170
5.22.1 Strategi penetapan batas wilayah
Strategi ini berusaha untuk meningkatkan nilai posisi geografis sebagai kekuatan internal yang dimiliki oleh pulau tersebut dengan cara mengatasi
ancaman berupa belum adanya batas laut yang disepakati bersama dan masih lemahnya respon pengawasan perbatasan laut antar negara. Strategi ini juga ada di
dalam strategi SO, namun dilihat dari faktor yang berbeda.
5.22.2 Penetapan batas yang disepakati Indonesia dan Filipina
Penetapan batas merupakan sebuah kepastian hukum yang dapat menunjang berbagai kegiatan yang terkait dengan kewenangan pengelolaan pulau
pulau kecil terluar di bidang sumber daya alam, sosial ekonomi, hukum dan kelembagaan seperti perikanan, pariwisata, pelayaran, pertambangan, serta
peraturan yang mengawasi kegiatan di bidang tersebut agar tidak terjadi kesalahan wewenang dan tindakan illegal yang menyebabkan kerugian negara.
5.23 Strategi Kelemahan
– Peluang: Weakness – Opportunities W-O
Strategi W-O dalam konteks peningkatan pengelolaan pulau-pulau kecil terluar terbagi menjadi dua definisi, yang pertama adalah strategi W-O untuk
mengatasi kelemahan yang dimiliki, dengan memanfaatkan berbagai peluang yang ada, yang kedua adalah strategi W-O untuk memanfaatkan peluang dengan
cara mengatasi kelemahan-kelamahan yang dimiliki.
5.23.1 Pembangunan sistem dan sinergi kelembagaan pengelolaan pulau-
pulau kecil terluar.
Meskipun sebelumnya sudah terdapat lembaga-lembaga yang mempunyai kewenangan pengelolaan seperti Dewan maritim nasional, Ditjen Pesisir dan
Pulau-Pulau Kecil serta DKP, namun lembaga ini belum mampu mengakomodir permasalahan di pulau tersebut dan masih banyak lembaga-lembaga lainnya yang
memiliki wewenang tumpang tindih dan kurang berfungsi dengan sinkronasi yang baik. Akibatnya sulit melakukan koordinasi dalam pelaksanaan di lapangan.
Dengan adanya komitmen yang kuat dari pemerintah maka pemerintah mengeluarkan kebijakan membentuk kelembagaan baru dalam pengelolaan pulau-
pulau kecil terluar. Berdasarkan Peraturan Presiden No 78 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Pulau-Pulau Kecil Terluar, disebutkan bahwa dalam pengelolaan
171
perlu kelembagaan yang merupakan wadah koordinasi non struktural yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Presiden. Kelembagaan pengelolaan
pulau-pulau kecil terluar dilaksanakan oleh tim koordinasi yang telah dibentuk yang terdiri dari ketua Menteri Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan
Menkopolhukam dan wakil ketua I merangkap Anggota Menteri Perikanan dan Kelautan dan Wakil Ketua II merangkap Anggota Menteri Dalam Negeri,
sedangkan Sekretaris adalah Sekretaris Menteri Koordinator Bidang Polhukam. Keanggotaan kelembagaan terdiri dari TNI, kepolisian, badan intelijen dan
kementerian yang lain. Dengan adanya kelembagaan baru ini, diharapkan lembaga tersebut
mampu menjalankan wewenangnya sesuai dengan fungsinya dan mampu bersinergi dalam sistem pengelolaan pulau-pulau kecil terluar yang terintegrasi
sehingga terwujud pengelolaan yang efektif dan efisien.
5.23.2 Pembangunan sarana dan prasarana wilayah
Strategi yang bertujuan untuk mengatasi kelemahan berupa keterpencilan pulau-pulau kecil terluar, terbatasnya prasarana ekonomi dan sosial untuk meraih
peluang pertumbuhan investasi, otoritas wilayah dan peningkatan taraf hidup masyarakat terutama pada aspek sosial dan ekonomi.
Upaya untuk mengatasi kelemahan tersebut adalah dengan pembangunan sarana dan prasarana wilayah baik dari aspek ekonomi dan sosial. Pada aspek
ekonomi perlu dilakukan pengembangan infrastruktur transportasi dari pulau ke pulau secara kontinyu, pembangunan sarana pelabuhan guna mendukung aliran
barang dan jasa, pengembangan sarana listrik dan air bersih, penyediaan fasilitas komunikasi, pengembangan infrastruktur ekonomi seperti pasar sebagai pusat
Peraturan Daerahgangan serta pengembangan lembaga perbankan atau keuangan lainnya yang menjadi sarana kelancaran pelaku ekonomi untuk melaksanakan
usahanya. Pada aspek sosial perlu dilakukan peningkatan kualitas SDM dengan
pengembangan pendidikan formal dan informal serta pembinaan dalam kegiatan perekonomian dan sosial sehingga SDM memiliki informasi dan wawasan yang
memadai untuk peningkatan taraf hidupnya.
172
5.23.3 Peningkatan kekuatan sistem pendanaan W5, O1