175
Tabel 15 Informasi untuk analisis expert
No EXPERT
FUNGSI 1
2 3
4 5
6 7
8 9
10 11
12 13
14
15
Kementerian Luar Negeri, Kementerian Dalam Negeri
Kementerian Kelautan dan Perikanan Kementerian Pekerjaan Umum,
TNI AL, DPR RI,
DPRD SULUT, Pemerintah RI,
Pemerintah Filipina, Pemerintah Provinsi SULUT,
Pemerintah Kabupaten Kepulauan Sangihe, Pemerintah Kabupaten Kepulauan Talaud,
Akademisi, Investor,
Tokoh MasyarakatAdat Penyelesaian Perbatasan
Pengelolaan Wilayah Pesisir Daerah Pengelolaan Wilayah Pesisir PPK
Pembangunan Infrastruktur Pertahanan Keamanan Negara
Penetapan Kebijakan Nasional Penetapan Kebijakan Daerah
Peran Internasional di PBB Peran Internasional di PBB
Pelaksanaan tugas pembantuan Pelaksanaan tugas pembantuan
Pelaksanaan tugas pembantuan Kajian Akademik
Pengembangan Investasi Informasi Sejarah dan Adat Istiadat
5.28 Penilaian Kriteria
Faktorcriteria diolah dengan menggunakan software AHP Expert Choice 2000, penilaian dilakukan dengan membandingkan langsung more important,
preferred or likely, beberapa penilaian akan objektif, warna hitam dalam table matrik menunjukan angka masuk dan warna merah menunjukan 1 dibagi dengan
angka masukan. angka masukan di dapat dari transformasi kuesioner dari para expert.
Susunan hirarki penetapan strategi merupakan penggambaran dari analisis AHP yang mengaitkan sasaran, faktor, dan alternatif strategi. Hirarki analisis
AHP rancangbangun hukum dalam rangka peningkatan pengelolaan pulau-pulau kecil terluar di Sulawesi Utara dapat dilihat pada Gambar 18
Hasil analisis AHP dijelaskan lebih lanjut berikut ini : 1 Prioritas elemen faktor
Faktor yang mempengaruhi dalam pembuatan rancangbangun hukum peningkatan pengelolaan pulau-pulau kecil terluar terdiri 5 faktor. Hasil
176
analisis faktor dalam AHP dari beberapa pendapat pakar dengan bantuan pengolah data expert choice 2000 dapat dilihat pada Tabel 16 dan hasil
prioritas analisis faktor tersebut dapat dilihat pada Gambar 20 Tabel 16 Hasil analisis faktor AHP
Dari kriteriafaktor-faktor penunjang, setelah di masukan dalam suatu program computer maka dapat di lihat melalui Tabel 17. Faktor hukum memiliki
nilai yang lebih tinggi 0.289 dibandingkan dengan ke-3 faktor lain sumber daya alam 0.255, kelembagaan 0.231, pendanaan 0.144 dan sosial ekonomi
0.081. dengan angka rasio inkonsistensi dari para expert adalah 0.08, rasio ini dianggap masih dalam batas toleransi karena angka inkonsistensi harus dibawah
angka 0.1. Tabel 17 Prioritas elemen faktor
No FAKTOR
BOBOT PRIORITAS
1 Hukum
0.289 1
2 Sumber Daya Alam
0.255 2
3 Kelembagaan
0.231 3
4 Pendanaan
0.144 4
5 Sosial Ekonomi
0.081 5
Berdasarkan Tabel 17 faktor yang menduduki prioritas pertama yang mempengaruhi pembuatan rancangbangun hukum adalah faktor hukum dengan
Gambar 21 Hasil analisis faktor
177
bobot 0.289. Bobot ini menunjukkan bahwa faktor hukum memiliki peranan yang sangat besar dalam pembuatan rancangbangun hukum pengelolaan pulau-pulau
kecil terluar di Sulawesi Utara. Hal ini disebabkan oleh masih banyaknya permasalahan hukum dalam pengelolaan pulau-pulau kecil terluar, baik dari sisi
eksternal ataupun internal dalam negeri. Dari sisi ekternal, permasalahan hukum yang terkait dengan negara tetangga adalah belum adanya penetapan batas negara
antara Indonesia dengan Filipina khususnya untuk pemanfaatan potensi pulau- pulau kecil terluar.
Permasalahan hukum dari sisi internal dalam negeri adalah masih kurangnya dukungan perangkat hukum dan peraturan dalam penyelenggaraan
pengelolaan pulau-pulau kecil terluar provinsi Sulawesi Utara. Aspek Hukum menjadi titik tolak dari keseluruhan faktor pembuatan rancangbangun hukum
pengelolaan pulau-pulau kecil terluar Provinsi Sulawesi Utara baik aspek sumber daya alam, kelembagaan, pendanaan dan sosial ekonomi. Penegakan hukum
merupakan salah satu pilar utama untuk menegakkan kedudukan dan kewenangan kelembagaan. Penegakan hukum yang efektif juga akan menjamin sistem dan
mekanisme hubungan kelembagaan yang efektif. 2 Prioritas elemen strategi
Alternatif strategi perumusan rancangbangun hukum pulau-pulau kecil terluar dalam rangka peningkatan pengelolaan pulau-pulau kecil terluar di Sulawesi
Utara terdiri dari 5, yaitu [1]rancangbangun hukum menurut pemerintah, [2]rancangbangun hukum menurut akademisi, [3]rancangbangun hukum
menurut strategi perwilayahan, [4]rancangbangun hukum menurut penataan batas wilayah negara, dan [5]rancangbangun hukum menurut budaya lokal.
