Kemampuan Lembaga Sertifikasi Analisis Kondisi Faktor-Faktor Ekstrinsik Kelembagaan Di Setiap Negara

diikuiti oleh Malaysia 3,33, Brunei Darussalam 1,33 dan posisi paling rendah adalah Singapura dengan skor 1,00. Negara-negara di Asia Tenggara pada umumnya memlilki sumber daya alam yang melimpah dan mampu mencukupi kebutuhan bahan baku yang dibutuhkan agroindustri halal. Jika dilihat dari luasan dan potensi yang ada, sebagai contoh, Indonesia yang sedianya mampu menjadi penyedia bahan baku yang besar namun memiliki kendala dalam hal tingkat keberlanjutan serta persaingan yang ketat dimana negara pesaing seperti Thailand telah mampu menunjukkan kemapuannnya dalam menjaga pasokan bahan baku dengan kualitas baik dan berkelanjutan.

8.4.8. Pasar

Kekuatan potensi pasar dinilai dari pemenuhan beberapa parameter, yakni besarnya jumlah penduduk, captive market, dan tingkat daya beli yang terjadi pada negara yang bersangkutan. Dari hasil anlisa tingkat daya saing berdasarkan kekuatan potensi pasar, Indonesia mendapatkan skor 5,0. Skor tersebut merupakan skor terbaik jika dibandingkan Malaysia 2,83, Brunei Darussalam 1,67, Thailand 2,0, Filipina 1,67 dan Singapura 1,17. Jumlah penduduk menjadi faktor yang sangat penting dalam menentukan besarnya potensi pasar, terutama jumlah penduduk muslim yang menjadi pasar utama produk halal. Penilaian atas jumlah penduduk juga diimbangi dengan penilaian atas tingkat pertumbuhan ekonomi negara yang bersangkutan yang berkaitan dengan tinggi tidaknya daya beli masyarakat. Keunggulan Indonesia yang memiliki penduduk mayoritas Muslim, menjadikan produk yang memiliki status halal menjadi pasar yang besar. Indonesia saat ini menjadi negara dengan pangsa pasar produk halal terbesar di dunia dengan nilai USD 78,5 juta per tahun World Halal Forum, 2010.

8.4.9. Jejaring Kelembagaan

Jejaring kelembagaan menjadi salah satu faktor ekstrinsik kelembagaan yang dipersyaratkan untuk dipenuhi dalam mengembangkan agroindustri halal. Kekuatan jejaring kelembagaan dinilai berdasarkan pemenuhan tiga kriteria yakni, koordinasi antar lembaga pemerintah, sinergisme pemerintah dan pihak industri, serta jejaring kerjasama pemerintah dan lembaga sertifikasi. Jejaring kelembagaan yang memiliki tingkatan paling baik adalah Malaysia dengan skor 5,0 dan Thailand yang menempati posisi kedua dengan skor 4,83 yang juga memiliki yang merupakan nilai tertinggi. Nilai tersebut didapatkan Malaysia dan Thailand atas pemenuhan ketiga kriteria kekuatan jejaring kelembagaan di atas. Malaysia menjadi acuan dimana pembangunan jejaring kelembagaan berlangsung sinergis sehingga dapat memajukan agroindustri halalnya untuk dapat bersaing di pasar global. Jejaring kelembagaan yang berkembang baik saat ini juga dilakukan oleh Brunei Darussalam yang mendapatkan skor 4,33. Singapura, Filipina dan Indonesia dinilai kurang baik dalam mengupayakan jejaring kelembagaan untuk pengembangan agroindustri halal, dengan skor masing-masing 3,0, 2,50 dan 2,50. Skor yang didapatkan Indonesia merupakan skor terendah bersama Filipina mengindikasikan bahwa kurang kuatnya sinergisme dan kerjasama antar pemangku kepentingan dalam mengembangkan agroindustri halal.

8.4.10. Infrastruktur Logistik

Pengembangan agroindustri halal tidak terlepas dari kemampuan pemerintahan suatu negara dalam menyediakan infrastruktur logistik yang baik dan mampu memjamin ke-halalan produk selama produk tersebut mengalami proses perubahan bentuk, fungsi dan perpindahan lokasi. Penilaian atas kekuatan faktor ekstrinsik kelembagaan infrastruktur logistik meliputi beberapa kriteria yang harus dipenuhi yakni, kondisi dan jaringan jalan, ketersediaan pelabuhan yang halal compatible dan berstandar internasional serta ada tidaknya insentif pajak pagi para pelaku industri halal. Dari kriteria tersebut, skor infrastruktur logistik terbaik diraih oleh Singapura dengan skor 4,83. Singapura telah siap dengan infrastruktur yang memenuhi syarat halal dengan dukungan pelayanan logistik yang terbaik di dunia World Competitiveness Index, 2010. Dilain pihak, Malaysia yang memiliki skor yang sama dengan Singapura, namun lebih unggul dalam penyediaan infrastruktur yang benar-benar didedikasikan bagi industri halal. Hal