Faktor internal Analisis Hierahi Proses Rancangbangun Hukum Pengelolaan Pulau-

155 ancaman karena ketidakjelasan batas-batas wilayah suatu negara akan menimbulkan sengketa dengan negara tetangga dalam memberlakukan wewenang pengelolaan kekayaan sumber daya. 2 Masih lemahnya respon pengawasan perbatasan laut antar negara. Respon pengawasan yang lemah akibat lemahnya perangkat hukum dan perangkat kelembagaan merupakan ancaman untuk pengelolaan pulau-pulau kecil terluar yang menyebabkan berkembangnya kegiatan illegal dan eksploitasi di kawasan perbatasan. Kegiatan illegal di daerah perbatasan sudah berlangsung sejak dulu hingga sekarang seperti illegal fishing, illegal logging, illegal trading, dan penyelundupan. Tindakan ini merupakan ancaman karena akan menghambat pengelolaan pulau-pulau kecil terluar. 3 Adanya konflik kepentingan antar stakeholer dalam pengelolaan pulau-pulau kecil terluar. Stakeholder baik dari lembaga pemerintah pusat, daerah, instansi swasta, dan masyarakat memiliki kebutuhan dan pandangan berbeda terhadap pengelolaan pulau-pulau kecil terluar. Kepentingan ini bisa menjadi sebuah konflik yang menghambat peningkatan pengelolaan pulau-pulau kecil terluar di Provinsi Sulawesi Utara.

5.17.2 Faktor internal

Faktor internal dibagi ke dalam dua kelompok, yaitu kekuatan dan kelemahan. Kekuatan dalam hal ini adalah existing condition dari segi internal yang dapat dimanfaatkan untuk peningkatan pengelolaan pulau-pulau kecil terluar di provinsi Sulawesi Utara, sedangkan kelemahan adalah existing condition dari segi internal yang harus diantisipasi agar tujuan peningkatan pengelolaan pulau- pulau kecil terluar tercapai.

5.17.2.1 Kekuatan dalam peningkatan pengelolaan pulau-pulau kecil terluar

1 Sumber daya alam dan jasa lingkungan kelautan yang besar. Pulau-pulau kecil memiliki potensi sumber daya alam yang cukup besar terutama sumber daya kelautan yaitu berbagai jenis ikan, terumbu karang, lamun dan mangrove, sedangkan jasa lingkungan pulau kecil yang sangat prospektif adalah kegiatan pariwisata bahari. Keberadaan potensi ini menjadi 156 strategis sebagai wujud pemanfaatan sumber daya alam dan jasa-jasa kelautan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dalam rangka peningkatan pengelolaan pulau-pulau kecil terluar di Provinsi Sulawesi Utara. 2 Posisi geografis yang cukup strategis. Pulau-pulau kecil memiliki posisi geografis yang cukup strategis karena berada di daerah perbatasan. Posisi strategis ini berpotensi dijadikan kawasan pengembangan pelabuhan yaitu sebagai pintu masuk dan keluar bagi Peraturan Daerahgangan barang dan jasa dari negara-negara tetangga. Posisi yang strategis ini juga berpotensi sebagai basis pertahanan dan keamanan negara. Potensi ini memegang peranan penting dalam rangka pembangunan pulau-pulau kecil terluar di provinsi Sulawesi Utara. 3 Adanya program dari pemerintah daerah untuk pembangunan pulau-pulau kecil terluar. Program pembangunan pulau-pulau kecil terluar di Provinsi Sulawesi Utara sesuai dengan Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah RJMD tahun 2005-2010. Adanya program ini yang disertai dukungan anggaran dari APBD merupakan bagian dari faktor kekuatan dalam meningkatkan pengelolaan sumber daya pesisir, laut dan pulau-pulau kecil.

