Kerangka Pemikiran Ruang Lingkup Penelitian

7 1 Terjadinya konflik kepentingan dan pemanfaatan sumberdaya dan jasa, akibat: 1 besarnya potensi sumberdaya, 2 terpusatnya mata pencaharian penduduk kepada pemanfaatan sumberdaya dan jasa yang sama, 3 meningkatnya jumlah penduduk, 4 meningkatnya kualitas hidup masyarakat, 5 meningkatnya kepentingan dalam kawasan, 6 perubahan dan kompetisi teknologi, dan 7 proses distribusi pasar. Meningkatnya permintaan sumberdaya alam dan jasa- jasa lingkungan pesisir yang mengakibatkan peningkatan konflik nilai sumberdaya dan jasa dimaksud karena: 1 meningkatnya kepentingan, 2 besarnya potensi dan produktivitas, dan 3 belum terintegrasi dan implementasinya hukum dan peraturan pelaksanaan, 4 tidak diakui berlakunya hukum adat. 2 Praktek-praktek manajemen yang tidak berkelanjutan 3 Kendala dalam optimalisasi pemanfaatan rencana tata ruang pesisir dan laut 4 Perilaku manusia akibat: 1 ketidaktahuan, 2 rendahnya kesadaran, 3 kemiskinan, dan 4 keserakahan. 5 Akibat tiga jenis kegagalan, yaitu: 1 kegagalan hak kepemilikan, 2 kegagalan kebijakan, dan 3 kegagalan informasi. Berdasarkan hal tersebut di atas, terdapat alasan yang kuat tentang pentingnya penelitian rancangbangun hukum dalam pengelolaan pulau-pulau kecil terluar di Provinsi Sulawesi Utara, daerah perbatasan Negara Indonesia dan Negara Filipina.

1.3 Kerangka Pemikiran

Indonesia merupakan negara kepulauan yang berbatasan dengan 10 negara di wilayah laut, dengan demikian Indonesia mempunyai peran dalam politik luar negeriinternasional untuk menentukan persepsi kewilayahan dalam konteks negara maritim, sehingga kepastian pengelolaan pulau-pulau kecil terluar, yang adalah batas negara merupakan suatu kajian yang harus segera diselesaikan melalui berbagai pertemuan dan pembahasan internasional bilateral maupun multilateral untuk mendapat dukungan masyarakat internasional terhadap batas negara, demi kepentingan pengelolaan wilayah pesisir dan laut, keberlanjutan 8 sumberdaya, kesejahteraan sosial ekonomi masyarakat, keamanan dan pertahanan, serta kesatuan wilayah negara Republik Indonesia. Gambar 1 Matriks kerangka berpikir Coastal disease Coastal conflict 1. Batas wilayah negara 2. Hak berdaulat di ZEE Landas Kontinen 3. Hukum, sosial, ekonomi dan kesejahteraan masyarakat 4. Keterpencilan 5. Kesenjangan ekonomi 6. Transnational crimes , illegal fishing, illegal logging, illegal imigrant, trafficking, terorims, people smuggling, narcotics, politic problem 7. Sarana dan prasarana terbatas 8. Pemanfaatan sumberdaya belum optimal 9. Pertahanan dan keamanan security Masalah Hukum di Pulau-Pulau Kecil Terluar coastal disease ANALISIS PERELEVAN SIAN AHP SWOT DTAL RANCANG BANGUN HUKUM YANG SUDAH ADA Peraturan per UU yang berlaku RANCANG BANGUN HUKUM YANG RELEVAN Peraturan per UU yang dicita- citakan K EBI JA K A N T ERP A DU PE NG ELO L A A N PU L A U – PU L A U K EC IL T ERL UAR D I PER BA T A SAN N EG A R A Eksternal Internal 9