Kelima strategi tersebut dianalisis dan hasil analisis strategi dalam AHP dari beberapa pendapat pakar dengan bantuan pengolah data expert choice dapat
dilihat pada Tabel 15 dan hasil prioritas elemen alternatif strategi tersebut
dapat dilihat pada Tabel 18 dan analisis alternatif strategi pada Gambar 22
178
Tabel 18 Prioritas elemen alternatif strategi
Gambar 22 Hasil analisis alternatif strategi Berdasarkan Tabel 18 strategi prioritas yang harus pertama kali dilakukan
adalah pembuatan rancangbangun hukum menurut penataan batas wilayah negara. Implementasi rancangbangun hukum tersebut adalah dengan cara penetapan batas
wilayah yang disepakati Indonesia dan Filipina serta peningkatan kerjasama bilateral dan internasional. Penetapan batas wilayah ini menjadi prioritas pertama
karena penetapan batas laut negara di daerah perbatasan akan menjamin kepastian hukum untuk pengelolaan pulau-pulau kecil terluar di Sulawesi Utara.
Pengelolaan pulau-pulau kecil terluar di bidang sumber daya alam, sosial ekonomi, pendanaan, hukum dan kelembagaan akan lebih efektif jika penetapan
batas negara jelas dan diakui oleh negara tetangga. Oleh karena itu batas laut zona ekonomi eksklusif negara antara Indonesia dan Filipina segera diselesaikan
melalui pertemuan dan pembahasan internasional bilateral maupun multilateral dan mendapat pengakuan masyarakat internasional terhadap batas pengelolaan
negara di wilayah laut, demi kepentingan pengelolaan negara pantai di wilayah pesisir dan laut, keberlanjutan sumber daya, kesejahteraan sosial ekonomi
No STRATEGI RANCANGBANGUN
BOBOT PRIORITAS
1 Rancangbangun
Hukum Menurut Penataan Batas
Wilayah Negara 0.226
1 2
Rancangbangun Hukum Menurut Pemerintah 0.222
2 3
Rancangbangun Hukum Menurut Strategi Perwilayahan 0.211
3 4
Rancangbangun Hukum Menurut Akademisi 0.180
4 5
Rancangbangun Hukum Menurut Budaya Lokal 0.161
5
179
masyarakat, keamanan pangan di laut, keamanan dan pertahanan, serta kesatuan wilayah negara Republik Indonesia.
Kedua negara sepakat membahas permasalahan perbatasan negara dalam forum bilateral, yaitu Joint Border Committee JBC RI-Filipina. Indonesia
diketuai oleh Pangdam VII Wirabuana dan Filipina diketuai oleh Philippines South Commander. Forum ini melakukan pertemuan setiap tahun guna membahas
dan menyelesaikan masalah-masalah yang timbul di perbatasan kedua negara. Selain isu koordinasi dalam pengembangan kawasan perbatasan,
komitmen dan kebijakan Pemerintah untuk memberikan prioritas lebih tinggi dalam pembangunan wilayah perbatasan telah mengalami reorientasi yaitu dari
orientasi keamanan security approach menjadi orientasi pembangunan prosperity development approach. Reorientasi ini, pada kasus kawasan
perbatasan di Provinsi Sulawesi Utara, dilakukan dengan mempertimbangkan beberapa hal berikut: Pendekatan keamanan security approach yang diterapkan
Mabes ABRI di dalam penanganan KK Sosek Malindo, walaupun berbeda namun diharapkan dapat saling menunjang dengan pendekatan pembangunan prosperity
development approach. Terkait dengan beberapa upaya yang telah disepakati di dalam pengembangan kawasan perbatasan antar negara, diperlukan pertimbangan
terhadap upaya percepatan pengembangan kawasan perbataan tersebut melalui penanganan yang bersifat lintas sektor dan lintas pendanaan.
180
Gambar 23 RBH
Rancangbangun Hukum dalam rangka peningkatan pengelolaan pulau-pulau
Sas
Fa
Rancang bangun
Hukum Ranca
ngban gun
Rancan gbangu
n Rancangba
ngun Hukum
Rancan gbangu
n
Alter
Sumber Daya
Penda naan
Sosial Ekonomi
Hukum Kelem
bagaa - Perika
nan - Pendidi
kan - Transp
- APB N
- Nasi onal
- Nasi onal
181
5.29 Skenario Strategi Peningkatan Pengelolaan Pulau-Pulau Kecil Terluar