Penciptaan Halal Champions PRIORITAS STRATEGI PENGEMBANGAN

dilakukan terhadap pemenuhan tuntutan produk halal, Pada dasarnya dilakukan untuk melindungi konsumen. Sekecil apapun persyaratannya, maka perusahan besar pada umumnya berusaha untuk memenuhi terhadap tuntutan-tuntutan masyarakat, termasuk didalamnya mengenai halal. Berkaitan dengan kekuatan daya saing pelaku agroindustri halal Indonesia yang potensial dikembangkan adalah meningkatkan pertumbuhan jumlah industri, terutama yang berasal dari kalangan UKM yang memiliki jumlah dan tingkat pertumbuhan yang tinggi untuk dibina dan didampingi untuk tumbuh menjadi pelaku utama halal dimasa yang akan datang. Dalam penciptaan Halal Champions, produk halal dari kelompok UKM diupayakan untuk memiliki mutu yang seragam dan memenuhi standar mutu yang baik dengan pendampingan berkelanjutan dari pemerintah untuk mencetak produsen-produsen lokal menjadi Halal Champions. Selama ini, UKM memiliki karakteristik yang membuat produk-produknya tidak bersaing. Pada Gambar berikut diperlihatkan karakteristik industri kecil menengah Widjajani, 2008 yang dikaitkan dengan program Halal Champions dalam upaya menciptakan daya saing produk agroindustri halal. Strategi Program Halal Champions § Meningkatkan Kualitas § Menjaga Konsistensi Kualitas § § Memperluas dan atau Meningkatkan Segmen Pasar § Meningkatkan produk menjadi produk yang membutuhkan keahlian, ketelitian,dan kesulitan tinggi § Meningkatkan kualitas menjadi standar internasional § Memasuki segmen pasar niche yang bersaing dengan produk impor § Menyerahkan pemasaran pada trade bonafide § Segmen menengah ke atas § Meningaktkan kualitas dan tingkat penerimaan sesuai yang ditentukan trader § Meningkatkan Kualitas Produk § Melakukan Efisiensi Untuk Menekan Biaya Produski § Kualitas produk tinggi dan konsisten Standar I nternasional I SO § Small lot batch § Konsumen niche dan menengah ke atas § Bersaing dengan produk impor § Harga Tinggi Widjajani, 2008 § Kualitas produk tinggi dan konsisten § Mass production § Range harga luas § Konsumen niche dan menengah ke atas segmen pasar luas § Pemasaran Sendiri Widjajani, 2008 § Kualitas produk tinggi § Mass production atau batch § Make-to-order § Harga Bersaing Widjajani, 2008 § Kualitas produk tinggi dan konsisten § Tingkat penerimaan ketat zero deferct ditentukan trader § Make-to-order - engineering-to-order § Konsumen trader segmen menengah ke atas § Bersaing dengan produk impor § Harga hasil negosiasi Widjajani, 2008 Halal Champions DENGAN KUALI TAS DAN DAYA SAI NG YANG TI NGGGI Karakteristik Umum Industri Kecil Widjajani, 2008 Kualitas Produk Rendah Kualitas Tidak Konsisten Mass Production Konsumen Menengah Ke bawah Harga Murah Gambar 71. Kaitan Karakteristik IKM dengan Program Halal Champions Dari Gambar 71 di atas, diharapkan di masa yang akan datang, produk industri besar dan UKM akan memiliki mutu yang tidak berbeda dengan produk industri besar, yang membedakannya hanya dalam skala produksinya saja. Pengembangan kemampuan pelaku usaha produk halal dalam program Halal Champions dilakukan dalam jangka panjang sehingga setiap perusahaan yang dibina mampu berkembang menjadi besar. Tantangan lain yang dihadapi oleh Indonesia adalah jumlah industri yang belum tersertifikasi halal masih sangat banyak. Saat ini pelaku agorindustri halal berjalan sendiri-sendiri tanpa ada visi pengembangan yang jelas dan belum didukung oleh sistem regulasi, infrastruktur dan perijinan yang belum sempurna. Kekuatan agroindustri halal Indonesia terletak pada sejumlah industri besar yang mampu mengembangkan usahanya hingga tingkat internasional. Golongan industri besar ini pada umumnya telah tersertifikasi halal dan siap ekspor, naumn jumlahnya masih jauh berada di bawah Thailand ataupun Malaysia. Sebagai perbandingan dengan kedua negara tersebut, berbagai insentif