Ketersediaan Bahan Baku Analisis Kondisi Faktor-Faktor Ekstrinsik Kelembagaan Di Setiap Negara

koordinasi antar lembaga pemerintah, sinergisme pemerintah dan pihak industri, serta jejaring kerjasama pemerintah dan lembaga sertifikasi. Jejaring kelembagaan yang memiliki tingkatan paling baik adalah Malaysia dengan skor 5,0 dan Thailand yang menempati posisi kedua dengan skor 4,83 yang juga memiliki yang merupakan nilai tertinggi. Nilai tersebut didapatkan Malaysia dan Thailand atas pemenuhan ketiga kriteria kekuatan jejaring kelembagaan di atas. Malaysia menjadi acuan dimana pembangunan jejaring kelembagaan berlangsung sinergis sehingga dapat memajukan agroindustri halalnya untuk dapat bersaing di pasar global. Jejaring kelembagaan yang berkembang baik saat ini juga dilakukan oleh Brunei Darussalam yang mendapatkan skor 4,33. Singapura, Filipina dan Indonesia dinilai kurang baik dalam mengupayakan jejaring kelembagaan untuk pengembangan agroindustri halal, dengan skor masing-masing 3,0, 2,50 dan 2,50. Skor yang didapatkan Indonesia merupakan skor terendah bersama Filipina mengindikasikan bahwa kurang kuatnya sinergisme dan kerjasama antar pemangku kepentingan dalam mengembangkan agroindustri halal.

8.4.10. Infrastruktur Logistik

Pengembangan agroindustri halal tidak terlepas dari kemampuan pemerintahan suatu negara dalam menyediakan infrastruktur logistik yang baik dan mampu memjamin ke-halalan produk selama produk tersebut mengalami proses perubahan bentuk, fungsi dan perpindahan lokasi. Penilaian atas kekuatan faktor ekstrinsik kelembagaan infrastruktur logistik meliputi beberapa kriteria yang harus dipenuhi yakni, kondisi dan jaringan jalan, ketersediaan pelabuhan yang halal compatible dan berstandar internasional serta ada tidaknya insentif pajak pagi para pelaku industri halal. Dari kriteria tersebut, skor infrastruktur logistik terbaik diraih oleh Singapura dengan skor 4,83. Singapura telah siap dengan infrastruktur yang memenuhi syarat halal dengan dukungan pelayanan logistik yang terbaik di dunia World Competitiveness Index, 2010. Dilain pihak, Malaysia yang memiliki skor yang sama dengan Singapura, namun lebih unggul dalam penyediaan infrastruktur yang benar-benar didedikasikan bagi industri halal. Hal yang sama juga dilakukan oleh Thailand, industri halal Thailand difokuskan di daerah selatan dengan perolehan skor untuk kematangan faktor logistik sebesar 2,50. Nilai terendah di didapatkan oleh Indonesia dengan skor 1,33, dan Filipina dengan skor 1,17. Skor tersebut menunjukan bahwa infrastruktur yang dimiliki termasuk ke dalam kondisi yang sangat kurang dan perlu segera dibenahi.

8.4.11. Sistem Sertifikasi Halal

Sistem sertifikasi halal menjadi salah satu faktor penting yang dipertimbangkan sebagai penopang kekuatan agroindustri halal di suatu negara. Kriteria-kriteria pemenuhannya meliputi tingkat penerimaan standar sertifikasi di tingkat internasional dan domestik, pengakuan sertifikasi di tingkat internasional serta penerimaan industri dalam dan luar negeri. Hasil penilaian berdasarkan faktor ekstrinsik kelembagaan sistem jaminan halal, Indonesia memiliki skor 4,83. Skor tersebut menunjukkan bahwa Indonesia memiliki kekuatan yang sangat baik dalam sistem sertifikasi halal, hal tersebut dikarenakan banyaknya lembaga-lembaga dan negara internasional yang menerima dan mengacu pada sistem sertifikasi yang diterapkan. Setidaknya terdapat 41 lembaga sertifikasi halal dunia merujuk kepada Sistem Jaminan halal SJH LPPOM-MUI. Lembaga-lembaga tersebut antara lain berasal dari negara- negara ASEAN, Kanada, Inggris, Belanda, Belgia, Turki, Jepang dan Amerika Serikat LPPOM-MUI, 2010. Sistem sertifikasi halal Indonesia adalah sistem yang terbaik dibandingkan dengan enam negara lain di ASEAN lainnya. Thailand mendapatkan posisi ke dua dengan skor 4,33 sedangkan Malaysia, Brunei Darussalam memiliki sistem sertifikasi yang cukup baik dengan skor 3,83 dan 3,0. Di lain pihak, Singapura dan Filipina menjadi negara yang sistem sertifikasinya kurang baik dengan skor 2,67 dan 1,17.

8.4.12. Kekuatan Pelaku Bisnis Agrondustri Halal

Faktor ekstrinsik kelembagaan kekuatan pelaku bisnis agroindustri halal dinilai berdasarkan pemenuhan kriteria jumlah pelaku industri halal baik industri besar ataupun industri menengah serta kriteria adanya komitmen pemerintah