Dampak Kekuatan Intrsinsik ASEAN Terhadap Kekuatan Ekstrinsik Kelembagaan Indonesia

IX. PRIORITAS STRATEGI PENGEMBANGAN

AGROINDUSTRI HALAL INDONESIA 9.1. Kondisi Eksisting dan Urgensi Permasalahan Agroidustri Halal Indonesia Penelaahan lebih dalam dari posisi daya saing agroindustri halal Indonesia melibatkan delapan belas kriteria internal dan eksternal yang merupakan hasil perumusan dalam analisis SWOT-Kuantitatif dalam Bab VI terdahulu. Hasil analisis SWOT tersebut, kemudian dipetakan berdasarkan penilaian tingkat urgensi faktor saat ini dibandingkan dengan kondisi ideal yang diharapkan. Pada Gambar 60 dan Tabel 24 berikut, diilustrasikan posisi faktor-faktor berdasarkan tingkat kepentingan saat ini terhadap kondisi idealnya. Gambar 60. Tingkat Pencapaian dan Tingkat Urgensi Faktor-Faktor Pengembangan Agroindustri Halal Indonesia 1 Ketersediaan Bahan Baku 7 Ketersediaan Sarana dan Prasarana Riset 13 Nilai Tambah dan Dampak Ekonomi 2 Kemampuan Lembaga Sertifikasi 8 Infrastruktur Logistik 14 Potensi Pasar 3 Sistem Sertifikasi Halal 9 Jejaring Kelembagaan 15 Pasar Bebas, Keluasan Skup dan Segmen Pasar Internasional 4 Intrinsik Produk; Level of Trust Harga , Mutu, Variasi Produk, Cara Penyajian, Apresiasi, Konsumen, 10 Kebijakan Dan Komitmen Pemerintah 16 Tingkat Penerimaan Lembaga Internasional Atas Standar Dalam Negeri 5 Kesiapan dan Jumlah Pelaku Industri Halal 11 Tingkat Kesadaran Masyarakat dan Industri 17 Dinamika Global dan Makroekonomi 6 Advokasi Internasional dan Lokal 12 Tingkat Inovasi dan Daya Saing Produk 18 Sistem Jaminan Halal Asing Tabel 24. Nilai Tingkat Pencapaian dan Tingkat Urgensi Faktor-Faktor Pengembangan Agroindustri Halal Indonesia No. Faktor Urgensi Kondisi Saat Ini 1 Ketersediaan Bahan Baku 2,12 4,00 2 Kemampuan Lembaga Sertifikasi 2,06 4,12 3 Sistem Sertifikasi Halal 2,06 3,06 4 Intrinsik Produk; Level of Trust, Harga, Mutu, Variasi Produk, Cara Penyajian, Apresiasi Konsumen. 4,00 2,06 5 Kesiapan dan Jumlah Pelaku Industri Halal 4,12 1,35 6 Advokasi Internasional dan Lokal 3,00 1,12 7 Ketersediaan Sarana dan Prasarana Riset dan Teknologi 3,06 1,35 8 Infrastruktur Logistik 4,18 1,29 9 Jejaring Kelembagaan 3,06 2,12 10 Kebijakan dan Komitmen Pemerintah 4,00 2,12 11 Tingkat Kesadaran Masyarakat dan Industri 3,94 2,06 12 Tingkat Inovasi dan Daya Saing Produk 3,00 1,47 13 Nilai Tambah dan Dampak Ekonomi Pengembangan Agroindustri Halal 4,12 2,06 14 Potensi Pasar 2,18 4,41 15 Pasar Bebas, Keluasan Skup dan Segmen Pasar Internasional 3,6 1,35 16 Tingkat Penerimaan Lembaga Internasional Atas Standar Dalam Negeri 3,00 2,12 17 Dinamika Global dan Makroekonomi 3,3 2,06 18 Sistem Jaminan Halal Asing 2,06 3,06 Dari Gambar 59 di atas, diketahui bahwa agroindustri halal Indonesia memiliki beberapa faktor yang kondisinya mendekati ideal. Faktor-faktor tersebut adalah potensi pasar yang besar, kemampuan lembaga sertifikasi, ketersediaan bahan baku dan sistem sertifikasi yang paling unggul di dunia. Pada kelompok faktor lain yang memiliki tingkat urgensinya sedang meliputi, kemampuan advokasi, riset dan pengusaan teknologi, inovasi dan daya saing produk serta jejaring kelembagaan, sedangkan kelompok faktor yang memiliki kondisi yang paling jauh dari kondisi ideal dengan tingkat urgensi paling tinggi adalah infrastruktur logistik, komitmen pemerintah pada pengembangan agroindustri halal, kekuatan industri pelaku agroindustri halal dan kesadaran masyarakat. Kelompok dengan tingkat urgensi yang tinggi dan jauh dari kondisi ideal, merupakan kelompok permasalahan yang paling penting untuk dibenahi. Permasalahan infrastruktur logistik menjadi hal paling utama untuk segera diatasi mengingat dari posisinya terlihat faktor infrastruktur adalah faktor dengan nilai terendah dan terpenting jika dibandingkan dengan faktor-faktor lain. Hal tersebut menunjukkan bahwa faktor infrastruktur menjadi faktor dengan kondisi eksiting terburuk dan tingkat urgensi yang paling tinggi. Faktor lain yang perlu segera diatasi adalah kemampuan riset atau penelitian dan pengembangan, tingkat inovasi, kemampuan advokasi, serta komitmen pemerintah yang rendah. Kondisi pada saat ini yang sudah mencapai kondisi mendekati ideal masih perlu ditingkatkan adalah, kemampuan lembaga sertifikasi, ketersediaan bahan baku dan potensi pasar.

9.2. Penentuan Prioritas Strategi Pengembangan

Penentuan prioritas strategi pengembangan agroindustri halal dengan menggunakan analisis SWOT-AHP didahului dengan penentuan posisi daya saing Indonesia diantara enam negara ASEAN yang diperbandingkan yakni dengan Malaysia, Brunei Darussalam, Singapura, Thailand dan Filipina. Seperti yang ditunjukkan pada Tabel 25 berikut. Tabel 25. Koordinat SWOT Enam Negara ASEAN Pelaku Agroindustri Halal No. Negara Koordinat S-W O-T 1 Indonesia 1,35 1,25 2 Malaysia 3,87 3,01 3 Brunei Darussalam 1,11 1,69 4 Thailand 3,85 2,71 5 Filipina -0,97 -0,56 6 Singapura 0,80 1,98 Kriteria daya saing ditentukan dengan mengidentifikasi faktor-faktor internal yang berpotensi menjadi kekuatan dan kelemahan, dan faktor-faktor eksternal yang berpotensi menjadi peluang dan ancaman bagi agroindustri halal secara umum. Tabel 26 berikut menunjukkan daftar kriteria yang berpotensi