Jejaring Kelembagaan Analisis Kondisi Faktor-Faktor Ekstrinsik Kelembagaan Di Setiap Negara

yang sama juga dilakukan oleh Thailand, industri halal Thailand difokuskan di daerah selatan dengan perolehan skor untuk kematangan faktor logistik sebesar 2,50. Nilai terendah di didapatkan oleh Indonesia dengan skor 1,33, dan Filipina dengan skor 1,17. Skor tersebut menunjukan bahwa infrastruktur yang dimiliki termasuk ke dalam kondisi yang sangat kurang dan perlu segera dibenahi.

8.4.11. Sistem Sertifikasi Halal

Sistem sertifikasi halal menjadi salah satu faktor penting yang dipertimbangkan sebagai penopang kekuatan agroindustri halal di suatu negara. Kriteria-kriteria pemenuhannya meliputi tingkat penerimaan standar sertifikasi di tingkat internasional dan domestik, pengakuan sertifikasi di tingkat internasional serta penerimaan industri dalam dan luar negeri. Hasil penilaian berdasarkan faktor ekstrinsik kelembagaan sistem jaminan halal, Indonesia memiliki skor 4,83. Skor tersebut menunjukkan bahwa Indonesia memiliki kekuatan yang sangat baik dalam sistem sertifikasi halal, hal tersebut dikarenakan banyaknya lembaga-lembaga dan negara internasional yang menerima dan mengacu pada sistem sertifikasi yang diterapkan. Setidaknya terdapat 41 lembaga sertifikasi halal dunia merujuk kepada Sistem Jaminan halal SJH LPPOM-MUI. Lembaga-lembaga tersebut antara lain berasal dari negara- negara ASEAN, Kanada, Inggris, Belanda, Belgia, Turki, Jepang dan Amerika Serikat LPPOM-MUI, 2010. Sistem sertifikasi halal Indonesia adalah sistem yang terbaik dibandingkan dengan enam negara lain di ASEAN lainnya. Thailand mendapatkan posisi ke dua dengan skor 4,33 sedangkan Malaysia, Brunei Darussalam memiliki sistem sertifikasi yang cukup baik dengan skor 3,83 dan 3,0. Di lain pihak, Singapura dan Filipina menjadi negara yang sistem sertifikasinya kurang baik dengan skor 2,67 dan 1,17.

8.4.12. Kekuatan Pelaku Bisnis Agrondustri Halal

Faktor ekstrinsik kelembagaan kekuatan pelaku bisnis agroindustri halal dinilai berdasarkan pemenuhan kriteria jumlah pelaku industri halal baik industri besar ataupun industri menengah serta kriteria adanya komitmen pemerintah dalam menciptakan industri-industri halal baru Hasil penilaian faktor ekstrinsik kelembagaan kekuatan pelaku industri halal, Indonesia memiliki skor 3,00 yang berarti cukup baik. Posisi Indonesia berada di bawah Thailand dan Malaysia yang mendapatkan skor 4,83 dan 4,67, Brunei Darussalam 2,50, Singapura 2,00 dan Filipina 1,33. Jika dibandingkan dengan negara lain seperti Thailand dan Malaysia, untuk membangun kekuatan bisnis agroindustri halal dalam jangka panjang, kebijakan yang dilakukan adalah dengan menciptakan dan menyiapkan para pelaku usaha kelas menengah untuk menjadi pemain besar dengan tingkat daya saing yang tinggi. Program tersebut lebih dikenal dengah program Halal Champions .

8.5. Analisis Kekeuatan Faktor- Faktor Ekstrinsik Kelembagaan Di Setiap Negara

Malaysia menjadi negara yang memiliki skor 4,54 atas kondisi faktor- faktor ekstrinsik kelembagaan agroindustri halalnya. Dengan skor tersebut menempatkan Malaysia dalam kategori yang sangat baik bersama dengan Thailad dengan skor 4,25, sedangkan Brunei Darussalam memiliki konsisi yang baik bersama dengan Singapura dengan perolehan skor 3,43 dan 3,11. Indonesia memiliki skor 2,73 dengan kondisi faktor ektrinsik yang kurang baik mendukung pengembangan agroindustri halal. Posisi paling akhir adalah Filipina yang mendapatkan skor 1,79 yang merupakan pendatang baru dalam bisnis halal ASEAN. Hasil total yang didapatkan dari penilaian terhadap penguasaan faktor- faktor ektrinsik kelembagaan ditampilkan pada Gambar 52 berikut. Gambar 52. Skor Akhir Faktor Ekstrinsik Kelembagaan 4,54 4,25 3,43 3,11 2,73 1,79 Malaysia Thailand Brunei Darussalam Singapura Indonesia Filipina