Perkembangan Bisnis Halal Global

10 Tabel 1. Jumlah Penduduk Muslim Dunia Tahun 2010 Kettani, 2010 Benua Populasi Jiwa Persentase Muslim Jumlah Muslim Jiwa Rasio Penduduk Muslim Asia 4.184.149.728 27,44 1.148.173.347 69,38 Afrika 1.031.761.881 43,33 447.042.815 27,01 Eropa 734.602.633 6,74 49.545.462 2,99 Amerika 939.510.388 1,03 9.704.062 0,59 Oceania 35.799,477 1,33 475.708 0,03 Dunia 6.925.824,107 23,90 1.654.941.394 100 Tabel 2. Perkiraan Jumlah Penduduk Muslim Hingga Tahun 2075 Kettani, 2010 Tahun Total Penduduk Jiwa Populasi Muslim Jiwa Rasio Terhadap Penduduk Dunia 2000 6.150.471.087 1.397.526.691 22,72 2010 6.925.824.107 1.654.941.394 23,9 2020 7.798.921.234 1.959.770.095 25,13 2030 8.782.084.481 2.320.746.124 26,43 2040 9.889.189.225 2.748.211.429 27,7 2050 11.135.860.028 3.254.412.872 29,22 2075 14.984.127.319 4.966.253.886 33,14 Industri halal, terutama pasar pangan halal merupakan bisnis yang melibatkan 150 negara, mencakup 1,65 miliar populasi Muslim, setara dengan total konsumsi Muslim sebesar US 458 Miliar per tahun dan menghasilkan aktivitas perdagangan halal internasional sebesar USD 183 Miliar per tahun Dahlan, 2009. Komunitas Muslim bukanlah satu-satunya yang mengkonsumsi produk halal tetapi telah merambah ke komunitas lain yang mengenal halal sebagai produk yang memiliki mutu yang tinggi. Pasar halal internasional tumbuh pesat dan berpotensi meraih dua miliar konsumen Muslim di seluruh dunia HDC, 2009. Bisnis halal global bahkan berkembang lebih jauh karena jangkauannya mengarah ke arah industri barang dan jasa, kemudian menjadi kekuatan besar dalam arena perdagangan dan keuangan dunia. Jika produk halal dan jasa keuangan Islam disatukan akan mencapai lebih dari satu triliun USD per tahun, 11 dan dari pemantauan pasar menunjukkan bahwa tren pertumbuhan yang kuat saat ini meningkat hingga lima sampai sepuluh tahun Che-Man, 2009. Dengan berkembang pesatnya populasi Muslim saat ini yang mencapai seperempat dari populasi dunia, menjadikan pasar halal mulai memiliki dampak yang signifikan di pasar global. Kekuatan pasar baru tersebut didorong oleh beberapa faktor berikut: Pertama, banyaknya negara-negara Muslim yang mencapai tahap perkembangan yang dapat mulai mempengaruhi pasar dunia, baik sebagai produsen maupun konsumen. Kedua, secara signifikan, barang-barang seperti daging halal dan layanan perbankan syariah semakin populer di kalangan non-Muslim, sehingga cepat memperluas dan meningkatkan pertumbuhan dalam sektor industri Che-man, 2006 Di wilayah Asia Tenggara ASEAN, Malaysia, Brunei Darussalam, dan Thailand merupakan negara-negara yang sangat aktif dalam memanfaatkan peluang pasar halal global, sedangkan Indonesia meskipun populasi Muslim–nya terbanyak di dunia justru hanya berperan sebagai pasar, bukan sebagai produsen pangan halal global. ASEAN dipelopori Malaysia berkembang sebagai pusat produksi dan pemasaran produk halal global yang dilakukan dengan kerjasama antar negara ASEAN atau dikenal sebagai ASEAN Halal-Hub. Di lain pihak, negara-negara non muslim yang sangat kuat sektor peternakannya seperti Sebagai negara dengan populasi Muslim terbesar di dunia, Indonesia menjadi sasaran pasar yang sangat besar potensinya untuk dipenetrasi oleh produk-produk halal internasional. Dengan