Advokasi Internasional dan Lokal Tingkat Inovasi dan Daya Saing Produk

Darussalam, Singapura dan Filipina dengan skor masing-masing adalah 2,83, 2,67 dan 1,33.

8.4.6. Riset dan Penguasaan Teknologi

Faktor ekstrinsik kelembagaan riset dan penguasaan teknologi pada pengembangan agroindustri halal menjadi faktor multlak bagi pengembangan yang berkelanjutan untuk menciptakan berbagai inovasi baru sehingga mampu berdaya saing tinggi dengan produk-produk negara lain. Parameter yang digunakan dalam penilaian kekuatan riset dan penguasaan teknologi adalah jumlah penelitian dan pengembangan yang dilakukan, jumlah inovasi dan penemuan keilmuan yang berkaitan dengan halal serta penggunaan teknologi pada industri. Dari kriteria di atas, urutan kekuatan pada bidang riset dan penguasaan teknologi yang berkaitan dengan agroindustri halal adalah sebagai berikut; kelompok negara yang kondisinya sangat baik meliputi Malaysia 4,67 dan Thailand 4,50, sedangkan yang cukup baik meliputi Singapura 2,83, Indonesia 2,83. Untuk negara yang kurang baik tingkat penguasaan riset dan penguasaan teknologinya adalah Brunei Darussalam 2,33 dan Filipina 2,00. Lebih jauh, Malaysia dan Thailand memiliki komitmen yang kuat dalam penguasaan teknologi dan penciptaan-penciptaan paten yang berkaitan dengan halal yang kemudian digunakan secara baik oleh pihak industri dalam negarinya. Untuk negara-negara lain diluar ke dua negara tersebut belum memprioritaskan riset dan penguasaan teknologi yang ditujukan bagi pengembangan agroindustri halal.

8.4.7. Ketersediaan Bahan Baku

Penilaian atas faktor ekstrinsik kelembagaan ketersediaan bahan baku didasarkan atas parameter pemenuhan tiga kriteria penilaian yakni, besarnya variasi bahan baku, tingkat keberlanjutan bahan baku produksi dan tingkat ketersediaan bahan baku. Dari penilaian atas kriteria tersebut, Indonesia berada pada posisi pertama dengan skor 4,83. Di posisi ke dua Thailand mendapatkan skor 4,33, sedangkan pada posisi ke tiga adalah Filipina dengan skor 4,17, diikuiti oleh Malaysia 3,33, Brunei Darussalam 1,33 dan posisi paling rendah adalah Singapura dengan skor 1,00. Negara-negara di Asia Tenggara pada umumnya memlilki sumber daya alam yang melimpah dan mampu mencukupi kebutuhan bahan baku yang dibutuhkan agroindustri halal. Jika dilihat dari luasan dan potensi yang ada, sebagai contoh, Indonesia yang sedianya mampu menjadi penyedia bahan baku yang besar namun memiliki kendala dalam hal tingkat keberlanjutan serta persaingan yang ketat dimana negara pesaing seperti Thailand telah mampu menunjukkan kemapuannnya dalam menjaga pasokan bahan baku dengan kualitas baik dan berkelanjutan.

8.4.8. Pasar

Kekuatan potensi pasar dinilai dari pemenuhan beberapa parameter, yakni besarnya jumlah penduduk, captive market, dan tingkat daya beli yang terjadi pada negara yang bersangkutan. Dari hasil anlisa tingkat daya saing berdasarkan kekuatan potensi pasar, Indonesia mendapatkan skor 5,0. Skor tersebut merupakan skor terbaik jika dibandingkan Malaysia 2,83, Brunei Darussalam 1,67, Thailand 2,0, Filipina 1,67 dan Singapura 1,17. Jumlah penduduk menjadi faktor yang sangat penting dalam menentukan besarnya potensi pasar, terutama jumlah penduduk muslim yang menjadi pasar utama produk halal. Penilaian atas jumlah penduduk juga diimbangi dengan penilaian atas tingkat pertumbuhan ekonomi negara yang bersangkutan yang berkaitan dengan tinggi tidaknya daya beli masyarakat. Keunggulan Indonesia yang memiliki penduduk mayoritas Muslim, menjadikan produk yang memiliki status halal menjadi pasar yang besar. Indonesia saat ini menjadi negara dengan pangsa pasar produk halal terbesar di dunia dengan nilai USD 78,5 juta per tahun World Halal Forum, 2010.

8.4.9. Jejaring Kelembagaan

Jejaring kelembagaan menjadi salah satu faktor ekstrinsik kelembagaan yang dipersyaratkan untuk dipenuhi dalam mengembangkan agroindustri halal. Kekuatan jejaring kelembagaan dinilai berdasarkan pemenuhan tiga kriteria yakni,