diberikan pada sektor produktif terutama bagi pelaku-pelaku bisnis halalnya untuk memperkuat daya saing produk dan tingkat produktivitasnya. Untuk mengatasi permasalahan di atas, maka diperlukan strategi pengembangan halal champions seperti yang dijelaskan pada Gambar 72 berikut. FASILITASI PEMERINTAH DALAM PELAKSANAAN PROGRAM HALAL CHAMPIONS Menciptakan pelaku agroindustri halal baru yang unggul berdaya saing tinggi secara berkelanjutan § Mengelompokkan produsen lokal untuk dikembangkan menjadi pelaku nasional, regional dan internasional § Pendampingan selama mengikuti program Halal Champions hingga tumbuh menjadi perusahaan besar § Membuka ekspor produk halal ke pasar internasional § Road show produk Halal di seluruh wilayah dengan melibatkan BUMN, Perusahaan Multinasional MNCs, Produsen dan Pemain Halal Lokal § Perusahaan besar wajib memiliki binaan perusaahan menengah dan kecil § Perusahaan yang berhasil dikembangkan menjadi Halal Champions wajib memberikan pembinaan serupa pada perusahaan lain di wilayahnya OUTPUT Menciptakan minimal sepuluh perusahaan dengan skala besar per tahun Menciptakan minimal dua puluh perusahaan menengah per tahunnya. KEGIATAN TIDAK SIAP KESULITAN MODAL DAN DANA HALAL CERTIFIED READY Pembinaan dan anak asuh perusahaan Perusahaan Pembina CSR DAN KEWAJI BAN ATAS DASAR KEBI JAKAN PEMERI NTAH § Mampu menjadi perusahaan besar dalam tempo lima tahun § Mampu memberikan dampak ekonomi berganda pada usaha disekitarnya § Mampu mencapai target pencapaian mutu pada tahun I hingga V § Mampu mencapai target produksi dan pemasaran pada tahun I hingga V § Memiliki perusahaan BUMN pembina § Menyediakan asistensi bagi UKM dalam pengembangan usaha berbasis agroindustri Halal § Usaha yang berhasil wajib naik tingkat menjadi usaha pembina LATAR BELAKANG KEMAMPUAN TERHADAP SERTIFIKASI HALAL SAAT INI TARGET HALAL CHAMPIONS § Sertifikasi § Pelatihan Halal § RD § Penegembangan Standar Mutu § Pangan Olahan § Seasoning § Farmasi Kosmetik § Usaha Pertanian dan Agribisnis § Pembiayaan Syariah § Logistik Halal § Pariw isata Halal TUJUAN Bantuan Pengembangan Halal Reference Centre Penyediaan Pusat Bantuan Produksi Fasilitiasi Akses Terhadap Jasa Usaha Besar 6.064 unit 0,5 Usaha Kecil dan Menengah 66.178 unit 5,7 Usaha Rumah Tangga 1.087.449 unit 93,7 SUMBER : PIPIM, 2010 Penciptaan Halal Champions Gambar 72. Strategi Penciptaan Halal Champions Kondisi yang dijelaskan di atas menjadi latar belakang perlunya penciptaan halal champions yang bertujuan untuk menciptakan pelaku agroindustri halal baru yang unggul, berdaya saing tinggi. Penciptaan halal champions menyasar pada perusahaan skala menengah, kecil dan rumah tangga yang berisikan kegiatan pengelompokkan produsen lokal untuk dikembangkan menjadi pelaku nasional, regional dan internasional. Pada perusahaan berskala besar wajib memiliki binaan perusaahan menengah dan kecil. Pendampingan dilakukan pemerintah selama program halal champions berlangsung hingga tumbuh menjadi perusahaan besar dan mampu membuka peluang ekspor produk halalnya ke pasar internasional. Untuk mendukung kegiatan tersebut, perlu juga dilakukan berbagai road show produk halal dengan melibatkan BUMN, perusahaan multinasional MNCs, produsen dan pemain halal lokal. Keluaran program pencitaan Halal Champions adalah menghasilkan minimal sepuluh perusahaan dengan skala besar dan dua puluh perusahaan menengah. Untuk perusahaan yang berhasil dikembangkan menjadi halal champions wajib memberikan pembinaan serupa pada perusahaan lain di wilayahnya. Secara keseluruhan, target penciptaan halal champions adalah sebagai berikut. 1. Mampu menjadi perusahaan besar dalam tempo lima tahun. 2. Mampu memberikan dampak ekonomi berganda pada usaha disekitarnya. 3. Mampu mencapai target pencapaian mutu dan target produksi pada tahun pertama hingga tahun kelima. 