Dari gambaran di atas, dapat diketahui bahwa persaingan yang cukup ketat terjadi antara Malaysia dan Thailand yang dinilai sangat baik dalam
mensinergikan faktor-faktor ekstrinsik kelembagaan yang dibutuhkan dalam pengembangan agroindustri halal. Posisi Brunei Darussalam yang berada lebih
tinggi dari Indonesia adalah dalam beberapa hal, terutama pada komitmen pemerintahannya dalam pemenuhan kriteria-kriteria yang ditetapkan. Di lain
pihak, meskipun Indonesia unggul dalam beberapafaktor yang bobot kepentingan faktor kepentingan rendah. Hal tersebut menyebabkan posisi kekuatan Indonesia
berada pada posisi lima dari enam negara yang dinilai. Filipina berada pada posisi ke-enam dengan skor 1,79. Walaupun dikategorikan sebagai kurang baik, hal
tersebut lebih banyak disebabkan oleh karena agroindustrimya memang tidak diarahkan untuk penguasaan bisnis halal. Secara lebih detail, keunggulan faktor-
faktor ektrinsik pada setiap negara diperlihatkan pada Tabel 23 berikut.
Tabel 23. Perolehan Skor Faktor Ekstrinsik Kelembagaan Agroindustri Halal Di Enam Negara ASEAN
No. Faktor Eksintrik
Kelembagaan Indonesia
Malaysia Brunei
D. Thailand
Filipina Singapura
1 Kebijakan dan
Komitmen Pemerintah
2,50 4,67
4,33 4,00
1,33 2,33
2 Tingkat Kesadaran
Masyarakat dan Industri
3,83 4,67
4,83 4,17
1,83 3,33
3 Advokasi
Internasional dan Lokal
2,00 4,83
3,50 4,00
1,83 3,17
4 Tingkat Inovasi dan
Daya Saing Produk 3,33
4,33 3,17
4,50 2,17
4,17 5
Kemampuan Lembaga Sertifikasi
5,00 4,17
2,83 4,50
1,33 2,67
6 Riset dan
Pengusasaan Teknologi
2,83 4,67
2,33 4,50
2,00 2,83
7 Ketersediaan Bahan
Baku
4,83 3,33
1,33 4,33
4,17 1,00
8 Potensi Pasar
5,00 2,83
1,67 2,00
1,67 1,17
9 Jejaring
Kelembagaan 2,50
5,00 4,33
4,83 2,50
3,00 10
Infrastruktur Logistik
1,33 4,83
3,50 4,50
1,17 4,83
11 Sistem Sertifikasi
Halal
4,83 3,83
3,00 4,33
1,17 2,67
12 Jumlah Pelaku
Industri Halal 3,00
4,67 2,50
4,83 1,33
2,00
Keterangan: Tanda bintang adalah nilai tertinggi
Pada Tabel 22 di atas dijabarkan hasil rekapitulasi penilaian responden terhadap faktor-faktor ektrinsik yang telah ditetapkan. Untuk mendapatkan posisi
kekuatan yang dianalisis dari faktor-faktor ekstrinsik kelembagaan yang dapat diperbandingkan dengan negara-lain agar dapat menilai kekuatan dan kelemahan
secara total, maka nilai-nilai tersebut dikalikan dengan bobot kepentingannya. Secara jelas tingkat kematangan agroindustri halal di setiap negara digambarkan
pada Gambar 53 berikut.
Gambar 53. Perbandingan Tingkat Kematangan Faktor Ekstrinsik Kelembagaan Agroindustri Halal Di Enam Negara ASEAN
Pada Gambar 52 di atas, dapat dilihat jejaring yang dimiliki setiap negara yang menunjukkan penguasaan dan tingkat perkembangan agroindustri halal di
setiap negara. Tingkat kekuatan dilihat dari besarnya luasan yang didapatkan dalam pemenuhan jejaring, Semakin luas jejaring dapat dipenuhi maka semakin
baik kondisi negara yang bersangkutan dalam memenuhi faktor-faktor ekstrinsik kelembagaan yang menjadi kriteria. Selain luas jejaring yang dipenuhi, pola
yang dibentuk juga menggambarkan tingkat sinergisme antar faktor yang dikembangkan oleh negara yang bersangkutan. Semakin bulat dan besar pola yang