Penentuan Prioritas Strategi Pengembangan

tersebut sesuai dengan temuan bahwa negara-negara ASEAN seperti Malaysia, Thailand dan Brunei Darussalam memiliki kondisi agroindustri halal yang sangat baik karena faktor komitmen dan kebijakan pemerintah terhadap pengembangan agroindustri halal-nya yang tinggi. Hasil perbandingan berpasangan antar kriteria, baik dalam kelompok internal maupun eksternal yang menghasilkan nilai bobot daya saing masing-masing kriteria dalam perspektif pengembangan agroindustri halal Indonesia, ditunjukkan pada Gambar 61 berikut. Gambar 61. Bobot Daya Saing Masing-Masing Kriteria Lingkungan Internal dan Eksternal Dalam Perspektif Pengembangan Agroindustri Halal Kriteria-kriteria di atas dipergunakan untuk memilih strategi yang akan dilaksanakan. Strategi-strategi tersebut didapatkan dari hasil analisis SWOT- kuantitatif yang mengelompokkan alternatif strategi pengembangan agroindustri halal. Tabel 27 berikut menunjukkan pengelompokkan alternatif strategi pengembangan agroindustri halal yang digunakan dalam pengurutan prioritas strategi dengan menggunakan metode AHP. Tabel 27. Pengelompokan Alternatif Strategi Pengembangan Agroindustri Halal No. Pengelompokkan Alternatif Strategi Pengembangan Agroindustri Halal Simbol 1 Perbaikan komitmen, peningkatan koordinasi antarpemangku kepentingan perbaikan dan rencana pembangunan tata kelola kebijakan. A1 2 Penciptaan halal champions. A2 3 Pembangunan infrastruktur logistik yang kompatibel dengan konsep halal. A3 4 Pengembangan kemampuan advokasi dan jejaring sdm dan kerjasama perdagangan. A4 5 Peningkatan penguasaan penelitian dan pengembangan agroindustri halal untuk mendapatkan produk yang memiliki daya saing tinggi. A5 6 Meningkatkan kemampuan dalam menyediakan bahan baku halal yang berkelanjutan. A6 7 Edukasi dan sosialisai mengenai konsep halal sebagai konsep mutu. A7 8 Peningkatan mutu dan variasi produk halal dalam negeri. A8 Pemilihan prioritas dari kelompok alternatif strategi di atas kemudian dilakukan dengan menggunakan metode AHP yang memadukan tujuan, kriteria internal dan kriteria eksternal. Pada Gambar 62 berikut, dijelaskan hierarki penentuan strategi pengembangan agroindustri halal beserta nilai bobot yang diperoleh masing-masing kriteria dan kelompok strategi. Tujuan: Strategi Pengembangan Agroindustri Halal I ndonesia KI 1 Ketersediaan Bahan Baku KI 2 Kemampuan Lembaga Sertifikasi KI 7 Ketersediaan Sarana dan Prasarana Riset dan Teknologi KI 8 Infrastruktur Logistik KI 3 Sistem Sertifikasi Halal KI 6 Advokasi Internasional Dan Lokal KE 1 Kebijakan dan Komitmen Pemerintah KI 9 Jejaring Kelembagaan KE 2 Tingkat Kesadaran Masyarakat dan Industri KE 3 Tingkat Inovasi dan Daya Saing Produk KI 4 Intrinsik Produk KI 5 Kesiapan dan Jumlah Pelaku Industri Halal KE 5 Potensi Pasar KE 6 Pasar Bebas, Keluasan Skup dan Segmen Pasar Internasional KE 4 Nilai Tambah dan Dampak Ekonomi Pengembangan Agroindustri Halal KE 8 Dinamika Global dan Makroekonomi KE 7 Tingkat Penerimaan Lembaga Internasional Atas Standar Dalam Negeri KE 9 Sistem Jaminan Halal Asing 0,036 0,043 0,049 0,070 0,042 0,060 0,105 0,063 0,049 0,057 0,053 0,055 0,049 0,053 0,061 0,054 0,055 0,046 Perbaikan Komitmen, Peningkatan