Mekanisme Sistem Kelembagaan Rancangbangun hukum dalam pengelolaan pulau pulau kecil terluar di Provinsi Sulawesi Utara

225 yang lebih dikenal dengan pendekatan Command and Control CAC atau : atur dan awasi ADA memiliki berbagai prasyarat, yang belum kita miliki: 1 Kemampuan pemerintah untuk mendeteksi adanya pelanggaran; 2 Kemampuan pemerintah untuk menanggapi pelanggaran dengan cepat dan pasti swift sure responses; 3 Kemampuan aparat penegak hukum terutama pengadilan dalam memberikan sanksi yang dapat menimbulkan efek jera detterent effect. Ketiga prasyaratan diatas, keberadaannya sangat ditentukan oleh kemampuan dan integritas aparatur pemerintah dan penegak hukum, serta peradilan yang independen elemen-elemen ini, merupakan elemen penting dalam good governance. Sejalan dengan pembenahan aparatur pemerintah dan penegak hukum dan lembaga peradilan yang kini sedang dilakukan, maka pemberlakuan pendekatan tunggal single approach yaitu pendekatan CAC atau ADA tidak akan efektif dalam mencapai tujuan penegakan hukum di Indonesia yaitu kepatuhan menjalankan compliance nilai-nilai perlindungan daya dukung sumber daya alam, khususnya pulau kecil di wilayah pesisir.

5.52 Mekanisme Sistem Kelembagaan

Komponen pertama dari mekanisme sistem kelembagaan adalah pengembangan sebuah ketentuan hukum baru, yakni sebuah perundang-undangan. Perundang-undangan akan mencantumkan persyaratan bagi pemerintah pusat untuk mengembangkan pedoman bagi pengelolaan pulau-pulau kecil terluar di perbatasan negara. Perundangan juga akan menciptakan sebuah kerangka kerja bagi pemerintah kabupatenkota dan rakyatnya untuk mengelola sumber daya pesisir dan pulau-pulau kecil, dengan cara yang bermanfaat bagi seluruh bangsa, serta bagi generasi sekarang dan yang akan datang. Kesemuanya itu dapat dilaksanakan dalam sebuah proses yang terpadu. Kerangka kerja ini akan dikembangkan pada semua tingkatan pemerintahan, dalam suatu rangkaian bertingkat, dan akan mempengaruhi tiap keputusan yang akan dibuat. Secara khusus, pemerintah pusat akan mengembangkan pedoman untuk membantu pemerintah daerah. Pedoman ini 226 akan mencantumkan proses-proses pengembangan program untuk memastikan adanya keterlibatan publik, keterbukaan dan pertanggung-jawaban. Pedoman tersebut juga akan memasukkan kriteria untuk memastikan keabsahan ilmu yang digunakan dan pemanfaatan informasi; standar pengelolaan untuk memastikan keseimbangan dan kesinambungan pendayagunaan sumber daya pesisir. Jika perlu, provinsi dan kabupatenkota dapat mengembangkan program-program yang sejalan dengan pedoman tersebut. Apabila pemerintah pusat setuju, bantuan dapat dihibahkan kepada pemerintah daerah yang melaksanakan program-program tersebut. Kementerian Kelautan dan Perikanan akan menyusun standar-standar, kriteria, dan pedoman umum bagi pengelolaan pulau-pulau kecil terluar untuk pemerintah daerah, terutama kabupatenkota. Langkah selanjutnya, kabupatenkota bebas untuk memutuskan apakah ingin menyusun suatu program yang konsisten dengan standar-standar, kriteria, dan petunjuk umum yang disediakan oleh pemerintah pusat. Kabupatenkota dapat mencari bantuan keuangan dan teknis untuk hal tersebut. Selanjutnya kabupatenkota dapat menyusun sebuah program dengan bekerjasama dengan semua stakeholders, termasuk desa-desa, dan dengan dukungan dari pemerintah provinsi. Kabupatenkota selanjutnya mengajukan program tersebut kepada pemerintah pusat untuk dikaji dan apabila pemerintah pusat menyetujui programnya, kabupatenkota tersebut berhak atas sejumlah manfaat, termasuk bantuan pembiayaan dan teknis. Diperlukan Undang-Undang baru untuk mengelola dan melindungi sumberdaya pesisir pulau-pulau kecil terluar di perbatasan negara. Hukum ini akan bersifat lintas-sektoral dan mencakup semua sektor yang mempengaruhi wilayah pesisir dan sumberdaya wilayah pesisir. Sebuah Undang-Undang baru akan sangat efektif untuk pelaksanaan sebuah program pengelolaan pulau-pulau kecil karena dua alasan : 1 Pertama, hampir seluruh Undang-Undang yang telah ada bersifat sektoral, sementara sebuah program pengelolaan pulau-pulau kecil memerlukan pendekatan lintas-sektoral agar dapat efektif. Kedua, hampir seluruh Undang-Undang yang telah ada bersifat terpusat, dan jika program 227 pengelolaan pulau-pulau kecil ingin konsisten dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah, maka harus ada Undang-Undang khusus yang dapat mendorong pelaksanaan otonomi daerah dalam pengelolaan pulau-pulau kecil terluar di perbatasan negara. 2 Ketiga, mencantumkan kewenangan daerah dalam mengelola pulau-pulau kecil di perbatasan negara, memperoleh bagi hasil, sejalan dengan peraturan-peraturan desentralisasi. Sesuai Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah, pemerintah pusat harus mengembangkan petunjuk dan kebijakan, bukannya mengendalikan dan mengelola kegiatan secara langsung. Secara khusus mengakui bahwa pusat memiliki kewenangan untuk menentukan standar pengelolaan pulau-pulau kecil terluar. Sebagai konsekuensinya, rancangan undang-undang akan memberikan petunjuk-petunjuk tentang pengelolaan pulau-pulau kecil terluar di perbatasan negara dan pemerintah daerah mengikuti petunjuk dalam naskah akademiknya.

5.53 Kelembagaan