Kebijakan Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia dan Filipina

125 bagi ikan jenis sedenter sebagaimana diartikan dalam Pasal 77 ayat 4 yang berbunyi sebagai berikut: Sumber kekayaan alam tersebut dalam Bab ini terdiri dari sumber kekayaan mineral dan sumber kekayaan non hayati lainnya pada dasar laut dan tanah dibawahnya, bersama dengan organisasi hidup yang tergolong jenis sedenter yaitu organisme yang pada tingkat yang sudah dapat dipanen dengan tidak bergerak berada pada atau dibawah dasar laut atau tidak dapat bergerak kecuali jika berada dalam kontak fisik tetap dengan dasar laut atau tanah di bawahnya. Menurut Pasal ini bahwa jenis ikan sedenter yang terdapat di ZEE termasuk sumber kekayaan hayati dasar laut pengaturannya tunduk pada ketentuan landas kontinen. Ketentuan-ketentuan tersebut di atas terlihat dari dua rejim hukum yang berbeda, yaitu rejim hukum ZEE dan landas kontinen yang mengatur masalah yang sama mengenai hak-hak berdaulat Negara pantai atas kekayaan alam di dasar laut dan tanah di bawahnya. Melalui kedua rejim ini Negara pantai dapat menikmati hak-hak berdaulatnya untuk melakukan eksploitasi maupun eksplorasi sumber kekayaan alam baik hayati maupun non hayati dari dasar laut maupun tanah di bawahnya. Berdasarkan ketentuan pasal-pasal yang berkembang antara ZEE dan landas kontinen, maka dapat disimpulkan bahwa ketentuan yang berlaku di ZEE bersifat melengkapi pengaturan hukum di landas kontinen, dan begitu pula sebaliknya ketentuan hukum di landas kontinen melengkapi ketentuan hukum di ZEE