Koordinasi Antarpemangku Kepentingan perbaikan Dan Rencana Pembangunan Tata kelola kebijakan Penciptaan Halal Champions Pembangunan I nfrastruktur Logistik Yang Kompatibel Dengan Konsep Halal Pengembangan Kemampuan Advokasi Dan Jejaring SDM dan Kerjasama Perdagangan Peningkatan Penguasaan Penelitian dan Pengembangan untuk mendapatkan produk yang memiliki daya saing tinggi Peningkatkan kemampuan dalam menyediakan bahan baku halal yang berkelanjutan Edukasi dan Sosialisai Mengenai Konsep Halal sebagai konsep mutu Peningkatan Mutu dan Variasi Produk Halal Dalam Negeri 0,129 0,119 0,136 0,125 0,122 0,126 0,120 0,124 KRITERIA INTERNAL 0,471 KRITERIA EKSTERNAL 0,529 Gambar 62. Hierarki Penentuan Strategi Pengembangan Agroindustri Halal Indonesia Dari Gambar 61 di atas, pembobotan kriteria mengahasilkan pengurutan kepentingan yang menjadi kriteria dalam mewujudkan tujuan yang ingin dicapai. Prioritas kepentingan tersebut kemudian dikelompokkan ke dalam beberapa tingkat kepentingan. Tabel 28 berikut menjelaskan prioritas perhatian yang telah dikelompokkan berdasarkan perolehan nilainya. Tabel 28. Prioritas Perhatian Pengembangan Agorindustri Halal Indonesia No. Nilai Bobot Kriteria Kepentingan Simbol Nilai Kategori Kepentingan 1 Kebijakan dan Komitmen Pemerintah Memberikan Insentif dan Fasilitas KI 1 0,105 Sangat Penting 2 Ketersediaan Infrastruktur Logistik KI 7 0,075 3 Kekuatan Jejaring Kelembagaan KI 8 0,064 Penting 4 Kemampuan Advokasi KI 5 0,063 5 Nilai Tambah dan Dampak Ekonomi Pengembangan Agroindustri Halal KE 2 0,061 6 Tingkat Inovasi dan Daya Saing Produk KI 11 0,057 7 Tingkat Penerimaan Lembaga Internasional Atas Standar Dalam Negeri KE 4 0,055 8 Kesiapan Industri Dalam Penerapan Jaminan Halal KI 10 0,055 9 Ketersediaan Sarana dan Prasarana Riset KI 6 0,049 10 Dinamika Global dan Makroekonomi KE 5 0.054 11 Faktor Intrinsik Produk Halal KE 1 0.053 12 Keluasan Skup dan Segmen Pasar Internasional KE 3 0,052 13 Tingkat Kesadaran Masyarakat dan Industri KI 2 0,049 14 Besarnya Potensi Pasar KI 4 0,049 15 Resiko Penerapan Sistem Jaminan Halal KE 6 0,045 Cukup Penting 16 Kemampuan Lembaga Sertifikasi KI 12 0,043 17 Tingkat Kemudahan Sistem Sertifikasi Halal KI 9 0,042 18 Ketersediaan Sumber Bahan Baku KI 3 0,036 Dari ke delapan belas kriteria yang masing-masing telah memiliki bobot digolongkan sebagai ke dalam tiga tingkatan kepentingan. Tingkat kepentingan tersebut dikelompokkan berdasarkan bobot kriteria yang didapatkan. Bobot 0,53 dikategorikan sebagai cukup penting, bobot antara 0,53 dan 0,70 dikatergorikan sebagai penting dan bobot 0,70 sebagai kriteria yang sangat penting. Kriteria yang termasuk kedalam kelompok sangat penting adalah, 1 Kebijakan dan komitmen pemerintah dan 2 Ketersediaan infrastruktur. Faktor-faktor dalam kategori sangat penting ini menjadi faktor yang berpengaruh secara strategis bagi pengembangan agroindustri halal Indonesia dalam jangka panjang, sebab selama ini orientasi pengembangan agroindustri halal kurang jelas, yang ada hanya pada beberapa lembaga secara sporadis dan tidak terorganisir, sedangkan dalam bisnis halal global, negara-negara produsen produk halal sudah mampu bersaing dan mengekspansi pasarnya ke pasar Internasional. Faktor-faktor