1.4 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Provinsi Sulawesi Utara yang merupakan salah satu wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia di bagian Timur yang luasnya adalah 15.472,98 km 2 terdiri dari beberapa pulau, diantaranya adalah: Pulau Manado Tua, Pulau Bangka, Pulau Talise, Pulau Bunaken, Pulau Mantehage, Pulau Bangka, Pulau Lembeh, Pulau Siau, Pulau Tagulandang, Pulau Karakelang, Pulau Karabuan, dan Pulau Salibabu. Panjang garis pantai Sulawesi Utara 1.837 kilometer dengan luas daratan sekitar 2.200 kilometer persegi. Wilayah perairan laut memiliki 124 pulau yang terdiri atas tiga gugusan kepulauan, yaitu: 1 Gugusan kepulauan Talaud yang letaknya paling utara masuk dalam wilayah administratif Kabupaten Talaud, 2 Gugusan Sangir Besar masuk dalam wilayah administratif Kabupaten Sangihe, dan 3 Siau Tagulandang dan Biaro disingkat Sitaro masuk dalam wilayah administratif Kepulauan Sitaro. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 29 Tahun 1959 tentang Pembentukan Daerah-daerah Tingkat II di Sulawesi, maka Kabupaten Sangihe dan Talaud merupakan satu kabupaten, kemudian sejak tanggal 10 April 2002, Pemerintah menetapkan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2002 tentang Pembentukan Kabupaten Kepulauan Talaud di Provinsi Sulawesi Utara, maka terjadi pemekaran dan pemisahan yaitu Kabupaten Kepulauan Sangihe dengan luas wilayah 20.258,60 Km², dan Kabupaten Kepulauan Talaud dengan luas wilayah 27.061,16 Km 2 . Kabupaten Kepulauan Siau-Tagulandang-Biaro SITARO dengan luas wilayah 275,96 Km². Kabupaten Kepulauan Sangihe, Kabupaten Kepulauan Talaud dan Kabupaten Kepulauan Sitaro merupakan tiga wilayah di Provinsi Sulawesi Utara yang secara geografis dan administratif terletak di bagian utara wilayah negara Indonesia, yang berbatasan langsung dengan negara Filipina dan Malaysia. Wilayah Provinsi Sulawesi Utara beriklim tropis yang dipengaruhi oleh angin muson. Pada bulan November sampai bulan April bertiup angin barat yang menurunkan hujan. Sebaliknya angin tenggara yang bertiup dari bulan Mei sampai Oktober mendatangkan musim kemarau. Curah hujan yang terjadi antara 2000- 4000 milimeter per tahun dengan jumlah hari hujan 90-120 hari. Suhu udara rata- 10 rata adalah 25.2°C. Kelembaban udara tercatat 73,4 persen, dan suhu atau temperatur dipengaruhi oleh ketinggian tempat di atas permukaan laut. Provinsi Sulawesi Utara yang beribukota di Manado, terletak pada posisi 0°30 - 5° 35’ Lintang Utara dan 123° 30’ - 127°00’ bujur timur dengan batas wilayah sebagai berikut : 1 Sebelah Utara berbatasan dengan Negara Filipina 2 Sebelah Selatan berbatasan dengan Teluk Tomini 3 Sebelah Barat berbatasan dengan Provinsi Gorontalo, dan 4 Sebelah Timur berbatasan dengan Laut Maluku. Berdasarkan hasil penelitian dari data sekunder maka di wilayah penelitian perbatasan Indonesia dan Filipina, jumlah pulau terluar sebanyak 11 sebelas pulau yaitu 1 Pulau Bangkit, 2 Pulau Manterawu 3 Pulau Makalehi 4 Pulau Kawalusu 5 Pulau Kawio 6 Pulau Marore 7 Pulau Batubawaikang 8 Pulau Miangas 9 Pulau Marampit 10 Pulau Intata 11 Kakorotan. Penelitian hanya difokuskan pada dua pulau kecil terluar yang dinyatakan sebagai pulau yang sangat srategis yaitu Pulau Miangas dengan koordinat 5° 34 2 LU, 126° 34 54 BT dan Pulau Marore koordinat 4° 44 14 LU, 125° 