32
budaya. Selanjutnya budaya yang memiliki keterkaitan secara langsung dengan adaptasi manusia terhadap lingkungan adalah aspek-aspek budaya yang berupa
sistem teknologi mata pencaharian dan pola pemukiman, yang keduanya disebut sebagai cultural core. Oleh karenanya karakteristik inipun menjadi spesifik pada
tempat atau lokasi yang berbeda; sehingga penanganan sistem sosial bagi pengembangan pulau-pulau kecil pun akan memiliki strategi yang berbeda pada
setiap saat.
2.9 Dimensi Sosial Ekonomi Pulau-Pulau Kecil
Sebagian besar pulau-pulau kecil di Indonesia merupakan pulau yang tidak berpenghuni. Namun demikian tidak berarti bahwa pulau-pulau tersebut tidak
memiliki fungsi sosial dan ekonomi bagi masyrakat pesisir dan pemangku kepentingan stakeholders. Pada dasarnya pulau-pulau yang menempati ruang
atau berada pada posisi tertentu, walaupun tidak berpenghuni, namun memiliki nilai strategis baik secara sosial maupun ekonomi; misalnya pulau-pulau yang
memiliki kandungan sumberdaya alam yang berharga, terlebih pulau-pulau yang berdekatan dengan pusat pertumbuhan ekonomi baik dalam skala lokal, regional,
nasional maupun internasional. Beragam ekosistem dan sumberdaya alam kelautan produktif di kawasan
pulau-pulau kecil, menjadikan pulau-pulau kecil sebagai kawasan yang sangat potensial bagi perkembangan sosial-ekonomi kelautan Dahuri 2003.
2.10 Aspek Yuridis Pemanfaatan Pulau-Pulau Kecil Perbatasan Negara
Menurut Djalal 1979, Indonesia memiliki kedaulatan terhadap pemanfaatan potensi pulau-pulau kecil perbatasan mengacu pada berbagai
ketentuan hukum internasional yang berlaku. Ketentuan awal mengacu pada ordonansi laut teritorial dan lingkungan maritime, yang diumumkan oleh
pemerintah kolonial Belanda pada tahun 1939. Berdasarkan ketentuan tersebut, batas laut teritorial Indonesia adalah 3 mil laut, sedangkan perairan laut diantara
pulau-pulau di dalam negara Indonesia merupakan laut bebas yang dapat digunakan oleh berbagai negara.
Setelah posisi Indonesia dalam dunia Internasional semakin mantap, maka Indonesia secara sepihak mengeluarkan deklarasi Djuanda pada tanggal
33
13 Desember 1957 dan menetapkan batas perairan laut teritorial Indonesia adalah 12 laut. Deklarasi Juanda ini, secara ekplisit menunjukkan pada dunia
bahwa Indonesia adalah negara kepulauan. Perairan laut yang ada diantara pulau-pulau Indonesia merupakan laut nusantara Mare Nostrum. Wilayah
ini merupakan wilayah kedaulatan mutlak bagi negara kesatuan Republik Indonesia yang dikenal sebagai archipelagic state. Batas terluar
archipelagic state ditetapkan dari base line pulau terluar Indonesia 12 mil ke arah laut. Konsep archipelagic state menurut Djalal 1979 bahwa
Indonesia bukan berarti mengambil wilayah perairan Internasional tetapi merupakan pemulihan hak yang sekian lama telah diambil oleh pemerintah
kolonial dari bangsa Indonesia. Perjuangan Indonesia tentang prinsip archipelagic state akhirnya
diakui secara Internasional melalui keputusan Perserikatan Ban gsa Bangsa pada tahun 1982, dalam bentuk konvensi hukum laut yang disebut United
Nation Convention on the Law of the Sea UNCLOS yang berlaku mutlak pada tahun 1994.
Dengan berlakunya UNCLOS 1982, posisi Indonesia terhadap wilayah laut sangat diuntungkan dan rezim wilayah laut Indonesia menjadi semakin
luas. Menurut Djalal 2000 dan Rais 2003, rezim itu mencakup: 1 Perairan pedalaman.