yang berada pada kelompok penting terdiri atas 1 Kekuatan jejaring kelembagaan, 2 Kemampuan advokasi, 3 Nilai tambah dan dampak ekonomi pengembangan agroindustri halal, 4 Tingkat inovasi dan daya saing produk, 5 Tingkat penerimaan lembaga internasional atas standar dalam negeri, 6 Kesiapan industri dalam penerapan jaminan halal, 7 Ketersediaan sarana dan prasarana riset, 8 Dinamika global dan makroekonomi, 9 Faktor intrinsik produk halal, 10 Keluasan skup dan segmen pasar internasional, 11 Tingkat kesadaran masyarakat dan industri dan 12 Besarnya potensi pasar, sedangkan kelompok pengembangan agroindustri halal yang cukup penting terdiri dari 1 Resiko penerapan sistem jaminan halal, 2 Kemampuan lembaga sertifikasi, 3 Tingkat kemudahan sistem sertifikasi halal, dan 4 Ketersediaan sumber bahan baku. Faktor-faktor dalam kategoti penting dan cukup penting di atas, berpengaruh terhadap peningkatan utilitas atas potensi pasar dan produsen produk halal Indonesia merupakan kekuatan yang memiliki tingkat lebih baik dari negara lain. Produsen global menilai pasar Indonesia merupakan peluang yang sangat besar nilai ekonomisnya, sehingga Indonesia perlu mempersiapkan industri yang efisien untuk dapat menghasilkan produk-produk halal inovatif bermutu dengan harga yang rasional. Dari analisis diatas dan dengan menggunakan metode AHP, strategi yang diperoleh dalam mengembangkan agroindustri halal Indonesia, dihasilkan nilai alaternatif strategi yang ditampilkan pada Tabel 29 berikut. Tabel 29. Tabel Urutan Altenatif Strategi Dengan Metode AHP Urutan Alternatif Strategi Simbol Nilai 1 Pembangunan infrastruktur logistik yang sesuai dengan konsep halal. A3 0,136 2 Perbaikan komitmen, peningkatan koordinasi antar pemangku kepentingan perbaikan dan rencana pembangunan tata kelola kebijakan. A1 0,129 3 Meningkatkan kemampuan dalam menyediakan bahan baku halal yang berkelanjutan. A6 0,126 4 Pengembangan kemampuan advokasi dan jejaring SDM dan kerjasama perdagangan. A4 0,125 5 Peningkatan mutu dan variasi produk halal dalam negeri. A8 0,124 6 Peningkatan penguasaan penelitian dan pengembangan agroindustri halal untuk mendapatkan produk yang memiliki daya saing tinggi. A5 0,122 7 Edukasi dan sosialisai mengenai konsep halal sebagai konsep mutu. A7 0,12 8 Penciptaan Halal Champions. A2 0,119 Dari Tabel 29 di atas, maka diperoleh hasil bahwa dalam mengembangkan agroindustri halal yang diarahkan untuk mengantisipasi bisnis halal global, maka strategi yang harus ditempuh berdasarkan prioritasnya adalah 1 Pembangunan infrastruktur logistik yang kompatibel dengan konsep halal, 2 Perbaikan perundang-undangan dan rencana pembangunan jangka panjang, 3 Peningkatan koordinasi antarpemangku kebijakan dan kepentingan, 4 pengembangan kemampuan advokasi dan jejaring kerjasama perdagangan, 5 Peningkatan daya saing produk halal dalam negeri, 6 Peningkatan penguasaan penelitian dan pengembangan agroindustri halal, 7 Peningkatan kesadaran masyarakat dan industri dan 8 Penciptaan halal champions. Secara lebih jelas, pengembangan strategi perlu diwujudkan dengan langkah-langkah strategis untuk implementasi pengembangan agroindustri halal. Implementasi strategi tersebut diilustrasikan pada sub bab berikut.

