215
wilayah pesisir perbatasan negara, mempunyai kepastian dan jaminan bahwa usaha dan investasinya dalam dapat dipertahankan dalam jangka panjang.
Sementara bagi pemerintah daerah, kebijakan pemerintah yang konsisten mendukung pelaksanakan otonomi daerah secara penuh dan bertanggung jawab.
5.48 Obyek dan Ruang Lingkup Pengaturan
5.48.1 Mekanisme koordinasi pada tingkat pusat
Mekanisme koordinasi dibutuhkan untuk menyelenggarakan penyusunan perencanaan pengelolaan pulau-pulau kecil terluar, dan koordinasi pengambilan
keputusan serta pembiayaan program pengelolaannya. Mekanisme ini dikoordinasikan oleh sebuah lembaga atau badan lintas-institusi yang berwenang
dan memiliki otoritas cukup. Otoritas ini didelegasikan dari institusi-institusi sektoral, untuk menyelesaikan perbedaan persepsi, konflik atau sengketa diantara
institusi yang berbeda, dan pihak instansi terkait menghormati serta melaksanakan keputusan tersebut. Badan koordinasi tersebut akan membuat keputusan atau
rekomendasi lintas-sektoral, badan tersebut sebaiknya memiliki otoritas atas tiap- tiap departemen sektor, atau ada proses untuk membawa kasus konflik atau
sengketa ke instansi yang lebih tinggi. Mengingat pengelolaan pulau-pulau kecil terluar merupakan kebijakan
yang bersifat lintas sektor, maka kegiatan pengelolaannya perlu dikoordinasikan oleh suatu lembaga yang mempunyai tugas pokok dan fungsi dalam pengelolaan
wilayah pesisir. Fungsi koordinasi itu bisa dilihat dari beberapa alternatif kelembagaan. Menggunakan lembaga pemerintah yang sudah ada, misalnya
Kementerian Kelautan dan Perikanan atau Bappenas, atau membentuk badan baru non-kementerian yang bersifat lintas sektor dan lintas kelompok masyarakat,
seperti Badan Nasional Pengelolan Perbatasan Negara BNPP dan Dewan Kelautan Indonesia DKI. Jika pilihannya membentuk suatu badan baru, atau
memakai dan merubah yang sudah ada, maka badan yang baru tersebut dapat saja dipimpin oleh Menteri Kelautan dan Perikana atau Presiden.
1 Alternatif kelembagaan
dimana satu
kementerian dapat
mengkoordinasikan kebijakan antara instansi itu sendiri. Kementerian hanya bertanggung jawab untuk mengkoordinasikan kebijakan dan
216
keputusan mengenai pengelolaan pesisir dan pulau kecil terluar diantara lembaga, badan dan instasi pemerintah. Kelebihannya, alternatif ini lebih
efisien. Sementara kekurangannya adalah kecilnya kemungkinan instansi lain menjalankan kebijakan dan pedoman umum dari departemen sektor
lain tentang hal-hal dibawah yurisdiksi sektor tersebut. 2 Alternatif menggunakan badan lintas sektor dan kemasyarakatan yang
sudah ada, seperti Badan Nasional Pengelola Perbatasan Negara BNPP dan Dewan Kelautan Indonesia DKI. Badan ini bertanggung jawab
mengkoordinasikan kebijakan antara instasi pemerintah, karena badan tersebut sudah terbentuk, ada beberapa keuntungan yang diperoleh: tidak
ada kendala personil, fasilitas dan pembiayaan. Biaya operasionalnya relatif lebih murah dibandingkan dengan pembentukan sebuah badan baru.
