Cara Penyajian Analisis Kondisi Faktor-Faktor Intrinsik Produk Di Setiap Negara

7.2.8. Level of Trust

Level of Trust dapat juga diselaraskan dengan pandangan kacamata konsumen muslim yang diungkapkan oelh Wilson 2011 sebagai tingkatan resiko dalam mengambil keputusan dalam memilih suatu produk. Keputusan tersebut dapat menajdi sebuah keputusan beresiko rendah ataupun tinggi. Dalam pemilihan produk perlu mengkolaborasikan berbagai pertimbangan rasional dan emosional dengan dasar perintah agama. Konsumen muslim dalam melakukan pengambilan keputusan pemilihan atas produk yang akan dikonsumsinya, memerlukan tingkat keyakinan yang tinggi atas kehalalan produk yang dipilihnya agar memiliki resiko yang rendah. Keyakinan akan kehalalan produk harus selaras dengan paradigma halal yang menuntut suatu produk halal dapat dibuktikan secara kontekstual sehingga menghasilkan pemikiran logis, perasaan aman hingga bukti tertulis yang dapat dipertanggungjawabkan. Gambar 41 berikut mengilustrasikan keputusan dalam pemilihan produk halal akan semakin rendah resikonya jika kegiatan pengambilan keputusan tersebut dapat dibuktikan dalam suatu paradigma halal, dan akan semakin tinggi resikonya jika kehalalan produk tidak dapat dibuktikan secara kontekstual Wilson, 2011. Halal Perintah Allah SWT Rasional Emosional Kepercayaan Bukti Kontekstual Pemikiran Perasaan Bukti Tertulis Paradigma Halal Peleburan antara emosi dan pemikiran Kebiasaan Berpikir-Perasaan- Tindakan Perasaan-Berpikir- Tindakan Keputusan Beresiko Tinggi Keputusan Beresiko Rendah Haram Kacamata Budaya Konsumen Muslim Gambar 41. Proses Pengambilan Keputusan Muslim Wilson, 2011 Level of Trust merupakan faktor instrinsik terhadap ke-halalan produk yang berasal dari suatu negara. Tingkat kepercayaan tersebut identik dengan seberapa besar muslim menjadi penduduk mayoritasnya, pelaksanaan standar sertifikasi halal, kepercayaan terhadap label halal serta kelengkapan informasi produk yang tercantum pada produk negara yang bersangkutan. Tingkat kepercayaan atau level of trust tertinggi diraih oleh Brunei Darussalam dengan skor 4,53 dan Malaysia dengan skor 4,47. Dengan skor tersebut menggambarkan bahwa konsumen sangat yakin jika produk tersebut diproduksi Brunei Darussalam dan Malaysia akan terjamin ke-halalannya. Pencapaian Indonesia sebagai negara terbesar populasi Muslimnya memperoleh skor 3,59 yang dikategorikan sebagi negara yang dipercayai tingkat ke-halalannya dengan baik. Untuk negara-negara dengan penduduk mayoritas non-muslim rata- rata mendapatkan tingkat kepercayaan yang rendah seperti Thailand 2,94, Singapura 2,71 dan Filipina 2,53. Untuk menyiasati rendahnya tingkat kepercayaan, beberapa negara mengambil strategi dengan meningkatkan promosi mengenai ke-halalan produknya, membangun pencitraan negara dan produk-produknya, penciptaan merek dagang, pencantuman label halal dan informasi produk yang lengkap sesuai dengan standar Internasional. Sebagai contoh, upaya tersebut dilakukan oleh Thailand yang produk-produknya banyak diragukan ke-halalan-nya karena Thailand berlatarbelakang penduduk dan pemerintahan non-muslim. Strategi tersebut berhasil dilakukan Thailand yang ditunjukkan dengan pencapaian tingkat kekuatan agroindustri halal-nya yang baik dibandingkan negara-negara ASEAN lainnya seperti dijelaskan dalam sub bab analisis kekuatan faktor-faktor intrinsik produk di setiap negara berikut.

7.3. Analisis Kekuatan Faktor- Faktor Intrinsik Produk Di Setiap Negara

Setelah dilakukan pembobotan kepentingan, penilaian terhadap faktor- faktor intrinsik dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan nilai kekuatan masing-masing negara yang kemudian didapatkan perbandingan agroindustri halal yang ada di enam negara ASEAN. Peringkat daya saing negara berdasar faktor intrinsik agroindustri halal diperlihatkan pada Gambar 42 berikut.