Fasilitas Pengembangan Agroindustri Strategi dan Perencanaan Startegi 1. Pengembangan Strategi
Kebijakan industri merupakan intervensi pemerintah secara sengaja dan terkoordinasi untuk mengembangkan industri. Melalui kebijakan industri
pemerintah mengatur alokasi sumberdaya diantara industri-industri atau mempengaruhi level aktivitas perusahaan-perusahaan di dalam suatu industri,
pemerintah mendorong peningkatan produksi, investasi, penelitian dan pengembangan, modernisasi atau restrukturisasi di jenis-jenis industri tertentu,
dan mendorong penurunannya di industri lain Norton, 2004. Tujuan utama kebijakan industri di negara sedang berkembang pada
prinsipnya adalah untuk pertumbuhan, pembangunan dan modernisasi ekonomi nasional Norton, 2004. Kebijakan yang dilakukan berkaitan dengan
pemaksimalan kesejahteraan masyarakat dengan cara pembuatan kebijakan. Tujuan utama tersebut diwakili oleh sejumlah tujuan yang tidak selalu saling
kompatibel, misalnya, industrialisasi mempercepat transformasi dari perekonomian berbasis pertanian ke perekonomian berbasis industri, pendalaman
struktur industri, substitusi impor, pengembangan teknologi, orientasi ekspor, penciptaan lapangan kerja, pengembangan industri kecil menengah dan
desentralisasi spasial. Dalam penyusunan kebijakan industri, tujuan-tujuan di atas adalah sebagai
proksi bagi tujuan utama yang lebih luas yaitu efisiensi dan pertumbuhan.
Instrumen yang digunakan oleh pemerintah untuk mencapai tujuan kebijakan industri adalah kebijakan makro ekonomi, kebijakan perdagangan, kebijakan
sektor finansial, kebijakan pasar tenaga kerja, kebijakan pajak, sistem insentif bagi investasi industri, peraturan perijinan industri, peraturan kepemilikan dan
investasi pemerintah serta kebijakan penyediaan infrastruktur. Peranan program pengembanan pertanian dalam pengembangan ekonomi nasional diperlihatkan
pada Gambar 13.
Keterangan Nutrisi dan material
lain yang dibutuhkan di area pedesaan
Kekuatan daya beli dari daerah
pedesaan Harga Komoditas
Pertanian di Pedesaan
Lapangan Kerja dan Pendapatan Petani
Investasi
Kebijakan perdagangan, nilai
tukar, kebijakan dan perundang-
undangan Program-program
manajemen sumberdaya dan
kebijakan Akses terhadap
teknologi dan pasar
Efek berganda dari Permintaan
Konsumen Produksi non-
pertanian, pendapatan dan
lapangan pekerjaan Buruh, modal,
kebijakan industri dan faktor lain
Program-Program Bantuan
Pendampingan Program Pangan
yang ditargetkan Nutrisi dan meterial
lain yang dibutuhkan di area perkotaan
Nilai tukar mata uang asing dan
impor Ekspor Pertanian
Produksi Pertanian nilai nyata
Tujuan langsung program-program pertanian
Tujuan tidak langsung program- program pertanian
Gambar 13. Peranan Program Pengembangan Pertanian Dalam Pengembangan Ekonomi Nasional Norton, 2004
Sektor pertanian mempunyai peranan yang penting dalam pembangunan perekonomian nasional. Namun demikian, potensi sektor pertanian belum
dikembangkan secara optimal. Hal tersebut tercermin dari sebagian besar hasil dari sektor pertanian masih berupa komoditas produk segar. Hal tersebut
mengakibatkan aktivitas usaha pertanian yang dilakukan terperangkap pada resiko yang diakibatkan karakteristik khas pertanian berbasis komoditas seperti fluktuasi
harga, tingkat kerusakan yang tinggi, dan musiman. Kondisi tersebut mengkibatkan instabilitas kinerja para pelaku di sektor pertanian.