5.10 Kebijakan Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia dan Filipina

Menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1983 tentang Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia, adalah jalur di luar dan berbatasan dengan laut wilayah Indonesia sebagaimana yang ditetapkan berdasarkan Undang-Undang yang berlaku tentang perairan Indonesia yang meliputi dasar laut, tanah di bawahnya 126 dan air di atasnya dengan batas terluar 200 dua ratus mil laut diukur dari garis pangkal laut wilayah Indonesia. Demikian juga menurut ketentuan Pasal 1 Keputusan Presiden Filipina Nomor 1599 Tahun 1978 tentang ZEE Filipina, menyebutkan The economic exclusive zone shall extend to a distance of two hundred nautical miles beyond and from the baselines from which the territorial sea is measured. Sedangkan pengertian Zona Ekonomi Ekslusif menurut Pasal 55 Konvensi Hukum Laut 1982 menyebutkan bahwa : Zona Ekonomi Ekslusif adalah suatu daerah di luar dan berdampingan dengan laut teritorial yang tunduk pada rejim hukum khusus yang ditetapkan dalam Bab ini berdasarkan mana hak-hak dan yuridiksi Negara pantai dan hak-hak serta kebebasan-kebebasan Negara lain, diatur oleh ketentuan-ketentuan yang relevan dan Konvensi ini. Menurut Pasal 57 Konvensi Hukum Laut tahun 1982, lebar ZEE ditetapkan sebagai berikut: Zona Ekonomi Ekslusif tidak boleh melebihi 200 mil laut dari garis pangkal dari mana lebar laut teritorial diukur. Dari rumusan Pasal 55 dan Pasal 57 tersebut di atas dapat diketahui dengan jelas bahwa yang dimaksud dengan ZEE adalah suatu daerah laut yang berdampingan atau berbatasan dengan laut teritorial suatu negara pantai, dengan lebar ZEE sejauh 200 mil laut yang dihitung dari garis pangkal, dari mana negara pantai mengukur lebar laut teritorialnya. Dengan ditetapkannya pula lebar laut teritorial negara pantai sejauh 12 mil laut maka dengan demikian lebar ZEE sebenarnya adalah 200 mil laut dikurangi lebar laut teritorial 12 mil laut sehingga menjadi 188 mil laut. Hak dan kewajiban Negara pantai di ZEE, sesuai konvensi yaitu Negara pantai mempunyai hak-hak dan kewajiban kewajiban seperti yang telah ditetapkan dalam Pasal 56 ayat 1 Konvensi, yaitu bahwa dalam Zona Ekonomi Ekslusif Negara pantai mempunyai : 127 a Hak-hak berdaulat untuk keperluan eksplorasi dan eksploitasi, konservasi dan pengelolaan sumber kekayaan alam, baik hayati maupun non hayati, dari perairan di atas dasar laut dan dari dasar laut dan tanah di bawahnya dan berkenaan dengan kegiatan lain untuk keperluan eksplorasi dan eksploitasi ekonomi zona tersebut, seperti produksi energi dari air, arus dan angin. Di samping dari hak-hak berdaulat tersebut Negara pantai mempunyai yurisdiksi yang berhubungan dengan: b i pembuatan dan pemakaian pulau buatan, instalasi dan bangunan, ii riset ilmiah kelautan; dan iii perlindungan dan pelestarian lingkungan laut Dalam Pasal 58 dijelaskan bahwa disamping melaksanakan hak-hak, negara pantai juga harus melaksanakan kewajiban-kewajiban untuk memperhatikan kepentingan-kepentingan negara lain berkenaan dengan hak-hak untuk melakukan kebebasan pelayaran, kebebasan penerbangan dan kebebasan untuk memasang kabel dan pipa di bawah laut, serta penggunaan laut lainnya berdasarkan ketentuan Konvensi ini dan ketentuan lain dari hukum internasional. Di samping itu pula Negara pantai tetap menghormati ketentuan-ketentuan hukum mengenai laut lepas dan ketentuan-ketentuan hukum internasional lainnya untuk menjamin kepentingan atau hak-hak negara lain dalam melaksanakan kebebasan- kebebasan di laut sepanjang ketentuan hukum laut internasional tersebut tidak bertentangan dengan ketentuan hukum negara pantai di ZEE tersebut. Berdasarkan ketentuan tersebut di atas, hak-hak berdaulat atas kekayaan alam serta yurisdiksi-yurisdiksi tertentu yang berhubungan dengan hak-hak tersebut tunduk pada ketentuan Negara Pantai, sedangkan pelayaran kapal-kapal dan penerbangan pesawat adalah bebas bagi tiap negara. Oleh karena itu status hukum ZEE tunduk pada rezim hukum khusus sui generis. Wilayah ZEE Filipina ditetapkan dalam Keputusan Presiden Presidential Decree Nomor 1599 tahun 1978. Dalam konsideran Keputusan Presiden tersebut dinyatakan bahwa wilayah ZEE yang membentang sampai 200 mil laut dari garis 128 dasar darimana laut teriorial diukur adalah vital bagi kelangsungan dan perkembangan ekonomi Republik Filipina. Pemagaran yuridis atas wilayah ZEE tersebut adalah sah oleh karena zona demikian pada saat sekarang ini merupakan suatu konsepsi hukum internasional yang diakui. Berdasarkan Pasal 1 disebutkan bahwa ZEE Filipina adalah suatu wilayah yang membentang sampai sejauh 200 mil laut yang berada diluar garis dasar darimana laut teritorial diukur. Jika batas-batas luar outer limit wilayah ZEE Filipina dalam posisi tumpang tindih dengan ZEE dari negara yang berdekatan atau bertetangga, maka batas-batas bersama common boundaries akan ditentukan dengan perjanjian dengan negara yang bersangkutan atau sesuai dengan azas-azas hukum internasional tentang perbatasan yang umumnya diakui. Penetapan batas ZEE Filipina dengan negara lain, sejalan dengan teori dan praktek penetapan batas termasuk wilayah ZEE antar negara yang memungkinkan bagi dua negara yang memiliki wilayah ZEE dalam posisi berhadapan atau berdampingan untuk menyelesaikannya berdasarkan persetujuan. Persetujuan tersebut didasarkan pada azas-azas hukum internasional tentang penetapan batas yang diakui secara umum, sebagaimana yang tercermin dalam Pasal 74 ayat 1 Konvensi Hukum Laut tahun 1982. Selanjutnya didalam Pasal 2 Keputusan Presiden tersebut dikemukakan bahwa Negara Republik Filipina mempunyai kedaulatan atas laut wilayah, hak- hak berdaulat atas Landas Kontinen dan ZEE yang dimilikinya, sekaligus memiliki dan menjalankan hak-hak sebagai berikut : 1 Hak berdaulat untuk tujuan eksplorasi dan eksploitasi, konservasi dan pengelolaan sumber-sumber alam baik yang hidup ataupun yang tidak living or non-living, baik yang dapat diperbaharui maupun yang tidak dapat diperbaharui, dari dasar laut, termasuk lapisan tanah sebelah bawah dan yang berhubungan dengan kegiatan-kegiatan lain untuk eksploitasi ekonomi dan eksplorasi sumber-sumber alam di zona tersebut, seperti produksi energi dari air, arus dan angin; 2 Hak eksklusif dan yurisdiksi sehubungan dengan didirikannya dan dimanfaatkannya pulau-pulau buatan, terminal lepas pantai, instalasi dan 129 bangunan, pemeliharaan lingkungan kelautan, termasuk pencegahan dan pengendalian pencemaran, dan penelitian ilmiah; 3 Hak-hak lain sebagaimana diakui oleh hukum internasional atau praktek negara. Sedangkan dalam Pasal 3 menetapkan adanya persyaratan perjanjian yang diadakan dengan Republik Filipina atau ijin yang diberikan olehnya atau di bawah wewenang Republik Filipina. Ijin yang diberikan tersebut mengecualikan hal-hal sebagai berikut: 1 Mengekspolarasi atau mengeksploitir sumber-sumber alam apapun; 2 Melakukan pencarian, penggalian atau operasi pengeboran terhadap sumber- sumber alam; 3 Melakukan penelitian; 4 Mendirikan bangunan, memelihara atau mengoperasikan pulau buatan, terminal lepas pantai, instalasi, atau bangunan atau cara lain; atau 5 Melaksanakan suatu tindakan atau terlibat di dalam suatu kegiatan yang bertentangan dengan atau merugikan hak-hak berdaulat dan yurisdiksi yang ditetapkan disini. Ketentuan-ketentuan Pasal 2 dan Pasal 3 tersebut sama dengan ketentuan angka b sampai g dari Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1983 dan Pasal 56 Konvensi Hukum Laut tahun 1982 yang berkaitan dengan hak-hak, yurisdiksi dan kewajiban negara pantai dalam wilayah ZEE. Selanjutnya dalam Pasal 3 Keputusan Presiden tersebut dinyatakan bahwa Neqara-negara lain akan merikmati di ZEE kebebasan hubungan dengan navigasi dan penerbangan, pemasangan Kabel-kabel dan saluran pipa-pipa dibawah laut, dan pemakaian lain yang secara internasional sah dari laut yang berhubungan dengan navigasi dan komunikasi. Ketentuan tersebut sama dengan ketentuan Pasal 4 Undang-Undang Nomor 5 tahun 1983 dan Pasal 58 Konvensi Hukum Laut tahun 1982 yang berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban negara lain di wilayah ZEE. 130

5.11 Prinsip Penetapan Batas Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia-Filipina