9.3. Implementasi Strategi

Langkah-langkah implementasi strategi merupakan upaya yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan jangka pendek dan jangka panjang pengembangan agroindustri halal Indonesia, yakni mengembangkan agroindustri halal yang mampu melindungi hak-hak konsumen muslim dan non-muslim atas produk yang bermutu, serta sekaligus menguasai pasar dalam negeri dengan kemampuan produksi dan penguasaan pasar yang baik untuk dapat bersaing dan melakukan ekspansi ke pasar global secara berkelanjutan. Strategi yang dirancang merupakan penjabaran dari kebijakan yang didasarkan pada informasi terhadap sistem nyata dari dunia bisnis dan agroindustri halal. Strategi pengembangan tersebut ditujukan untuk mencapai suatu tingkat kinerja ekonomi dan perkembangan teknologi tertentu dengan lebih terencana dan terukur. Oleh karena hal tersebut, implementasi strategi yang dipilih dirancang untuk dapat merepresentasikan dengan lengkap dan utuh secara struktural faktor-faktor yang dibutuhkan dalam pengembangan agroindustri halal. Strategi yang dihasilkan meliputi delapan strategi yang mengacu pada startegi korporasi, dimana pemegang kebijakan utamanya adalah pemerintah yang mengelola koordinasi lembaga-lembaga dibawahnya sebagai mana unit-unit kelembagaan tersebut menjalankan kebijakan yang sejalan dengan kebijakan pemerintah pusat dengan satu tujuan utama. untuk diimplementasikan dalam mengembangkan agroindustri halal dalam mengantisipasi bisnis halal global. Berikut dijelaskan impelementasi strategi yang diurutkan mulai dari perumusan visi strategi pengembangan hingga delapan prioritas strategi yang telah diurutkan pada sub bab terdahulu.

a. Pelaksanaan Strategi Pengembangan

Saat ini pemerintah Indonesia mulai mengakui besarnya potensi bisnis halal, namun belum dituangkan dalam kebijakan khusus. Prioritas kebijakan yang telah ada ada baru sebatas pengembangan pertanian terutama untuk komoditas pertanian dan perkebunan. Di tingkat pusat, Indonesia tidak memiliki visi khusus pengembangan agroindustri halal, sedangkan di beberapa daerah sudah mulai berkomitmen mengembangkan bisnis halal seperti pemerintah Kota Bogor dan Provinsi Sulewesi Selatan. Dengan otonomi daerah, wilayah-wilayah tersebut mulai memahami bahwa agroindustri halal dapat berpeluang untuk menjadi motor penggerak ekonomi daerah. Dengan tidak adanya kebijakan khusus mengenai agroindustri halal, maka tidak ditemukan paket-paket kebijakan berupa insentif bagi pelaku bisnis dan agroindustri halal. Hal tersebut mengakibatkan agroindustri halal saat ini dibiarkan bergulir dengan sendirinya tanpa adanya tim dan arahan khusus untuk menanganinya. Untuk itu, dari hasil analisis pada penelitian ini maka strategi pengembangan agroindustri halal Indonesia perlu diarahkan untuk memiliki visi sebagai berikut: ā€¯Menyelenggarakan pembangunan agroindustri halal sebagai motor penggerak perekonomian nasional, yang mampu memberikan dorongan pada peningkatan kesejahteraan masyarakat Indonesia dengan menyediakan platform yang kredibel untuk menjembatani rantai pasok produk halal, sehingga mampu memenuhi kebutuhan produk halal di dalam negeri sekaligus mampu bersaing dengan