Strategi Peningkatan Penguasaan Penelitian dan Pengembangan

perkembangan bisnis halalnya. Komitmen terhadap riset yang berkelanjutan juga disertai dengan kemampuan modal yang besar untuk menyediakan berbagai peralatan berteknologi tinggi sesuai dengan perkembangan IPTEK terkini. Implementasi strategi peningkatan penguasaan penelitian dan pengembangan agroindustri halal untuk mendapatkan produk halal inovatif yang memiliki daya saing tinggi antara lain dapat diwujudkan dengan mempergunakan temuan-temuan RD dan informasi pasar untuk menciptakan bisnis dan produk halal baru, serta melakukan outsourcing aktivitas pendukung riset seperti laboratorium, analisis, audit dll. Inovasi yang diperlukan saat ini adalah berupa modernisasi sektor pertanian untuk meningkatkan produktivitas petani serta sebagai faktor pendorong agroindustri halal untuk menciptakan nilai tambah produk. Dimasa yang akan datang, dalam penciptaan produk halal inovatif perlu didukung dengan sumber daya manusia dengan pola pikir kreatif dan inovatif dengan input kreativitas, ilmu pengetahuan, teknologi dan dukungan kebijakan. Gambar 69 berikut yang merupakan sintesa mengenai unsur-unsur pendorong dalam pengembangan produk halal inovatif di Indonesia Teknologi Tepat Guna Produk Halal Sesuai Permintaan Pasar Produk Bernilai Tambah dan Berdaya Jual Tinggi INOVASI PRODUK HALAL Bahan Baku Lokal ILMU PENGETAHUAN DUKUNGAN KEBIJAKAN KREATIVITAS SENI DAN BUDAYA TEKNOLOGI OUTSOURCING PENDUKUNG RISET INFORMASI PASAR LITBANG Gambar 69. Unsur-Unsur Pendorong Dalam Pengembangan Produk Halal Inovatif Konsep kolaborasi berbagai kekuatan inovasi pada Gambar 68 di atas, perlu dikembangkan dalam menciptakan berbagai inovasi produk halal. Integrasi yang mengkolaborasikan kekuatan bahan baku lokal, teknologi tepat guna dan penciptaan produk bernilai tambah yang berdaya jual tinggi diarahkan untuk memproduksi produk halal sesuai permintaan pasar. Kolaborasi tersebut perlu didukung dengan input-input ilmu pengetahuan terbaru, dukungan kebijakan, informasi pasar serta penelitian dan pengembangan. Dalam pengembangan produk halal yang inovatif yang penting untuk diperhatikan juga adalah unsur-unsur kreativitas, teknologi, seni budaya yang dikolaborasikan bersama serta perlunya outsourcing pendukung riset seperti laboratorium dan sarana lain untuk mempercepat proses inovasi dan memiliki dampak pengembangan yang luas terhadap pengembangan secara ekonomi dan keilmuan.

