90
Gambar 26. Wilayah Kerjasama Forum IMT-GT Bidin, 2009
Dalam pendirian IMT-GT, negara-negara anggota bekerjasama untuk mewujudkan Halal Hub global, yang secara sinergis dapat berkolaborasi untuk
saling melengkapi kebutuhan satu sama lainnya, sehingga diharapkan dapat terwujud nilai tambah bagi produktivitas ASEAN. Secara ideal, tujuan IMT-GT
adalah untuk memenuhi kebutuhan bersama antara Indonesia, Malaysia dan Thailand.
Dalam kerjasama IMT-GT terdapat pembagian fokus kerjasama yang disepakati untuk dilakukan. Pembagian peranan pada negara-negara peserta antara
lain, Malaysia direncanakan sebagai pusat pengembangan standar sertifikasi halal, pelatihan, pusat acuan sertifikasi dan logistik. Dalam konteks kerjasama IMT-GT,
Thailand memiliki peranan mengembangkan proses pengolahan dan pengemasan produk halal, sedangkan Indonesia dijadikan sebagai pusat pemenuhan bahan
baku, rujukan sertifikasi dan pengembangan distribusi.
91
Gambar 27. Lingkup Kerjasama IMT-GT Bidin, 2009
Dalam Gambar 27 di atas terlihat bahwa pembagian peranan dalam pengembangan kerjasama IMT-GT dominasi Malaysia yang memiliki porsi yang
lebih besar dalam mendapatkan nilai tambah ekonomi yang lebih besar dibandingkan dengan Thailand dan Indonesia. Dominasi atas pembagian tugas
tersebut adalah bentuk kekuatan Malaysia dalam advokasi dan upaya yang okus dalam membangun industri halalnya. Malaysia dalam IMT-GT merupakan negara
dengan kemampuan produksi dan advokasinya yang paling unggul. Dibandingkan dengan negara lain, Indonesia dipandang kuat hanya dari segi pemenuhan bahan
baku, sertifikasi dan pasar yang besar namun belum berperan penting sebagai pelaku agroindustri halal global. Dominasi Malaysia dalam IMT-GT ini
menunjukkan pula kelemahan Indonesia dalam pergaulan kerjasama antar negara dengan lemahnya kemampuan advokasi. Dalam berbagai jalinan kerjasama yang
ada, Indonesia seringkali tidak konsisten diwakili oleh lembaga-lembaga yang
IMT-GT Pasar Halal
Global Malaysia
Standar Pelatihan
Sertifikasi Logistik
Indonesia Bahan Baku
Sertifikasi Distribusi
Thailand Semi-prosesing
Pengolahan Pengemasan
92 kebijakannya memang tidak mengarah pada pengembangan agroindustri berbasis
produk halal. Dari uraian mengenai bisnis halal global pada bab ini, didapatkan bahwa
karakeristik bisnis halal mencakup hal-hal sebagai berikut. 1. Meskipun halal berkaitan dengan kekhususan umat Muslim dalam konsumsi
dan penggunaannya, produk halal tidak hanya diperntukkan bagi Muslim, tetapi dapat diperuntukkan bagi seluruh umat manusia.
2. Secara khusus bagi Muslim, halal merupakan pemenuhan terhadap persyaratan kemanan secara religius spiritual safety concern, sedangkan secara umum,
bagi konsumen dan pelaku industri, halal merupakan pemenuhan persyaratan mutu, keamanan dan kesehatan dalam penggunaan dan konsumsi produknya
Quality and Health concern. 3. Produk halal yang diperdagangkan adalah produk yang telah audit
kehalalannya melalui proses sertifikasi halal oleh lembaga audit halal dengan persetujuan lembaga Ulama Islam suatu negara. Sertifikat halal merupakan
fatwa tertulis suatu lembaga Ulama Islam atas produk dan jasa yang telah lulus dalam proses sertifikasi halal.
4. Pelaku bisnis halal dapat merupakan produsen dari negara-negara muslim ataupun non-muslim selama terpenuhinya hal-hal mendasar atau khamsu
halaalaat kehahalan suatu produk halal yang mencakup 4M, yakni sumber
daya manusia man, bahan baku materials, proses mechanism dan pembiayaan monetary.
93
V. ANALISIS PERKEMBANGAN BISNIS HALAL MIHAS
5.1. Perkembangan Umum MIHAS
Pada bab ini dijelaskan perkembangan bisnis halal yang ditampilkan pada pameran bisnis halal Malaysia International Halal Showcase MIHAS.
Pengamatan difokuskan pada pada lima kelompok produk yang ditetapkan dalam ruang lingkup penelitian.
Malaysia melakukan pemasaran produk halalnya secara bertahap menembus pasar global dengan didukung beragam strategi jangka panjang yang
matang dengan perangkat kebijakan pendukung perdagangan, infrastruktur logistik, perbankan, dan sertifikasi halal yang dapat diterima di seluruh dunia.
