Penampilan Produk Analisis Kondisi Faktor-Faktor Intrinsik Produk Di Setiap Negara

unik. Promosi cita rasa diintegrasikan dengan promosi industri pariwisatanya. Strategi promosi yang baik juga dijalankan oleh pemerintah Thailand dan Singapura. Upaya-upaya tersebut menjadikan ciri khas rasa suatu negara menjadi identitas yang kuat dan melekat sehingga penilaianannya dinggap menjadi lebih baik.

7.2.3. Harga

Harga merupakan indikator yang jelas dari daya saing produk di pasar Internasional. Faktor harga menjadi faktor terpenting ke-dua setelah penampulan produk dengan skor 0,18. Dengan demikian harga produk halal harus kompetitif, karena konsumen memiliki preferensi yang kuat terhadap produk dengan harga paling rasional. Selain hal di atas, harga produk halal terutama makanan dan minuman di suatu negara dipengaruhi oleh infrastruktur dan kemudahan birokrasi di suatu negara. Penilaian kekuatan faktor intrisik dinilai dengan penenuhan kriteria atas besarnya kesediaan pasar dalam menerima harga produk halal willingness to pay , kelayakan harga atas dasar besaran biaya produksi dan pertimbangan harga produk-produk halal subtitusi. Malaysia menjadi negara yang memiliki kekuatan harga yang paling baik dengan skor 4,35 bersama dengan Thailand dengan skor 4,18, sedangkan Indonesia masih dalam kategori yang paling baik dengan skor 3,94. Produk-produk Malaysia, Thailand dan Indonesia dikenal sebagai produk- produk yang memiliki tingkat harga yang paling kompetitif sehingga menjadi daya tarik konsumen untuk membelinya, sedangkan Brunei Darussalam dengan skor 3,47 memiliki tingkat kekuatan harga dibawah Indonesia, Thailand dan Malaysia. Dengan segmentasi produk-produk premium, dapat dipahami bahwa produk-produk Brunei Darussalam memiliki harga yang lebih tinggi dibandungkan negara lain. Produk-produk lain dari Filipina dan Singapura menempati posisi lima dan enam dengan skor masing-masing 3,06 dan 2,53. Hal tersebut menggambarkan bahwa produk-produk halalnya memiliki harga yang kurang kompetitif.

7.2.4. Mutu

Faktor intrsinsik mutu menjadi kriteria dengan bobot kepentingan 0,11 dibawah faktor penampilan produk, harga, rasa dan cara penyajian. Faktor mutu dinilai berdasarkan kriteria pemenuhan atas adanya produk yang diunggulkan, ada tidaknya jaminan mutu produk dan kriteria fungsional produk. Mutu produk- produk Thailand mendapatkan tertinggi nilai dengan skor 4,59 bersama dengan Singapura 4,53 dan Brunei Darussalam 4,29 dalam kelompok negara yang memiliki mutu produk yang paling baik. Sedangakan Malaysia dengan skor 4,00 menjadi negara dengan produk yang mutunya baik, dan Indonesia memiliki mutu dengan kategori cukup baik dengan perolehan skor 3,00 yang berada dibawah rata-rata negara ASEAN. Konsumen belum begitu menyakini bahwa produk Indonesia memiliki mutu yang sebanding dengan yang diproduksi di Thailand, Malaysia, terlebih lagi dengan Singapura yang senantiasa dijadikan tolok ukur mutu produk yang paling tinggi bagi konsumen. Terdapat beberapa kebijakan pemerintah Malaysia dalam meningkatkan mutu produknya dengan menyiapkan perusahaan-perusahaan menengah sebagai pelaku utama dimasa yang akan datang untuk juga dapat bermain sebagai pemain utama dalam perdagangan global HDC, 2010. Produk-produk perusahaan menengah di Malaysia dan Thailand sulit dibedakan mutunya dengan produksi perusahaan besar karena memiliki standar yang sama yang harus dipenuhi. Satu-satunya yang membedakan antara produk perusahan besar dengan menengah hanya pada skala produksi dan pemasarannya. Di Indonesia, mutu produk halalnya rata-rata belum mencapai standar Internasional. Produk-produk Indonesia yang berhasil menembus pasar Internasional hanya produk-produk dari perusahaan-perusahan berskala besar dengan cakupan pasar Internasional.

7.2.5. Variasi Produk

Variasi produk memiliki bobot 0,08 dan menempati urutan ke-lima dalam tingkat kepentingan faktor intrinsik produk. Faktor variasi produk memiliki kriteria yang terdiri dari jumlah variasai produk, tingkat konsistensi inovasi dan kelengkapan variasi. Jumlah Variasi Produk Thailand mendapatkan skor tertinggi