g. Edukasi Dan Sosialisasi Mengenai Konsep Halal Sebagai Konsep Mutu

Di Indonesia kesadaran akan produk halal diawali oleh berbagai kasus pada dekade delapan-puluhan dengan kasus-kasus yang dilatarbelakangi oleh ketidaktahuan dan ketidakmampuan membuktikan status halal berdasarkan keilmuan. Hal tersebutlah yang mendasari munculnya ide atas pentingnya proses audit kehalalan suatu produk yang dipelopori oleh MUI. Hingga saat ini di Indonesia, sertifikasi halal bersifat sukarela. Masyarakat dan industri secara bertahap mulai meyadari pentingnya kehalalan produk. Hal tersebut ditunjukkan oleh jumlah industri baik besar atau menengah yang mendapatkan sertifikat halal meningkat. Perkembangan tersebut juga didukung oleh berbagai media dan Lembaga Swadaya Masyarakat LSM yang mulai aktf mengedukasi konsumen mengenai produk-produk halal dengan berbagai program sosialisasi dan dukungan bagi produk halal. Perkembangan yang baik ini sayangnya direspon pemerintah dengan menyiapkan aturan untuk memiliki juga memiliki domain dan kepentingan terhadap proses audit halal. Hal tersebut dilakukan pemerintah mengambil alih proses sertifikasi dan labelisasi halal dengan melihat pada potensi pendapatannya. Di lain pihak, perkembangan pasar halal internasional dalam satu dekade terakhir tumbuh dikarenakan meningkatnya kesadaran konsumennya. Halal mulai diakui sebagai simbol mutu di negara-negara maju. Kesadaran untuk memproduksi produk halal dari pihak industri, khususnya industri besar memiliki sedikit perbedaan sudut pandang. Halal dipandang hanya sebagai komplementer dengan standarisasi lainnya dalam upayanya memasarkan produknya dan tidak dipahami sebagai potensi bisnis, sehingga startegi yang perlu diambil adalah upaya untuk meningkatkan kesadaran yang diikuti dengan edukasi berkelanjutan. Halal perlu diperkenalkan melalui edukasi dan sosialisasi yang luas pada masyarakat dan industri agar memhami bahwa halal merupakan konsep jaminan mutu yang baik. Halal dapat dianggap sebagai konsep jaminan mutu dikarenakan mencakup semua syarat jamiman mutu yang ada seperti di gambarkan pada Gambar 70 berikut. KEGIATAN RANTAI PASOK PRODUK HALAL JAMINAN MUTU PROSES KEWENANGAN PENGAWASAN Mananjemen Usaha Ternak Makanan ternak harus dari sumber yang halal Perlakuan Terhadap hew an ternak Penyembelihan Bahan-bahan tambahan dipastikan kehalalan sumbernya Emulisfier, Gelatin, Pengew et, Pew arna, Perasa Sistem Monitoring Verifikasi sistem manufaktur dan pengolahan yang sesuai dengan sistem jaminan halal Sistem Pergudangan Sistem Transportasi Penelaahan Metoda Ekstraksi Alkohol, enzim dan Bakteri yang digunakan selama proses produksi, penyimpanan dan transpotasi Sistem Pembiayaan Sumber- sumber pembiayaan syariah Komunikasi dan Branding Penamaan produk berbahan baku halal Peningkatan kesadaran masyarakat Mananjemen Usaha Ternak Bahan Tambahan Makanan BTM Manufaktur dan Pengolahan Logistik RD Teknologi Sistem Pembiayaan Komunikasi dan Branding Mananjemen Usaha Tani Rekayasa Genetik Mananjemen Usaha Tani PRODUKSI BAHAN MENTAH DAN BAHAN PENOLONG PENANGANAN BAHAN MENTAH PENGOLAHAN DISTRIBUSI PEMASARAN KONSUMEN KEMETRIAN PERTANIAN. PERIDUSTRIAN DLL BPPOM PEMDA BPPOM BPPOMKEMENKES DINKES LPPOM HALAL GAPGFPSJH GHPHACCP SJH GMPHACCP SJH GDPGTPSJH GRPSJH GCPHACCP SJH UPSTREAM MIDSTREAM KEWENANGAN LPPOM LEMBAGA AUDITING HALAL KEWENANGAN PEMERINTAH ALUR RANTAI PASOK HALAL SISTEM INFORMASI KETELUSURAN MUTU DAN HALAL DOWNSTREAM RANTAI MUTU PRODUK HALAL PRODUK HALAL DAN KONSEP HALAL SEBAGAI JAMI NAN MUTU TERTI NGGI Gambar 70. Halal Sebagai Konsep Jaminan Mutu Pada Gambar 70 di atas, konsep halal yang diperkenalkan adalah sebagai jaminan mutu yang mengelaborasi konsep halal dengan konsep baik, atau yang dalam Islam dikenal dengan istilah “Halalan Thoyyibban” yang meliputi baik secara mutu dan aman food safety yang tidak dapat dikompromikan lagi. Pada seluruh mata rantai “from farm to table ” atau hulu ke hilir di atas menjadi sangat penting. Hal tersebut terkait dengan strategi pengembangan agroindustri halal secara keseluruhan. Konsep halal tidak hanya berkaitan dengan praktek halal atau halal practice saja tetapi hingga penerapan GAP. GMP, GDP, GCP, HACCP dan jaminan mutu lainnya yang sangat berpengaruh terhdapa persaingan agroindustri halal global. Dalam implementasi strategi melalui peningkatan edukasi dan sosialisasi dapat melaui pengenalan dan meningkatkan kesadaran atas konsep halal sebagai jaminan mutu. Halal juga perlu disosialisasikan sebagai salah satu yang akan mendapatkan keuntungan kompetitif atas produk yang dikembangkannya. Pelaksanaan ini perlu diduukung juga dengan meningkatkan jumlah dan kualitas auditor halal serta penempatan petugas penjamin halal di setiap lini kegiatan agroindustri halal yang ada.

h. Penciptaan Halal Champions

Industri besar di Indonesia pada umumnya sudah tersertifikasi halal, bahkan diantaranya terdapat beberapa perusahaan yang sudah mengekspor produk halalnya dan mampu bersaing di pasar internasional. Industri dengan skala sedang pada umumnya belum melakukan sertifikasi halal pada produknya. Hal ini dikarenakan berbagai kendala dari mulai kesadaran hingga biaya beratnya yang perlu dikeluarkan selama proses audit halal. Strategi yang diambil kemudian diikuti dengan penguatan industri besar dengan memberikan berbagai kesempatan dan solusi kepada industri menengah dan kecil untuk secara bertahap dapat berkembang menjadi pelaku agroindustri halal besar dibantu melalui berbagai program kebijakan dan insentif. Strategi yang dirumuskan adalah bagaimana Pemerintah, MUI, dan pihak terkait bekerjasama membangun sistem halal di Indonesia sehingga dapat sinergis dalam membangun Industri halal secara startegis, sedangkan saat ini posisi pemerintah dengan MUI pada saat ini cenderung saling memperebutkan posisi strategisnya. Walaupun tren sertifikasi halal meningkat, banyak industri besar, menengah dan kecil yang belum mendapatkan sertifikat halal dan mencapai standar SNI LPPOM, 2010. Saat ini sertifikasi halal adalah proses yang sukarela, dan banyak produsen yang mengklaim produknya sebagai produk halal tanpa menjalani sertifikasi. Untuk itu pemerintah berperan penting untuk memacu perkembangannya, terutama untuk mendorong usaha skala menengah dan kecil