Kekurangannya ialah badan ini masih memiliki fungsi asalnya, dan tidak sepenuhnya berdedikasi pada hal-hal yang berkaitan dengan pengelolaan
wilayah pesisir. Mungkin badan ini sudah bias, struktur atau keanggotaannya mungkin tidak cocok sepenuhnya dengan kepentingan
pengelolaan pesisir. Kesuksesan pilihan ini akan bergantung pada kemungkinan apakah suatu badan yang sudah terbentuk dapat
dimodifikasi. 3 Alternatif membentuk sebuah badan antar instansi yang diketuai oleh
Menteri Koordinator. Sebuah badan antar instansi yang dibentuk berdasarkan perundang-undangan yang baru. Badan tersebut memiliki
tanggung jawab khusus untuk mengkoordinasikan kebijakan dan keputusan mengenai pengelolaan wilayah pesisir. Kelebihannya, badan ini
akan dirancang khusus untuk menangani hal-hal yang berkaitan dengan pengelolaan pesisir dan pulau-pulau kecil. Kekurangannya ialah secara
politis, kemungkinan sulit untuk membentuk sebuah organisasi antar instansi yang baru, dan bila Menteri Perikanan dan Kelautan memimpin
organisasi ini, maka tidak ada kepastian seberapa banyak oraganisasi ini memiliki kekuatan. Efektivitas pendekatan ini bergantung pada
kemampuan menyelesaikan perbedaan antar instansi.
217
4 Alternatif membentuk sebuah organisasi antar instansi baru yang dipimpin
oleh Presiden. Alternatif ini sama dengan alternatif 3, hanya saja Presiden
akan memimpin langsung organisasi baru ini. Kelebihan pilihan ini adalah bahwa ada kewenangan yang jelas di atas para menteri, yang dapat
mengambil tindakan lintas sektoral. Kekurangannya, organisasi ini mungkin tidak dapat menangani persoalan-persaolan yang lebih kecil
karena profilnya terlalu tinggi.
Alternatif yang dipilih adalah alternatif 2, yaitu sebuah badan yang dipimpin oleh Presiden dan Menteri Koordinator sebagai ketua pengarah dan
dibantu oleh menteri-menteri yang dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, melakukan
koordinasi dengan
KementerianLembaga Pemerintah
Non Kementerian dan pemerintah daerah terkait pembangunan dan pengelolaan Batas
Wilayah Negara dan Kawasan Perbatasan, dan menghimpun salinan dokumen dan informasi dari Kementerian Lembaga Pemerintah Non Kementerian untuk
keperluan basis data penyusunan sistem informasi perbatasan. Badan yang dibentuk mempunyai tugas menetapkan kebijakan program
pembangunan perbatasan,
menetapkan rencana
kebutuhan anggaran,
mengkoordinasikan pelaksanaan, dan melaksanakan evaluasi dan pengawasan terhadap pengelolaan batas wilayah negara dan kawasan perbatasan.
Untuk melaksanakan
tugas tersebut,
badan yang
terbentuk menyelenggarakan fungsi di antaranya adalah penyusunan dan penetapan rencana
induk dan rencana aksi pembangunan batas wilayah negara dan kawasan perbatasan.
Selain itu badan memiliki fungsi pengkoordinasian penetapan kebijakan dan pelaksanaan pembangunan, pengelolaan serta pemanfaatan batas wilayah
negara dan kawasan perbatasan, menyusun program dan kebijakan pembangunan sarana dan prasana perhubungan dan sarana lain di kawasan perbatasan, serta,
menyusun anggaran pembangunan dan pengelolaan batas wilayah negara dan kawasan perbatasan sesuai dengan skala prioritas.
218
Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2010 tentang Badan Nasional Pengelolaan Perbatasan Negara BNPP, susunan keanggotaan BNPP ini
terdiri dari Ketua Pengarah yakni Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan, Wakil Ketua Pengarah I yakni Menteri Koordinator Bidang
Perekonomian, Wakil Ketua II Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat, dan selaku Kepala BPP adalah Mendagri. Dalam melaksanakan tugas dan
fungsinya, BNPP dibantu oleh sekretariat tetap yang terdiri dari Sekretaris BNPP dan tiga deputi yakni bidang pengelolaan batas wilayah negara, pengelolaan
potensi kawasan perbatasan, dan deputi bidang pengelolaan infrastruktur kawasan perbatasan.
5.48.2 Fasilitasi dan konsultasi dari pemerintah ke pemerintah daerah.