Dalam upaya mengurangi resiko khas pertanian berbasis komoditas, diperlukan berbagai upaya lanjutan berupa proses peningkatan nilai tambah value
added . Menurut USDA Amanor-Boadu, 2005 nilai tambah dalam pertanian
terbentuk ketika terjadi perubahan dalam bentuk fisik atau bentuk produk pertanian atau adopsi metode produksi atau proses penanganan yang bertujuan
untuk meningkatkan basis konsumen bagi produk tersebut serta mendapatkan porsi yang lebih besar dari pengeluaran pembelanjaan konsumen yang tumbuh
untuk produsen. Berdasarkan definisi tersebut, secara lebih lanjut Amanor-Boadu 2005 menyatakan bahwa inisiatif nilai tambah bisnis pada suatu rantai pasokan
yang ada terjadi sebagai imbalan atas aktivitas yang dilakukan oleh pelaku usaha industri hilir pada suatu rantai pasokan. Ukuran imbalan tersebut secara langsung
dan proporsional ditujukan untuk kepuasan konsumen. Imbalan tersebut berbentuk harga yang tinggi, peningkatan pangsa pasar, dan atau peningkatan
akses pasar. Dengan demikian, hal tersebut akan meningkatkan tingkat keuntungan bagi pelaku usaha.
Coltrain et al. 2000 menyatakan bahwa terdapat dua jenis nilai tambah, yaitu inovasi dan koordinasi. Inovasi meliputi aktivitas yang memperbaiki ”proses
yang ada, prosedur, produk dan pelayanan atau menciptakan sesuatu yang baru” dengan menggunakan atau memodifikasi konfigurasi organisasi yang telah ada
Tabel 5.
Tabel 5. Tipologi Peluang Dalam Inisiatif Nilai Tambah Amanor-Boadu, 2005
Peluang Nilai Tambah Dimensi
Inovasi Koordinasi
Waktu Kecepatan
Penyampaian Just in Time Lokasi
Kenyamanan Efisiensi
ProdukPelayanan Bentuk
Logistik ProsesMetode
Teknologi Aliansi Strategik
Informasi Keamanan, Etika
Sistem Informasi Insentif
Motivator Transparansi
Koordinasi merupakan harmonisasi fungsi dalam keseluruhan bagian sistem. Hal tersebut merupakan peluang dalam meningkatkan koordinasi produk,
pelayanan informasi dalam sepanjang rantai pasokan untuk menciptakan imbalan yang nyata dan meningkatkan nilai sepanjang rantai pasokan. Chopra dan Meindl
2001 menyatakan bahwa kesenjangan koordinasi akan menimbulkan ”bullwhip effect
” atau fluktuasi dalam pesanan. Hal tersebut akan berdampak pada peningkatan biaya. Inisiatif nilai tambah koordinasi difokuskan pada hubungan
vertikal dan horisontal di antara produsen, pengolahan, perantara, distributor dan pengecer.
Peluang untuk menghasilkan nilai tambah pada pertanian masih sangat terbuka lebar, karena nilai tambah yang ada terpaku pada upaya untuk
menghasilkan produk segar, sedangkan pengembangan produk hilir berbasis hasil pertanian masih terbatas. Terdapat beberapa peluang pengembangan industri hilir
berbasis hasil pertanian di antaranya adalah industri pangan, industri biokimia, industri bioenergi, industri biofarmaka, industri biopolimer serta industri masa
depan yang merupakan konvergensi di antara berbagai industri tersebut Rochman, 2011.
Seluruh peluang dalam inisiatif nilai tambah pertanian dalam dunia nyatanya saling berinteraksi. Berdasarkan hal tersebut seluruh inisiatif tersebut
harus dirancang secara sistematik untuk mencapai satu tujuan, yaitu mencapai keunggulan kompetitif berbasis nilai tambah secara berkelanjutan. Nilai tambah
tersebut dapat diciptakan pada suatu unit usaha, pada suatu unit kawasan bahkan pada suatu negara. Dalam mencapai hal tersebut diperlukan kerjasama para
stakeholders dalam pembangunan perekonomian nasional.
Secara lebih spesifik, Amanor-Boadu 2005 menyatakan bahwa terdapat dua katagori utama peluang dalam pertanian yang dapat dikembangkan oleh para
stakeholders, yaitu pangan dan non pangan. Pengembangan hasil pertanian
menjadi produk pangan akan mengarah pada pengembangan pangan eksotik, pangan fungsional dan reposisi produk tradisional. Arahan tersebut terjadi karena
tuntutan dari perubahan perilaku konsumen, dimana produk pangan tidak hanya berfungsi sebagai kebutuhan dasar manusia, tetapi berkembang ke arah fungsi
makanan yang menyehatkan.