Pembangunan Wilayah Perbatasan Rancangbangun hukum dalam pengelolaan pulau pulau kecil terluar di Provinsi Sulawesi Utara

21 kegiatan di atas permukaan laut, saat ini telah diarahkan pada pengelolaan sumberdaya di zona ekonomi eksklusif, dasar laut dan kekayaan mineral yang terkandung di dalamnya, sehingga terjadi perubahan pengertian hukum laut yang dahulu bersifat unidimensional sekarang telah menjadi pluridimensional, yang sekaligus merubahn filosofi dan konsepsi hukum laut di masa lalu Mauna 2005.

2.4 Pembangunan Wilayah Perbatasan

Pembangunan kawasan perbatasan menurut Dahuri yang diacu Pratikto et al. 2006 mencakup beberapa aspek utama, seperti: 1 geografi meliputi pembuatan jaringan perhubungan laut, darat dan udara, serta sarana komunikasi, 2 demografi mencakup pengisian dan pendistribusian penduduk untuk keperluan kekuatan sistem pertahanan keamanan rakyat semesta, serta 3 sumberdaya alam untuk mengetahui secara rinci data dasar keseluruhan kekayaan sumberdaya alam dan sistem pengamanannya. Selain aspek utama lainnya berupa: 4 ideologi berkaitan dengan pembinaan dan penghayatan ideologi guna menangkal ideologi asing, 5 politik mencakup pemahaman sistem politik nasional dan menjaga stabilitas politik yang dinamis bersama aparat pemerintah sebagai mitra pembinaan teritorial serta pemahaman politik internasional negara tetangga, dan 6 perhubungan mencakup pembangunan sarana perhubungan sehingga terbuka akses pengembangan ekonomi, pendukung logistik, pemberdayaan masyarakat dan wilayah pertahanan keamanan. Aspek lainnya berupa: 7 ekonomi, sosial dan budaya meliputi peningkatkan akses pasar, kualitas komuditi, pendidikan kesehatan, kesejahteraan yang memadai, serta meningkatkan ketahanan budaya guna membendung penetrasi budaya asing dan 8 pertahanan dan keamanan seperti pembuatan pos-pos perbatasan, pembentukan sabuk pengaman dan kekuatan pembinaan teritorial yang memadai dan pengendalian yang cukup baik oleh aparat keamanan maupun swakarsa masyarakat. Wilayah perbatasan sebagai batas kedaulatan suatu negara secara universal memiliki peran strategis dalam penentuan kebijakan pemerintah untuk kepentingan nasional maupun internasional. Secara geografis penetapan batas wilayah negara di darat maupun di laut belum tuntas diselesaikan dimana 22 Indonesia memiliki bagian laut yang langsung berbatasan dengan 10 sepuluh negara tetangga yaitu 1 Australia, 2 Filipina, 3 India, 4 Malaysia, 5 Palau, 6 Papua Nugini, 7 Singapura, 8 Timor Leste, 9 Thailand dan 10 Vietnam. Berberapa penjanjian bilateral yang disepakati adalah garis batas laut teritorial, ZEE dan landas kontinen dengan beberapa negara tetangga antara lain dengan Singapura, Malaysia, Thailand, India, Papua Nugini dan Aurtralia, sedangkan Filipina, Palau, Timor Leste, dan Vietnam belum mencapai persetujuan. Agoes 2002. Kajian kebijakan pengelolaan pulau-pulau kecil terluar perlu dilakukan secara komprehensif dengan tidak mengabaikan potensi dan karakteristik yang mencakup antara lain aspek sumberdaya alam hayati dan non-hayati; aspek sarana dan pra-sarana pembangunan yang meliputi aspek sosial, ekonomi, budaya, hukum, kelembagaan, serta geopolitik. Dengan tidak menyampingkan kepentingan pembangunan pemanfaatan pulau-pulau kecil, maka penataan ruang sangat penting untuk di dilakukan agar tidak terjadi tumpang tindih kebijakan dan konflik pengelolaan. Penataan ruang pesisir termasuk pulau-pulau kecil dapat dilakukan untuk menentukan lokasi atau wilayah yang dijadikan sebagai tempat penangkapan ikan, budidaya perairan, wisata, dan konservasi. Penetapan pengelolaan pulau-pulau terluar dilakukan secara terencana dan berkesinambungan, terus menenus continous presence, kemudian dalam proses penyusunan dituangkan dalam kebijakan jangka panjang di daerah pada dokumen- dokumen Rencana Strategi, Rencana Zonasi, Rencana Pengelolaan, dan Rencana Aksi. Wilayah perbatasan Indonesia – Filipina dibatasi oleh pulau-pulau kecil yang masuk dalam wilayah Provinsi Sulawesi Utara, dan masuk dalam wilayah Kabupaten Kepulauan Sangihe dan Kabupaten Kepulauan Talaud. Jumlah pulau- pulau kecil yang terdapat di dalam dua wilayah tersebut berdasarkan data dari Dinas Hidrografi –Oseanografi DISHIDROS TNI Angkatan Laut November 2003 berjumlah 11 sebelas pulau yaitu 1 Pulau Bangkit; 2 Pulau Manterawu; 3 Pulau Makalehi; 4 Pulau Kawalusu; 5 Pulau Kawio; 6 Pulau Marore; 7 23 Pulau Batubawaikang; 8 Pulau Miangas; 9 Pulau Marampit; 10 Pulau Intata; 11 Pulau Kakorotan. Kompleksitas