28 42 BT yang masuk dalan wilayah administratif Kabupaten Kepulauan Sangihe dan Kabupaten Kepulauan Talaud. Wilayah Kabupaten Kepulauan Sangihe dengan luas 11.863,58km 2 yang terdiri dari 105 pulau, dengan rincian sebagai berikut: 26 pulau berpenghuni dan 79 pulau tidak berpenghuni, terdiri 14 kecamatan, 125 kampung dan 22 kelurahan, yang sebagian besar terdiri dari pegunungan dan tanah berbukit yang dikelilingi oleh lautan. Kabupaten Kepulauan Sangihe terletak diantara 02°04’13‖ sampai 04°44’22‖ Lintang Utara dan 125°9’28‖ sampai 125°56’57‖ Bujur Timur. Daerah Kabupaten Kepulauan Sangihe adalah daerah perbatasan jang terdiri dari pulau- pulau terbentang dari utara ke selatan dengan batas batasnya sebagai berikut : 1 Sebelah Utara berbatasan dengan Negara Filipina 2 Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Kepulauan SITARO 3 Sebelah Timur berbatasan dengan Laut Sulawesi 11 4 Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Kepulauan Talaud dan Laut Maluku Wilayah Kabupaten Kepulauan Talaud dengan luas 27.061,16 km 2 yang terdiri dari 112 pulau, dengan rincian sebagai berikut: 30 pulau berpenghuni dan 82 pulau tidak berpenghuni, terdiri 24 kecamatan, 195 kampung dan 26 kelurahan. Kabupaten Kepulauan Talaud dikategorikan sebagai Daerah Kepulauan, dimana terdapat 4 gugusan kepulauan yakni : Gugusan Pulau Nanusa 8 pulau, Gugusan Pulau Karakelang 3 pulau, Gugusan Pulau Salibabu 3 pulau dan Gugusan Pulau Kabaruan 2 pulau. Daerah Kabupaten Kepulauan Talaud adalah daerah perbatasan, juga disebut daerah Kepulauan karena terdiri dari pulau-pulau yang terbentang dari utara ke selatan. Daerah Kabupaten Kepulauan Talaud terletak antara 4°0100 Lintang Utara dan 126°4000‖ Bujur Timur dengan batas-batasnya sebagai berikut : 1 Sebelah Utara berbatasan dengan Republik Filipina 2 Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Kepulauan Sangihe 3 Sebelah Timur berbatasan dengan Samudera Pasifik 4 Sebelah Barat berbatasan dengan Laut Sulawesi. Permasalahan nasional dan internasional pulau-pulau kecil di wilayah perbatasan negara Indonesia dengan negara Filipina sebagai berikut: 1 Batas wilayah Negara Indonesia dengan Negara Filipina belum disepakati dan ditetapkan secara bersama antara kedua negara 2 Berdampak positif terhadap hak berdaulat pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya di Zona Ekonomi Eklsklusif ZEE dan Landas Kontinen LK 3 Berpengaruh terhadap hukum, sosial, dan ekonomi dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat lokal sehingga daerah perbatasan sangat terpengaruh dengan kehidupan negara Filipina 4 Keterpencilan perbatasan wilayah Indonesia di Provinsi Sulawesi Utara yaitu: Kabupaten Kepulauan Sangihe dan Kabupaten Kepulauan Talaud, sangat 12 berdampak terhadap jaminan hukum, pertahanan dan keamanan negara Indonesia 5 Kesenjangan sosial ekonomi dengan negara tetangga semakin tajam 6 Banyak terjadinya kegiatan transnational crimes, illegal fishing, illegal logging, woman and child trades trafficking, illegal imigrant, people smuggling, peredaran narkotika, pintu masuk teroris, dan potensi konflik sosial dan politik 7 Sarana dan prasarana di pulau-pulau kecil terluar sangat terbatas, sehingga terisolir 8 Potensi ekonomi pulau-pulau kecil terluar di perbatasan negara belum dimanfaatkan secara optimal.

1.5 Tujuan Penelitian