dalam menciptakan industri-industri halal baru Hasil penilaian faktor ekstrinsik kelembagaan kekuatan pelaku industri halal, Indonesia memiliki skor 3,00 yang
berarti cukup baik. Posisi Indonesia berada di bawah Thailand dan Malaysia yang
mendapatkan skor 4,83 dan 4,67, Brunei Darussalam 2,50, Singapura 2,00 dan Filipina 1,33. Jika dibandingkan dengan negara lain seperti Thailand dan
Malaysia, untuk membangun kekuatan bisnis agroindustri halal dalam jangka panjang, kebijakan yang dilakukan adalah dengan menciptakan dan menyiapkan
para pelaku usaha kelas menengah untuk menjadi pemain besar dengan tingkat daya saing yang tinggi. Program tersebut lebih dikenal dengah program Halal
Champions .
8.5. Analisis Kekeuatan Faktor- Faktor Ekstrinsik Kelembagaan Di Setiap Negara
Malaysia menjadi negara yang memiliki skor 4,54 atas kondisi faktor- faktor ekstrinsik kelembagaan agroindustri halalnya. Dengan skor tersebut
menempatkan Malaysia dalam kategori yang sangat baik bersama dengan Thailad dengan skor 4,25, sedangkan Brunei Darussalam memiliki konsisi yang baik
bersama dengan Singapura dengan perolehan skor 3,43 dan 3,11. Indonesia memiliki skor 2,73 dengan kondisi faktor ektrinsik yang kurang baik mendukung
pengembangan agroindustri halal. Posisi paling akhir adalah Filipina yang mendapatkan skor 1,79 yang merupakan pendatang baru dalam bisnis halal
ASEAN. Hasil total yang didapatkan dari penilaian terhadap penguasaan faktor- faktor ektrinsik kelembagaan ditampilkan pada Gambar 52 berikut.
Gambar 52. Skor Akhir Faktor Ekstrinsik Kelembagaan
4,54 4,25
3,43 3,11
2,73 1,79
Malaysia Thailand
Brunei Darussalam Singapura
Indonesia Filipina
Dari gambaran di atas, dapat diketahui bahwa persaingan yang cukup ketat terjadi antara Malaysia dan Thailand yang dinilai sangat baik dalam
mensinergikan faktor-faktor ekstrinsik kelembagaan yang dibutuhkan dalam pengembangan agroindustri halal. Posisi Brunei Darussalam yang berada lebih
tinggi dari Indonesia adalah dalam beberapa hal, terutama pada komitmen pemerintahannya dalam pemenuhan kriteria-kriteria yang ditetapkan. Di lain
pihak, meskipun Indonesia unggul dalam beberapafaktor yang bobot kepentingan faktor kepentingan rendah. Hal tersebut menyebabkan posisi kekuatan Indonesia
berada pada posisi lima dari enam negara yang dinilai. Filipina berada pada posisi ke-enam dengan skor 1,79. Walaupun dikategorikan sebagai kurang baik, hal
tersebut lebih banyak disebabkan oleh karena agroindustrimya memang tidak diarahkan untuk penguasaan bisnis halal. Secara lebih detail, keunggulan faktor-
faktor ektrinsik pada setiap negara diperlihatkan pada Tabel 23 berikut.
Tabel 23. Perolehan Skor Faktor Ekstrinsik Kelembagaan Agroindustri Halal Di Enam Negara ASEAN
No. Faktor Eksintrik
Kelembagaan Indonesia
Malaysia Brunei
D. Thailand
Filipina Singapura
1 Kebijakan dan
Komitmen Pemerintah
2,50 4,67
4,33 4,00
1,33 2,33
2 Tingkat Kesadaran
Masyarakat dan Industri
3,83 4,67
4,83 4,17
1,83 3,33
3 Advokasi
Internasional dan Lokal
2,00 4,83
3,50 4,00
1,83 3,17
4 Tingkat Inovasi dan
Daya Saing Produk 3,33
4,33 3,17
4,50 2,17
4,17 5
Kemampuan Lembaga Sertifikasi
5,00 4,17
2,83 4,50
1,33 2,67
6 Riset dan
Pengusasaan Teknologi
2,83 4,67
2,33 4,50
2,00 2,83
7 Ketersediaan Bahan
Baku
4,83 3,33
1,33 4,33
4,17 1,00
8 Potensi Pasar
5,00 2,83
1,67 2,00
1,67 1,17
9 Jejaring
Kelembagaan 2,50
5,00 4,33
4,83 2,50
3,00 10
Infrastruktur Logistik
1,33 4,83
3,50 4,50
1,17 4,83
11 Sistem Sertifikasi
Halal
4,83 3,83
3,00 4,33
1,17 2,67
12 Jumlah Pelaku
Industri Halal 3,00
4,67 2,50
4,83 1,33
2,00
Keterangan: Tanda bintang adalah nilai tertinggi