEAN Aspek Yang Perlu Dikembangkan 17 Responden dari Perusahaan dan Kelompok Produk Persepsi – Analisis SWOT –kuantitatif Responden : 1 1 Bahan Baku 2 Transfor- masi 3 Produk 4 Pasar 5 Pemerin- tah DESKRIPTIF ANALITIK- PERBANDiNGAN LANGSUNG 3 Kriteria Internal; Intrinsik dan Ekstrisik . Eksternal; Desk Study Pengelompokan lima kategori produk Perumusan elemen SWOT enam negara Pembuatan list pertanyaan Pengolahan data dan pembahasan. Rumusan matriks alternatif strategi Pemilihan prioritas Penentuan kriteria daya saing Pembuatan struktur hierarki Pembuatan dan investigasi kuesioner Pengolahan data dan pembobotan Penentun koordinat SWOT Analisis posisi daya Gambar 20. Tahapan Pengolahan Data Kuantitatif 60

3.6. Responden

Agroindustri halal Indonesia memiliki beberapa stakeholders yang masing-masing memiliki kepentingan terhadap pengembangannya. Stakeholders Agroindustri halal Indonesia antara lain yang berasal dari produsen adalah pemegang saham pada industri-industri besar yang merupakan pemain utama agroindustri halal nasional, pihak manajemen dan karyawan dari perusahaan- perusahan produsen produk halal, baik produk hewani, makanan olahan, obat- obatan, kosmetik dan lainnya, pemerintah, lembaga swadaya masyarakat LSM, masyarakat konsumen dan pemerhati halal serta, pembeli, pemasok supplier, pesaing baik dari dalam dan luar negeri, asosiasi perusahaan, perusahaan ekspor impor, Majelis Ulama Indonesia MUI, lembaga riset serta lembaga auditor halal nasional dan internasional dalam penelitian ini, para pemangku kepentingan yang dijadikan nara sumber berjumlah 34 orang yang mewakili lembaga masing- masing seperti yang dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Responden Penelitia No. n Responden LembagaProfesi Jumlah Orang 1 Pemerintah 4 2 MUI atau LSM 2 3 Asosiasi Industri 4 4 Industri 11 5 Konsumen Internasional 5 6 Asosiasi UKM 3 7 Perusahaan Importir dan Eksportir 2 8 Akademisi 3 Total Responden 34 61

IV. GAMBARAN BISNIS HALAL GLOBAL

4.1. Pasar Halal Dunia

Bisnis dan perdagangan halal mencakup kelompok produk dan jasa sebagai berikut Dahlan, 2009: 1. Pangan Halal. Pangan merupakan porsi terbesar dari perdagangan dan bisnis halal saat ini. 2. Produk Non-pangan Halal Produk non-pangan, saat ini merupakan kategori dengan tingkat pertumbuhan cepat, yang meliputi kosmetik, produk konsumsi, farmasi, kimia, kulit, fashion dan lainnya. 3. Jasa Halal Jasa halal merupakan bisnis halal yang sedang berkembangan dengan laju yang sangat cepat booming yang meliputi pariwisata, spa, hotel, jasa kebugaran dan kesehatan. 4. Sistem Keuangan Halal Bisnis keuangan halal saat ini tengah menempati fase menantang, yang meliputi jasa perbankan, takaful dan sukuk. Pasar produk pangan halal yang menjadi porsi bisnis utama di dunia terdapat di negara-negara berpenduduk mayoritas muslim seperti Aljazair, Bahrain, Mesir, Indonesia, Iran, Irak, Yordania, Kuwait, Libanon, Yaman, Malaysia, Maroko, Oman, Qatar, Siria, Arab Saudi, Tunisia, Turki, dan Uni Emirat Arab. Pada negara-negara non-muslim, pasar utama pangan halal dunia terdapat di India dengan populasi penduduk muslim sekitar 140 juta jiwa, Perancis 6 juta penduduk muslim, Republik Rakyat Cina RRC 40 juta penduduk muslim, Jerman 3 juta penduduk muslim, Amerika Serikat 8 juta penduduk muslim, Inggris 1,5 juta penduduk muslim, Filipina 6 juta penduduk muslim, dan Kanada 0,8 juta penduduk muslim, www.islamicpopulation.com,2009. Di wilayah Asia, negara-negara Asia Tenggara khususnya Indonesia, Thailand, Brunei Darusalam, dan Singapura, Asia Selatan Pakistan, India, dan Bangladesh serta RRC merupakan pasar berpotensi dan menjanjikan untuk produk dan jasa halal. Berdasarkan jumlah penduduk muslim yang besar dan nilai 62 pasar pangannya, Asia merupakan pasar pangan halal terbesar dunia. Pasar pangan halal yang cukup besar lainnya adalah Afrika dan Eropa. Perkiraan ukuran pasar pangan halal dunia diperlihatkan pada Tabel 8 berikut. Tabel 8. Perkiraan Optimistik Ukuran Pasar Halal Tahunan Hashim, 2008. Negara Populasi Juta Jiwa Pengeluaran Untuk Pangan US per kapita Besar Pasar Juta US Total Muslim Total 6475,4 1565,3 N.A 547,409 1 Asia 8921 1043,7 350 365,299 Indonesia 221,9 195,3 347 67,769 Asia Barat 213.9 195,3 572 111,712 China 1311.1 39,2 156 6,115 Malaysia 26,1 15,4 381 5,867 Thailand 65 5,9 371 2,189 India 1103,6 154,5 n.a n.a Pakistan 162,4 157,5 n.a n.a Bangladesh 144,2 127,5 n.a n.a Lain-lain 672,8 153,5 n.a n.a Afrika 906 461,8 200 92,36 Eropa 727,4 51,2 1500 76,8 Amerika Utara 329 6,6 1750 11,55 Amerika Selatan 559 1,6 500 800 Oceania 33 0,4 1500 600 Wilayah Asia, Asia Barat atau Timur Tengah merupakan pasar terbesar bagi perdagangan global produk dan jasa halal. Lebih dari 90 persen penduduk Asia Barat merupakan penduduk muslim. Negara-negara Timur Tengah, terutama anggota The Cooperation Council for the Arab States of the Gulf GCC, memiliki pendapatan yang lebih tinggi dari negara-negara lainnya sehingga rata-rata konsumsi per kapita juga lebih tinggi. Impor bahan baku untuk industri pangan di negara-negara Timur Tengah dilakukan karena kurangnya volume hasil pertanian serta terbatasnya kinerja Badan Sertifikasi halal Domestik ICO, 2009. Pada Gambar 21 berikut diperlihatkan wilayah-wilayah yang merupakan negara-negara Islam Organization of Islamic Country OIC yang merupkan captive market bagi produk halal Che-Man, 2009