nilainya dibandingkan dengan negara-negara lain adalah level of trust dan apresiasi konsumen, namun bobot kepentingannya tidak begitu besar sehingga
menempatkan Thailand sebagai negara terbaik ke-dua dalam penguasaan faktor- faktor intrinsik produk pengembangan agroindustri halal.
7.3.3. Brunei Darussalam
Sesuai dengan visi Brunei Darussalam untuk menciptakan produk-produk halal premium, maka penguasaan faktor-faktor intrinsik produk menjadi faktor
paling penting untuk dikembangkan karena berkaitan langsung dengan produknya. Selain itu, Brunei Darussalam memiliki keuntungan yang tidak dimiliki negara
lain dalam mengembangkan agroindustri halalnya, seperti pada faktor tingkat keyakinan ke-halalan level of trust produk-produk Brunei Darussalam yang
sangat tinggi. Hal tersebut membuat konsumen merasa yakin apapun yang dibuat di Brunei Darussalam akan memiliki status halal.
Keunggulan lainnya adalah dalam hal mutu dan penampilan produk. Baiknya mutu produk halal Brunei Darussalam didukung oleh bahan baku unggul
yang didapatkan dari produsen-produsen terbaik utama dunia yang menjadi pemasok utama produk-produk halal Brunei Darussalam, sedangkan untuk
penampilan produk, sebagai konsekwensi dari visi penciptaan produk premium global, penampilan produk Brunei Darussalam telah mencapai kematangan yang
sangat baik. Lebih jelasnya, Gambar 46 berikut menerangkan tingkat kematangan dan skor yang diperoleh faktor intrinsik produk agroindustri halal Brunei
Darussalam.
Gambar 46. Tingkat Kematangan Faktor Intrinsik Produk Halal Di Brunei Darussalam
Perolehan skor yang rendah didapatkan dari faktor variasi produk halal. Hal tersebut disebabkan karena Brunei Darussalam saat ini lebih fokus dalam
memenuhi permintaan produk halal berbasis daging sapi untuk memenuhi pasar Timur Tengah dan Eropa. Secara keseluruhan, faktor intrinsik produk halal Brunei
Darussalam termasuk ke dalam kategori baik dan menempati peringkat ke-tiga dibandingkan dengan enam negara ASEAN lainnya.
7.3.4. Singapura
Halal tidak dijadikan acuan pengembangan industri di Singapura, namun pemerintah dan industrinya memiliki kesadaran yang tinggi akan potensi bisnis
halal. Unuk hal tersebut, Singapura mengupayakan kebijakan yang mengarah pada penyelenggaraan bisnis dan industri yang mampu memenuhi peryaratan halal.
Saat ini, walaupun tidak berbasiskan pada agroindustri halal, namun kriteria- kriteria dari faktor-faktor intrisnik pengembangan agroindustri halal dicapai
dengan baik oleh Singapura. Gambar 47 berikut menggambarkan kematangan dan skor faktor-faktor intrisik yang dicapai oleh Singapura.
Gambar 47. Tingkat Kematangan Faktor Intrinsik Produk Halal Di Singapura
7.3.5. Indonesia
Faktor intrisnik agroindustri halal Indonesia berada pada kategori baik dan tingkat kematangan yang merata dengan skor rata-rata 3,26. Faktor-faktor yang
baik tingkat kekuatannya antara lain faktor harga, tingkat keyakinan ke-halalan produk, rasa dan variasi produk, sedangkan yang masuk kedalam kategori cukup