besarnya potensi di atas, sayangnya pemerintah Indonesia kurang fokus dalam mengembangkan industri halal-nya. Oleh karena itu, pengembangan agroindustri halal di Indonesia perlu dijadikan sebagai landasan pengembangan industri yang kemudian dilengkapi dengan sistem pengembangan strategisnya. Kekuatan yang dimiliki Indonesia tersebut dapat dijadikan peluang untuk dapat memperkuat kemampuan kompetitifnya dalam menghasilkan produk-produk bermutu tinggi serta melindungi pasar domestik dari serangan produk asing, dan dalam jangka panjang Indonesia diharapkan mampu memanfaatkan peluang pasar global dan menangkap pasar halal dunia. 12 Australia, Brazil, dan Kanada saat ini telah menjadi pemasok pangan halal utama dunia untuk produk daging, unggas serta produk peternakan lain dan turunannya dikarenakan telah sadar sepenuhnya akan potensi pasar produk halal yang ada Gumbira-Sa’id, 2008. Di wilayah ASEAN, Malaysia adalah negara yang paling serius untuk memposisikan diri menjadi Halal-Hub di kawasan Asia dan pelopor dalam globalisasi sertifikasi halal. Malaysia menjadi negara pertama yang memiliki badan pengelola industi halal dan cetak biru yang memberikan tujuan jelas dan pedoman dalam industri halal-nya. Saat ini, Malaysia tengah mempersiapkan tahap pembuatan cetak biru pengembangan industri halal. Pemerintah Malaysia aktif memberikan insentif, skema atau hibah serta fasilitas lain yang didedikasikan untuk mengembangkan industri halal Che-man, 2006. Di lain pihak, Thailand yang menjadi salah satu produsen pangan utama di wilayah Asia, mendirikan industri pangan halal di wilayah mayoritas muslim provinsi Pattani dan melakukan negosiasi dengan hipermarket Carrefour untuk memasok pangan halal di berbagai cabangnya di wilayah Asia Tenggara Musalmah, 2009. Negara Asia lainnya adalah Taiwan yang mengembangkan produk halalnya bekerja sama dengan Malaysia dalam hal sertifikasi pangan halal dan berencana meningkatkan ekspor pangan halalnya untuk tujuan negara-negara Timur Tengah. Saat ini juga Republik Rakyat China secara agresif mengambil peluang pasar produk halal, termasuk Indonesia yang dijadikan sebagai pasar utama produk halalnya. Pasar produk halal Indonesia adalah salah satu tujuan pasar bagi beragam produsen pangan halal impor produsen global, khususnya di hypermarket dan supermarket besar, antara lain meliputi produk pangan fungsional, produk pangan siap saji, produk bahan tambahan makanan, kosmetik dan bahan-baku industri. Beragam produk yang bersertifikat halal yang telah dikembangkan secara global diperlihatkan pada Tabel 3 berikut. 13 Tabel 3. Ragam Produk Bersertifikat Halal Yang Telah Dikembangkan dan Dipasarkan Secara Global Gumbira-Sa’id, 2008 Produk Halal Global Daging Buah-Buahan Olahan Coklat Makanan Beku Hewan Laut Olahan Makanan Kaleng Permen Makanan Ringan Pasta dan Mi Saus Kue Sereal Seasoning Bumbu Biskuit Minuman Perkembangan global diatas menjadi tantangan bagi produk agroindustri halal Indonesia untuk mengisi potensi pasar halal global secara optimal. Oleh karena itu selayaknya Indonesia mampu mengisi potensi pasar yang sangat besar tersebut dengan modal utama berupa sumber daya alam yang mendukung sekaligus sebagai negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia.