4. Memiliki perusahaan induk atau BUMN pembina. 5. Pemerintah wajib menyediakan asistensi bagi UKM dalam pengembangan usaha berbasis agroindustri halal. 6. Usaha yang berhasil wajib naik tingkat menjadi usaha pembina Untuk menndukung pelaksanaan penciptaan halal champions di atas, pemerintah perlu memfasilitasi bantuan pengembangan berupa rujukan standar halal halal reference centre seperti bantuan sertifikasi, pelatihan halal, penelitian dan pengembangan, pengembangan standar mutu, pusat bantuan produksi bagi produsen serta bantuan fasilitiasi akses terhadap jasa seperti pembiayaan syariah, logistik halal, pariwisata halal serta usaha pertanian dan agribisnis.

X. KESIMPULAN DAN SARAN

10.1. Kesimpulan

Dalam mengembangkan strategi pengembangan agroindustri halal Indonesia, dari analisis yang dilakukan dengan metode deskriptif analistik, analisis SWOT kuantitatif terhadap faktor ekstrinsik dan intrinsik, analisis SWOT AHP, berikut merupakan beberapa kesimpulan yang dapat diperoleh. 1. Agroindustri halal Indonesia memiliki potensi yang sangat strategis. Dengan menggunakan analisis SWOT diperoleh rata-rata daya saing agroindustri halal Indonesia berada pada kuadran S-O dengan koordinat 1,35, 1,25, yang menunjukkan bahwa secara umum peningkatan daya saing agroindustri halal di Indonesia memiliki nilai positif meskipun relatif masih rendah jika dibandingkan dengan negara-negara ASEAN lainnya. Oleh karena itu, dalam perumusan stratgi secara keseluruhan harus memperhatikan aspek-aspek internal kekuatan dan kelemahan dan eksternal peluang dan ancaman untuk mencapai hasil yang maksimal. 2. Agroindustri halal Indonesia dikaji dan dianalisis dengan menggunakan AHP untuk mengetahui kemampuan daya saing agroindustri halal Indonesia. Kriteria kekuatan internal yang didominasi oleh komitmen dan kebijakan pemerintah memberikan nilai daya saing 0,471, sedangkan kekuatan eksternal memberikan nilai daya saing sebesar 0,529. Kriteria yang termasuk kedalam kelompok sangat penting adalah, 1 Kebijakan dan komitmen pemerintah, 2 Ketersediaan infrastruktur, 3 Sinergisme kelembagaan, dan 4 kemampuan advokasi. 3. Dalam penentuan strategi pengembangan agroindustri halal mengurutkan prioritas strategi sebagai berikut. 1 Pembangunan infrastruktur logistik yang kompatibel dengan konsep halal 0,136, 2 Perbaikan perundang-undangan dan rencana pembangunan jangka panjang 0,129, 3 Peningkatan koordinasi antarpemangku kebijakan dan kepentingan 0,126, 4 pengembangan kemampuan advokasi dan jejaring kerjasama perdagangan 0,125, 5 Peningkatan daya saing produk halal dalam negeri 0,124, 6 Peningkatan penguasaan penelitian dan pengembangan agroindustri halal 0,122, 7 Peningkatan kesadaran masyarakat dan industri 0,12 dan 8 Penciptaan halal champions 0,119. 4. Indonesia yang memiliki kekuatan pada beberapa faktor utama, diantaranya adalah sumber daya alam yang dapat didayagunakan sebagai sumber bahan baku yang besar dan berkelanjutan, potensi pasar produk halal Indonesia yang merupakan pasar terbesar di dunia dapat digunakan sebagai sasaran pemasaran utama produk agroindustri halal dalam negeri, serta kekuatan sistem jaminan halal Indonesia yang merupakan sistem jaminan halal terbaik di dunia. Ketiga hal tersebut merupakan kekuatan utama yang dapat digunakan untuk mengembangkan agroindustri halal nasional yang berdaya saing. 5. Agroindustri halal dapat menjadi peluang berharga bagi Indonesia. Merujuk pada perkembangan terkini isu-isu halal internasional terutama di Eropa, saat ini menjadi kesempatan baik bagi Indonesia untuk mengisi pasar internasional yang kemungkinan ditinggalkan negara penghsil daging utama halal Eropa, selain itu berbagai kasus mengenai intervensi internasional terhadap pasokan bahan baku halal impor di dalam negeri menjadi momentum yang tepat untuk mengembangkan agroindustri halal dalam negeri.