permasalahan pengelolaan batas negara di wilayah laut terutama berkaitan dengan masih banyak segmen kawasan pesisir yang belum ditetapkan yang berkaitan dengan batas negara seperti pulau-pulau terluar yang belum bernama, hal ini memiliki dimensi strategis kewilayahan terutama penataan ruang laut yang berdampak sangat luas terhadap keamanan dan kesejahteraan. Tindakan yang sering dan selalu terjadi di laut wilayah perbatasan negara yang merupakan penyakit pesisir coastal disease antara lain pencurian ikan oleh nelayan asing, di daratan kemiskinan masyarakat karena kesulitan akses dan transportasi, kurang perhatian pembangunan sarana dan prasarana oleh pemerintah, mobilitas masyarakat di pelintasan batas, pengelolaan sumberdaya tidak terkontrol, dan kurangnya pengawasan aparat pemerintah, sulit melakukan pemasaran dan kurang penentuan harga jual hasil perikanan dalam negeri sehingga penjualan hasil perikanan dilakukan ke negara tetangga. Menurut Sabarno 2003 dalam pemanfaatan potensi pulau-pulau kecil terluar terdapat permasalahan hukum yang terkait dengan negara tetangga yang meliputi : 1 Belum adanya peraturan perundang-undangan yang jelas dan menyeluruh untuk pemanfaatan potensi pulau-pulau kecil terluar; 2 Penyelesaian permasalahan perbatasan negara saat ini masih tergantung pada pertimbangan keuntungan dan kerugian dari wilayah tersebut; 3 Penetapan batas negara masih menggunakan acuan survei dan pemetaan wilayah yang bersifat parsial, sehingga realisasinya memerlukan koordinasi yang panjang dan berbelit-belit; 4 Penyelesaian permasalahan perbatasan masih bersifat insidentil dan situasional. Menurut Numberi 2006 isu tentang pembangunan pulau-pulau kecil terluar diantaranya adalah kedaulatan, ekonomi dan penegakan hukum. 24 Pengelolaan perbatasan sampai saat ini belum memberikan filosofi riil dan menyentuh semua aspek yang menyertainya, termasuk teknis pelaksanaannya di lapangan. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut maka pemerintah telah mengeluarkan Peraturan Presiden Nomor 78 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Pulau-Pulau Kecil terluar yang merupakan landasan juridis yang secara khusus berkaitan dengan pengelolaan di daerah daerah perbatasan. Beberapa hal yang penting dalam pengelolaan tersebut adalah mencakup beberapaa bidang yaitu : 1 bidang sumberdaya alam dan lingkungan; 2 infrastruktur dan perhubungan; 3 pembinaan wilayah; 4 pertahanan dan keamanan; dan 5 sosial ekonomi dan budaya. Pengembangan pulau-pulau di wilayah perbatasan tidak terlepas dari visi- misi pengembangan kawasan perbatasan secara umum dan kecenderungan perubahan global dan regional yang terjadi diantaranya adalah: 1 Liberalisasi perdagangan internasional dan tumbuhnya kawasan-kawasan perdagangan bebas di ASEAN dan Asia Pasifik 2 Meningkatkan kerjasama ekonomi sub-regional IMT-GT, IMS-GT, BIMP- EAGA dan AIDA 3 Kejahatan teroganisir lintas negara 4 Perubahan iklim global, pemanasan suhu air laut, pencairan es di kutub utara dan meningkatnya permukaan air laut, dan 5 Pencemaran akibat angkutan laut dan pembuangan limbah berbahaya serta beracun Retraubun 2006. Menurut Sarundajang 2006 pemerintah provinsi Sulawesi Utara harus mampu menjaga wilayah kedaulatannya sebagai bagian kewenangan pengelolaan, sehingga memberikan citra stabil di perairan nasional dan regional, mewujud- nyatakan kewenangan pengelolaan di laut, penyelesaian sengketa batas wilayah laut dengan negara tetangga Filipina dan Kerajaan Malaysia. Program pembangunan pulau-pulau kecil terluar di Provinsi Sulawesi Utara sesuai dengan Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah RJMD tahun 2005-2010, telah ditetapkan bahwa kegiatan- 25 kegiatan yang akan dilaksanakan untuk mencapai dan meningkatkan pengelolaan sumberdaya pesisir, laut dan pulau-pulau kecil berkelanjutan adalah: 1 Pembangunan pulau-pulau kecil secara berkelanjutan dan berbasis masyarakat, khususnya di pulau-pulau terluar 2 Sosialisasi peringatan dini dan penanggulangan bencana alam di laut dan pesisir mitigasi bencana 3 Managemen kawasan pesisir secara terpadu 4 Rencana Tata Ruang Pembangunan kawasan pesisir secara terpadu 5 Pengelolaan kawasan konservasi laut sebagai reservoir 6 Pengendalian pencemaran 7 Bersih pantai dan laut 8 Rehabilitasi ekosistem mangrove 9 Rehabilitasi ekosistem karang 10 Pembuatan daerah perlindungan laut dan kawasan konservasi laut daerah, cagar alam laut, dan 11 Identifikasi penamaan laut.

2.5 Pengelolaan Wilayah Pesisir Terpadu