1.4. Perumusan Permasalahan

Perkembangan produk halal di dunia menjadi suatu trend bisnis yang berkembang dengan pesat. Negara-negara yang maju agroindustri halal-nya diantaranya adalah Malaysia, Brunei Darussalam dan negara-negara lain yang populasi muslim-nya merupakan penduduk minoritas seperti Thailand, Filipina dan Perancis. Negara-negara tersebut mengedepankan produk halalnya sebagai produk yang dipandang sangat penting, sehingga menimbulkan suatu pertanyaan mengenai bagaimana strategi pengembangan produk halal yang perlu dilakukan Indonesia agar tidak hanya dijadikan sebagai target pasar produk halal terbesar. Urgensi atas permasalahan di atas semakin mengemuka ketika negara- negara ASEAN lainya sudah melangkah jauh lebih maju untuk mengembangkan agroindustri halal-nya. Malaysia dan Brunei Darusalam sejak beberapa tahun yang lalu telah memprediksi bahwa nilai pasar produk halal global segera akan mencapai USD 2.1 Trilyun dengan pertumbuhan sebesar USD 500 Milyar per tahun, dan kemudian menyikapinya dengan berbagai kebijakan untuk mengembangkan industri halalnya sebagai pelopor industri halal di dunia. Pada tahun 2010, Malaysia memposisikan diri menjadi satu-satunya pintu bagi seluruh produk makanan halal yang hendak dipasarkan oleh negara-negara lain Che-man, 2009 14 Jika rencana Malaysia terlaksana, maka akan sangat banyak sisi negatif yang akan dialami dunia usaha Indonesia, khususnya bagi kalangan industri makanan. Setiap produk Indonesia yang hendak dipasarkan ke luar negeri, terutama ke negara-negara Islam, harus dilegalisasi halal dahulu di Malaysia sebelum dapat dipasarkan ke pasar internasional. Selama ini, indikasi Malaysia membatasi ruang gerak Industri halal, khususnya makanan halal nasional sudah terasa. Misalnya, dengan menciptakan prosedur yang sulit bagi produk Indonesia untuk masuk ke Malaysia serta membatasi jumlahnya. Malaysia juga selalu berusaha mendapatkan berbagai produk dari pelaku usaha pangan Indonesia untuk diduplikasi, walaupun pola tersebut tidak menyimpang dari ketentuan bisnis, karena modusnya adalah kerja sama Wiliasih, 2008. Selain negara-negara ASEAN, produk halal ternyata juga mampu menarik minat negara-negara maju yang mayoritas penduduknya non muslim untuk memberikan labelisasi halal pada produknya, hal ini karena halal dinilai sebagai patok duga tertinggi dalam hal standar mutu. Banyak rakyat negara maju yang produk makanan dan jasanya sudah mendapatkan label halal Dahlan, 2009. Perkembangan pasar halal global yang tumbuh pesat, didasari dengan potensi pasar, sumber daya yang dimiliki Indonesia dan pergerakan negara-negara lain menjadi latar belakang perlunya untuk segera melakukan perencanaan strategi untuk mengantisipasi perkembangan industri halal dunia. Indonesia, dengan segala potensi yang ada perlu dengan segera berkonsolidasi untuk memberdayakan segenap stakeholder yang terlibat dalam pengembangan agroindustri halal nasional, yakni pengekspor, pengecer, penyedia input produksi, produsen label, perusahaan transportasi, perusahaan logistik pendukung, jasa manajemen, jasa konsultansi, lembaga pendidikan dan pelatihan, lembaga pemasaran dan promosi perdagangan, institusi pemerintah serta institusi bisnis pada umumnya. Potensi lain yang dapat dikembangkan adalah dengan menjalin kerjasama dengan sektor-sektor penting terkait, antara lain kalangan perbankan, perusahaan teknologi informasi dan akademisi. Kerjasama yang dilakukan perlu dilengkapi dengan pengembangan sistem komunikasi dan teknologi informasi bagi industri 15 produk halal, antara lain pusat pertukaran informasi produk-produk halal, pusat penelitian dan pengembangan serta sertifikasi halal. Konsolidasi dari berbagai pihak yang terkait diperlukan untuk merumuskan kebijakan yang tepat sebagai tindakan antisipatif dan strategis dalam pengembangan produk agroindustri halal nasional. Perubahan pola pikir dilakukan untuk mendorong potensi bisnis dan perdagangan produk halal sehingga memberikan manfaat baik secara sosial maupun ekonomis bagi banyak orang. Hal ini dilakukan dengan tujuan menjadikan Indonesia bukan hanya sekedar pasar terbesar, namun juga pelaku utama produsen produk halal di dunia.

1.5. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian Strategi Pengembangan Agroindustri Halal Dalam Mengantisipasi Bisnis Halal Global ini adalah sebagai berikut: 1. Menghasilkan deskripsi kondisi terkini dari perkembangan bisnis dan 2. Menghasilkan analisis situasional dan kemampuan daya saing agroindustri halal Indonesia. agroindustri halal ASEAN. 3. Menyusun strategi pengembangan agroindustri halal Indonesia dalam mengembangkan produk halal yang dapat bersaing di tingkat internasional, khususnya di ASEAN.

1.6. Manfaat Penelitian

Kerangka strategi yang dikembangkan dalam penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pemerintah dalam melakukan perencanaan kebijakan pengembangan agroindustri, serta bagi lembaga-lembaga yang memiliki perhatian khusus bagi pengembangan agroindustri halal di Indonesia. Dalam penelitian ini juga digunakan pendekatan perbandingan secara langsung dengan negara pelaku agroindustri halal lain untuk mengevaluasi struktur integrasi agroindustri halal yang sesuai untuk memperkuat posisi Indonesia dalam mengantisipasi bisnis halal global, terutama dalam kerangka ASEAN halal-hub.