5.17.2.2 Kelemahan dalam peningkatan pengelolaan pulau-pulau kecil

Terluar 1 Keterpencilan pulau-pulau kecil terluar. Wilayah pulau-pulau terluar di Provinsi Sulawesi Utara yaitu Kabupaten Kepulauan Sangihe dan Kabupaten Kepulauan Talaud merupakan wilayah terpencil yang menyebabkan kendali pengawasan pemerintah menjadi sulit untuk dilaksanakan sehingga menimbulkan potensi kerawanan sosial, budaya, politik, hukum, dan pertahanan keamanan. 2 Terbatasnya sarana dan prasarana perekonomian. Wilayah pulau-pulau kecil terluar memiliki keterbatasan sarana dan prasarana perekonomian seperti jalan raya, pelabuhan, pasar, penerangan listrik, lembaga perbankan, sehingga berakibat pada kesejahteraan dan pendapatan 157 masyarakat yang rendah. Terbatasnya sarana dan prasarana ini merupakan penghambat dalam pengelolaan wilayah pulau-pulau terluar. 3 Terbatasnya sarana prasarana sosial. Keterbatasan sarana dan prasarana sosial seperti kurangnya fasilitas pendidikan, tidak tersedianya informasi dan komunikasi serta fasilitas kesehatan mengakibatkan kualitas sumber daya manusia yang masih rendah. Rendahnya kualitas SDM, berpengaruh terhadap pengelolaan wilayah pulau- pulau terluar. 4 Lemahnya koordinasi antar lembaga. Koordinasi antar lembaga dalam mengelola wilayah pulau-pulau terluar masih lemah dan tidak jelas karena masing-masing lembaga menjalanlan perannya sendiri-sendiri bukan berdasar kebijakan bersama. Kelemahan ini menyebabkan kurangnya integrasi perencanaan pengelolaan wilayah pulau- pulau kecil 5 Kontrol Pendanaan yang lemah. Pendanaan yang tercakup dalam APBN, APBD, atau loangrant dari pemerintah ataupun lembaga donor untuk pelaksanaan program-program pengelolaan wilayah pulau-pulau kecil belum memiliki pengontrolan yang cukup baik sehingga diperlukan penegakan akuntabilitas publik dari pelaksanaan program-program tersebut. 6 Batas Maritim yang belum selesai. Penetapan batas-batas maritim yang belum selesai masih diupayakan percepatannya melalui kebijakan border diplomacy dan peningkatan hubungan bilateral. Penegasan batas-batas pasti di lapangan dan di atas peta belum dilaksanakan sehingga tidak diketahui oleh seluruh warga negara Indonesia dan pembinaan batas dan wilayah perbatasan kurang tersentuh pembangunan wilayah sehingga terjadi kesenjangan pembangunan di perbatasan dari berbagai sektor. 7 Belum tersosialisasinya Hukum Laut kepada masyarakat luas termasuk pada pejabat eksekutif dan legislatif, serta implikasinya secara komprehensif. Belum meningkatnya pengetahuan dan pemahaman aspek teknis dari hukum laut 1982 dalam meningkatkan serta memperkuat posisi Indonesia dalam 158 berbagai perundingan perbatasan dan batas-batas maritim dengan negara tetangga yang didukung oleh kekuatan-kekuatan para ahli hukum laut. 8 Belum terencananya perencanaan nasional terpadu yang mengintegrasikan kebijakan yang berbasis kelautan dengan juridiksi maritim dalam suatu sistem Marine Space Database yang berwawasan Nusantara, merupakan perspektif sosial politik dan pertahanan keamanan yang memancarkan keutuhan dan kewibawaan negara-bangsa Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia. 9 Belum adanya UU yang mengatur secara khusus mengenai pulau perbatasan negara. Karakteristik pulau-pulau kecil yang unik, tingkat keterpencilannya dan fungsi pertahanan dan keamanan yang menonjol menyebabkan penanganan pulau- pulau di perbatasan negara perlu mendapat perhatian khusus. Undang-Undang yang telah di tetapkan, belum mengakomodasikan secara lengkap untuk dijadikan sebagai pedoman pengelolaan pulau-pulau kecil terluar.

5.18 Hasil Evaluasi Faktor Eksternal dan Internal