10.2. Saran

Penelitian ini telah mengidentifikasi dan menganalisis faktor-faktor lingkungan internal dan eksternal agroindustri halal Indonesia dalam upaya untuk menemukan dan merumuskan suatu strategi peningkatan daya saing dalam mengantisipasi bisnis halal global. Beberapa saran yang dapat diajukan pada penelitian ini dijelaskan sebagai berikut. 1. Dalam perspektif pengembangan Pemahaman potensi bisnis halal perlu didorong untuk kemudian dipahami secara sukarela oleh seluruh pemangku kepentingan sebagai pemahaman terhadap pemenuhan kebutuhan konsumen atas produk-produk halal dan perlindungan usaha bagi pelaku bisnis. 2. Produk agroindustri halal Indonesia saat ini masih unggul di dalam negeri, namun kalah bersaing di tingkat internasional. Hal tersebut perlu disikapi dengan menyiapkan kebijakan yang memberikan dampak strategis bagi perlindungan pasar dalam negeri dan peningkatan daya saing global di masa yang akan datang. Ekspansi pasar internasional perlu dilakukan secara gradual serta melakukan penumbuhkembangan sektor agroindustri nasional lain dan menyelaraskannya dengan konsep halal yang berkesinambungan dalam jangka panjang. 3. Komitmen pemerintah memiliki daya dorong yang paling besar dalam mewujudkan keberhasilan pengembangan agroidustri halal. Saat ini kebijakan dan komitmen pemerintah belum mendukung peningkatan persaingan produk agroindustri halal di dalam negeri dan di pasar global, untuk hal tersebut, pemerintah perlu menegaskan kembali komitmennya terhadap pembangunan agroindustri halal dengan memiliki visi yang jelas, pembangunan infrastruktur yang selaras dengan pembangunan ekonomi nasional. Komitmen perlu ditujukan kepada peningkatan kualitas agroindustri yang dapat membawa peningkatan kesejahteraan rakyat, bukan pada tujuan jangka pendek. 4. Pemerintah perlu mengevaluasi kembali kedudukan dan fungsinya. Sebagai regulator dan katalisator pengembangan agroindustri halal agar mampu menjadi pendorong perekonomian nasional. Hal tersebut perlu dilakukan, mengingat saat ini pemerintah juga berupaya menjadi pelaku, terutama dalam hal labelisasi dan standarisasi halal dengan tujuan kebijakan yang tidak mengarah pada penguatan daya saing produk halal nasional di dalam negeri maupun internasional. 5. Perlu dilakukan penataan kelompok-kelompok institusi yang berwenang dalam pengembangan agroidustri halal dan mengoordinasikannya berdasarkan kewenangannya. Sebagai contoh perlunya penegasan posisi Kementrian Agama dan MUI sebagai lembaga sertifikasi halal. Hal tersebut perlu dimantapkan dalam undang-undang, dimana MUI perlu ditegaskan sebagai lembaga yang bukan menjadi bagian dari suatu kementrian dalam mengeluarkan fatwa halal sehingga dapat terjaga independensinya dalam jangka panjang. 6. Secara umum posisi daya saing agroindustri halal bernilai positif. Oleh karena itu pemerintah perlu memberikan prioritas untuk mengembangkan agroindustri halal sebagai upaya peningkatan daya saing produk halal nasional. Dalam hal ini kementrian peridustrian dan kementrian perdagangan