Salah satu strategi dalam menguatkan posisi Malaysia menjadi pelaku bisnis halal dunia adalah dengan berinisiatif mengadakan pameran bisnis halal terbesar di
dunia setiap tahunnya yang dijadikan sebagai barometer bisnis halal oleh pelaku bisnis halal Internasional yaitu MIHAS.
MIHAS merupakan upaya pembuktian Malaysia atas komitmennya untuk menjadi pusat produk halal Internasional. Saat ini, Malaysia memproyeksikan
peningkatan pangsa pasar halal dunia-nya dari satu persen menjadi lima persen
dan mulai menghasilkan 200 ton produk halal setiap hari pada tahun 2010, 60 persen diantaranya diperuntukan untuk pasar ekspor ke seluruh dunia HDC,
2010. Pencapaian Malaysia tersebut merupakan implementasi dari komitmen terhadap pengembangan industri halal secara berkesinambungan.
Pameran bisnis halal Internasional tahunan MIHAS telah diadakan selama delapan tahun berturut-turut untuk memfasilitasi pertemuan antara produsen,
pedagang dan konsumen produk-produk halal Internasional. MIHAS juga bertujuan untuk merintis harmonisasi peraturan dan panduan halal sebagai upaya
untuk mendukung pada peningkatan volume dan nilai perdagangan produk halal global yang sejalan dengan liberalisasi.
Keikutsertaan berbagai negara dalam MIHAS bukan saja pada pameran produk halal, di lapangan menunjukkan bahwa jumlah negara internasional yang
lebih tinggi lebih banyak terlibat sebagai pembeli buyers dan hanya aktif dalam pertemuan-pertemuan bisnis yang dilaksanakan selama penyelenggaraan MIHAS,
94 sedangkan kuantitas yang menunjukkan jumlah keterlibatan negara-negara
Internasional yang terbanyak adalah berasal dari jumlah asal negara pengunjung pameran yang menunjukkan tingkat daya tarik global terhadap industri halal.
5.2. Penyelenggaraan Pameran Produk
Pada penyelenggaraan MIHAS, dipamerkan berbagai produk dari negara-
negara produsen dan pelaku bisnis halal yang serius mengisi ceruk pasar produk halal Internasional. Produk yang dipamerkan adalah produk-produk terpilih yang
memiliki nilai tambah tinggi dan secara langsung dapat diamati juga kemampuan kompetisi produk halal dari berbagai negara.
MIHAS selalu melibatkan lebih dari 25 negara dalam kegiatan pameran produk halal setiap tahunnya. Diantaranya terdapat kategori negara peserta utama
yang merupakan negara-negara yang mengirimkan delegasi pamerannya lebih dari tiga delegasi usaha. Dari data sejak tahun 2007 hingga 2011 tercatat terdapat 27
peserta aktif yang menjadi peserta utama, diantara yakni Indonesia, Singapura, Iran, India, Brunei Darussalam, China, Sudan dan Perancis. Meskipun demikian,
diluar negara-negara tersebut juga banyak negara yang ikut serta dalam pameran bisnis halal MIHAS setiap tahun walau dengan jumlah delegasi bisnis yang lebih
kecil seperti Australia, Amerika Serikat, Belgia, Thailand dan Selandia Baru. Tabel 13 berikut menunjukkan keikutsertaan negara-negara utama yang mengikuti
MIHAS tahun sejak 2007 hingga 2011.
95 Tabel 13. Negara-Negara Utama Peserta MIHAS Sumber: Matrade, 2011
No. Negara Peserta
Utama 2007
2008 2009
2010 2011
1 Malaysia
V V
V V
V 2
China V
V V
V 3
Iran V
V V
V V
4 Indonesia
V V
V V
V 5
Belgia V
6 Perancis
V V
V 7
Turki V
8 Singapura
V V
V V
V 9
India V
V V
V 10
Jepang V
V 11
Kamboja V
12 Afrika Selatan
V V
13 Cyprus
V 14
Ukrania V
15 Sudan
V V
V 16
Macau V
17 Korea Selatan
V 18
Amerika Serikat V
19 Brunei Darussalam
V V
V V
V 20
Pakistan V
V 21
Mesir V
V 22
Palestina V
23 Serbia
V 24
Siria V
25 Saudi Arabia
V V
26 Belanda
V 27
Bosnia V
Total Negara Peserta Utama
10 11
11 11
19
. Dalam MIHAS diperlihatkan kekuatan bisnis halal dari negara-negara
produsen produk halal global. Beraneka ragam produk dan peluang investasi yang ditawarkan pada MIHAS menunjukkan tingkat keseriusan komitmen negara-
negara perserta terhadap bisnis halal. Tidak semata-mata memamerkan produk dan jasanya saja, setiap negara juga berlomba untuk menjadi pemenang dalam