Perairan pedalaman adalah perairan yang ditutup oleh garis dasar penutup teluk, muara dan yang menutup lekukan selebar masksimal 24
mil. Wilayah ini merupakan bagian dari laut yang berada kearah daratan. 2 Perairan kepulauan
Wilayah ini merupakan perairan yang ada dalam wilayah kepulauan. Perairan ini lazim disebut perairan nusantara. Dengan demikian perairan
kepulauan merupakan kesatuan wilayah kedaulatan negara berikut ruang udara, dan tanah yang terdapat di dalamnya.
3 Laut teritorial Wilayah ini merupakan bagian laut selebar 12 mil laut diukur dari garis
dasar kepulauan ke arah laut. Garis dasar kepulauan itu sendiri merupakan titik terluar dari pulau-pulau terluar. Pulau terluar itu termasuk pulau atol.
34
Batasan ini menunjukkan pulau-pulau kecil perbatasan mempunyai arti penting sekurang-kurangnya sebagai titik dasar penetapan batas wilayah
kita. Pada wilayah ini Indonesia memiliki kedaulatan penuh atas wilayah laut teritorial, ruang udara, dasar laut dan tanah di bawahnya. Disamping
itu, Indonesia juga berwenang membuat peraturan mengenai lintas laut yang berkaitan dengan pelayaran.
4 Zona tambahan zona berdekatan. Wilayah ini meliputi laut teritorial ditambah dengan perairan 12 mil ke arah
laut. Dalam zona tambahan ini Indonesia mempunyai wewenang tertentu seperti pencegahan pelanggaran imigrasi, bea cukai, karantina, serta
menindak pelaku pelanggaran sesuai dengan peraturan. 5 Zona Ekonomi Eksklusif ZEE
Zona ini adalah bagian laut sejauh 200 mil laut diukur dari garis dasar laut teritorial. Zona ini bukanlah wilayah kedaulatan dari suatu negara, tetapi
dengan konvensi UNCLOS negara pantai yang memiliki ZEE mempunyai: 1
Hak berdaulat sovereign right untuk tujuan eksplorasi, eksploitasi, konservasi dan pengelolaan sumberdaya hayati dan non hayati dari
perairan diatas dasar laut. 2
Kewenangan untuk membangun pulau-pulau buatan dan instalasi di laut, serta memberi izin atau riset ilmiah kelautan, serta perlindungan
lingkungan laut 6 Landas kontinen
Wilayah ini mencakup dasar laut dan tanah di bawah dasar laut di luar laut teritorial dan merupakan kelanjutan dari wilayah daratan sampai tepi luar
dari batas kontinen. Berdasarkan batasan ini negara pantai dapat menetapkan dua kriteria landas kontinen. Pertama, wilayah yang lebarnya
dari zona landas kontinen dibatasi sampai jarak 200 mil laut dari garis dasar batas teritorial diukur. Kedua, tepi luar dari landas kontinen melebihi 200
mil dari garis dasar laut teritorial diukur, sehingga negara pantai dapat menetapkan batas melebihi 200 mil laut tetapi tidak boleh melebihi 350 mil
laut atau tidak melebihi 100 mil laut dari garis kedalaman 2500 meter.
35
Berdasarkan butir 1 sampai 6, maka Indonesia mempunyai hak terhadap pulau-pulau kecil perbatasan negara yang ada pada keenam wilayah perairan
tersebut. Menurut Djalal 2000 terdapat masalah yuridis batas laut Indonesia dengan negara tetangga. Masalah tersebut menyangkut perairan Indonesia saat
ini, yaitu ketidakpastian tentang garis terluar, khususnya yang terkait dengan titik-titik dasar dan batas terluar mulai perairan kepulauan Indonesia yang
tercantum dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1996 Tentang Perairan Indonesia dan Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 2008 Tentang Daftar
Koordinat Geografis Titik-Titik Garis Pangkal Kepulauan Indonesia.
2.11 Penanganan Pulau-Pulau Kecil Perbatasan Negara