233
melakukan monitoring dan evaluasi; peluang peningkatan pendapatan asli daerah PAD dan pengembangan ekonomi rakyat dengan melibatkan masyarakat dan
operator wisata, koordinasi promosi pariwisata daerah, serta penyediaan prasarana yang memadai.
5.55 Kebutuhan Pengaturan bagi Pengelolaan Pulau-Pulau Kecil Perbatasan
Negara
Proses penyusunan Naskah Akademik dan Pengelolaan Pulau-Pulau Kecil Terluar, dibentuk Tim Penyusun dengan mengkaji beberapa isu seperti hak adat
dan ulayat, institusi pengelola sumberdaya pesisir dan pulau-pulau kecil di daerah, peningkatan kesejahteraan masyarakat pesisir, koordinasi antar institusi
pemerintahan baik vertikal maupun horizontal, merupakan isu-isu yang penting untuk dielaborasi tuntas pada perUndang-Undangan yang berhubungan dengan
Pengelolaan Pulau-Pulau Kecil di Perbatasan negara. Pertanyaan cukup mendasar yang sangat penting untuk dijawab dalam
proses penyusunan RUU adalah, apakah bangsa ini sungguh-sungguh memerlukan pengaturan berupa Undang-Undang Pulau Perbatasan Negara, karena
saat ini ada Undang-Undang yang sudah ada yaitu Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 Tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil, dan
Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2008 Tentang Wilayah Negara. Apabila jawabannya adalah ya, maka kita perlu hati-hati dalam menentukan materi yang
akan diatur. Materi sebuah Undang-Undang cukup umum karena menyangkut kepentingan internasional, nasional, regional dan adat, sementara detil-detil
pengaturan diserahkan pada Peraturan Pemerintah PP. Karenanya Rancangan Undang-Undang cukup bersifat umum saja. Pertanyaan kedua yang perlu dijawab
menyangkut tingkat pengaturan, yakni apakah pengaturan perlu dilakukan melalui Undang-Undang atau cukup di tingkat kabupatenkota berupa Peraturan Daerah.
Mengacu pada Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah, maka pengaturan wilayah pesisir berada pada kewenangan
kabupatenkota. Namun Undang-Undang yang mengatur pengelolaan pulau-pulau wilayah perbatasan negara belum menetapkan hal-hal khusus yang mesti diatur
oleh daerah dan standar baku bagi pengelolaan daerah yang tetap menjaga
234
kepentingan nasional. Apabila jawabannya adalah tidak, maka kita hanya melakukan penetapan dari peraturan pemerintah dan atau peraturan lainnya yang
sudah ada untuk di revisi dan atau dijadikan Undang-Undang. Dalam menentukan materi yang akan diatur, materi sebuah Undang-Undang cukup umum karena
menyangkut kepentingan internasional, nasional, regional dan adat, sementara detil-detil pengaturan diserahkan pada Peraturan Pemerintah PP.
Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 Tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil, dan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2008
Tentang Wilayah Negara, sendiri belum bisa menjadi dasar hukum yang memberi kejelasan dan kepastian bagi pengelolaan pulau-pulau kecil perbatasan negara
oleh pemerintah daerah. Sehingga berbagai konflik kewenangan, konflik hukum, konflik pemanfaatan, dan konflik pengelolaan masih akan tetap berlangsung.
Untuk itu diperlukan produk-produk hukum baik berupa Undang-Undang, Peraturan Pemerintah, atau Peraturan Daerah, yang akan memberi pedoman atas
pemanfaatan sumberdaya pulau-pulau kecil dalam wilayah pesisir daerah. Produk hukum tersebut tentunya dijabarkan hingga ke tingkat aturan-aturan desa.
Penegakan hukum sendiri, juga menjadi faktor krusial atas pelanggaran- pelanggaran yang terjadi dengan sanksi hukum yang jelas dan memadai. Sehingga
dapat memberi kepastian hukum bagi berbagai bentuk pengelolaan sumberdaya pesisir.
5.56 Rekomendasi Hal-Hal Pokok Rancangbangun Hukum Pengelolaan