produk halal global secara berkelanjutanā€¯. Secara jelas pencapaian visi di atas digambarkan dalam Gambar 63 berikut ini. Manajemen Sertifikasi Produksi Konsultasi Agroindustri Halal Indonesia Pengembangan Kesepahaman Aspek-Aspek Peraturan Antar Pemangu Kepentingan Lembaga Fatwa Lembaga Auditing Pemerintah Daerah Pemerintah dan DPR Konsumen Lembaga Penyokong Industri Jasa dan Manufaktur Nasional dan Pihak Global yang Terlibat Pengembang Produk Halal Pemasar Produk Halal Pasar Produk Halal Pemerintah memiliki komitmen untuk menyelenggarakan pembangunan agroindustri halal sebagai motor penggerak perekonomian nasional, yang mampu memberikan dorongan pada peningkatan kesejahteraan masyarakat Indonesia. Komitmen tersebut dijabarkan dengan menyediakan platform yang kredibel untuk menjembatani rantai pasok produk halal, sehingga mampu memenuhi kebutuhan produk halal yang memilki daya saing tinggi di dalam negeri sekaligus mampu bersaing dengan produk halal global secara berkelanjutan. Tujuan Gambar 63. Konsep Pengembangan Agroindustri Halal Indonesia. Konsep pengembangan agroindustri halal Indonesia perlu diwujudkan untuk memenuhi kebutuhan produk halal dalam negeri dan mengantisipasi persaingan yang semakin tinggi dalam bisnis halal global. Pada Gambar 62 dikemukakan visi dalam pengembangan agroindustri halal Indonesia, dimana dalam pencapaiannya diperlukan suatu platform agroindustri halal yang dapat mengakomodir berbagai kebutuhan pemangku kepentingan dalam hal manajemen, sertifikasi, produksi dan konsultasi dengan melibatkan berbagai lembaga agar bersepaham dan sepakat dalam pencapaian visi dan misi pengembangan agroindustri halal. b. Perbaikan Komitmen, Peningkatan Koordinasi Antar Pemangku Kepentingan perbaikan dan Rencana Pembangunan Tata kelola Kebijakan Tata kelola kebijakan dan sistem birokrasi pemerintah yang masih lemah selama ini memicu ekonomi biaya tinggi sehingga menyebabkan turunnya daya saing produk lokal. Hal tersebut juga berlaku pada agroindustri halal sehingga Indonesia memiliki posisi daya saing yang relatif rendah terutama dengan negara- negara ASEAN lainnya. Saat ini, pemerintah sedang berupaya merumuskan Rancangan Undang-Undang RUU Jaminan Produk Halal yang mengatur mengenai kepastian hukum bagi jaminan produk halal di dalam negeri. Jika ditelaah lebih dalam, selain ditujukan untuk perlindungan konsumen, RUU ini juga mewajibkan produsen untuk melalui proses audit halal. RUU Jaminan Produk Halal yang dirancang memiliki ukuran keberhasilan berupa peningkatan pendapatan negara melaui proses audit dan potensi labelisasi produk halal, namun sesuatu yang esensial dalam RUU Jaminan Produk Halal tersebut tidak tersentuh, yakni semangat untuk melakukan pembangunan agroindustri halal secara menyeluruh. Pembangunan agroindustri halal jika diarahkan dalam sebuah Undang- Undang, akan menjadi bukti komitmen kuat dukungan pengembangan agroindustri halal. Hal tersebut juga akan dapat memberikan dampak berganda pada peningkatan produktivitas perekonomian nasional dalam jangka panjang, tidak semata-mata dengan tujuan jangka pendek seperti kenaiknan potensi pendapatan negara melalui proses audit dan labelisasi halal.