181
5.29 Skenario Strategi Peningkatan Pengelolaan Pulau-Pulau Kecil Terluar
Strategi pembuatan rancangbangun hukum menurut penataan batas wilayah negara hasil analisis AHP merupakan prioritas utama yang
dipertimbangkan untuk pencapaian tujuan, namun bukan berarti strategi tersebut menjadi strategi tunggal dalam pencapain tujuan, karena masih ada prioritas
rancangbangun hukum lain yang memiliki unsur-unsur strategi yang juga menjadi pertimbangan dalam pencapaian tujuan.
Penggunaan metode analisis prospektif diperlukan untuk memprediksi kejadian di masa depan, sehingga dapat disusun alternatif skenario untuk
pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Faktor dalam menganalisis alternatif skenario adalah unsur strategi dari kelima rancangbangun hukum yang dihasilkan
dari analisis AHP karena setiap unsur strategi merupakan kumpulan usaha yang komprehensif untuk mencapai tujuan dalam rangka peningkatan pengelolaan
pulau-pulau kecil terluar di Sulawesi Utara. Unsur strategi yang sama dari kelima rancangbangun digabungkan
sehingga menghasilkan 9 unsur strategi yang menjadi faktor dalam menganalisis alternatif skenario. Berdasarkan pendapat pakar, prediksi kejadian di masa depan
untuk kurun waktu 5 – 10 tahun dapat dilihat pada Tabel 19
Tabel 19 Analisis skenario
FAKTOR SKENARIO
1A 1B
1C
Penetapan Batas wilayah yang
disepakati Indonesia dan Filipina
Penetapan batas wilayah justru akan
merugikan Indonesia Penetapan batas
wilayah masih berbelit-belit dan
tidak menghasilkan sebuah kesepakatan
Batas Wilayah laut antara Indonesia
dan Filipina menjadi semakin
jelas dan menghasilkan
kesepakatan yang win-win solution
2A 2B
Kerjasama bilateral dan Internasional
Tetap dan kurang memiliki pengaruh
dalam memperkuat posisi geografis
Indonesia
Semakin berkembang dan
memiliki pengaruh yang signifikan
dalam memperkuat posisi geografis
Indonesia
182 3A
3B 3C
Program Pengelolaan SDA dan jasa
lingkungan kelautan Pelaksanaan program
kurang mendukung kelestarian sumber
daya alam Pelaksanaan
program tetap atau statis
Pelaksanaan program berjalan
efektif dan efisien 4A
4B Sinergi kelembagaan
Tetap dalam arti masih adanya
tumpang tindih wewenang dan antar
lembaga kurang bersinergi dalam
mencapai tujuan
Semakin kuat dan efektif dalam
menjalankan masing-masing
perannya
5A 5B
5C Sistem pendanaan
Semakin lemah karena tidak adanya
keseriusan dalam pengontrolan dana
Tetap
Semakin kuat
6A 6B
6C Hukum dan Peraturan
Pengelolaan Gagal karena
kesadaran hukum masih rendah
Tetap Mendukung dalam
penyelenggaraan pengelolaan
7A 7B
Penataan ruang wilayah
Tetap
Mendukung dalam penyelenggaraan
pengelolaan 8A
8B 8C
Sarana dan Prasarana Wilayah
Memberikan dampak negatif terhadap
aspek sosial dan ekonomi masyarakat
karena ketidakbijakan dalam
pemanfaatan sarana dan prasarana
tersebut Tetap dalam arti
tidak berpengaruh
Semakin meningkatkan
aksesbilitas yang memberikan
dampak positif terhadap aspek
sosial dan ekonomi masyarakat
9A 9B
9C Keterpaduan antar
stakeholder Semakin buruk
karena tidak adanya prinsip keterbukaan
dan tingkat kepercayaan
masyarakat yang rendah terhadap
pemerintah Tetap
Semakin terpadu karena adanya
prinsip keterbukaan dan
peran serta antar stake holder dalam
pengelolaan
183
Berdasarkan alternatif kejadian pada masing-masing faktor, responden pakar menyusun alternatif skenario yang mungkin terjadi dalam kurun waktu 5
tahun kaitannya dengan penyusunan dasar rekomendasi yang harus dilakukan. Alternatif skenario yang mungkin terjadi terhadap peningkatan
pengelolaan pulau-pulau kecil terluar di Sulawesi Utara. Tabel 20 Alternatif skenario
No Skenario
Uraian Keadaan 1
Sangat Optimistik Penyusunan Rancangbangun hukum di
wilayah perbatasan negara dan penetapan batas negara termasuk ZEE
2 Cukup Optimisrtik
Penyusunan Rancangbangun hukum dan menyelesaikan perundingan bilateral batas
negara dan ZEE 3
Optimistik dengan syarat pertama Penyelesaian Perundingan Bilateral
mengenai Batas Negara dan Nota kesepakatan ZEE
4 Optimistik dengan syarat kedua
Perundingan Bilateral penetapan ZEE 5
Pesimistik Penyelesaian Mahkamah Internasional
Dari kriteiafaktor-faktor penunjang, setelah di masukan dalam suatu program computer maka dapat di lihat melalui Tabel 17, faktor hukum memiliki
nilai yang lebih tinggi 0.289 dibandingkan dengan ke-3 faktor lain yaitu sumber daya alam 0.255, kelembagaan 0.231, pendanaan 0.144 dan sosial ekonomi
0.081. dengan angka rasio inkonsistensi dari para expert adalah 0.08, rasio ini dianggap masih dalam batas toleransi karena angka inkonsistensi harus dibawah
angka 0.1. Bertitik tolak dari hasil kuisioner yang dijalankan dalam penelitian ini
maka dapat dilihat hasilnya yang sudah dimasukan dalam program expert choice 2000. Sebagai contoh dapat di jelaskan dengan mengambil responden dari pihak
Kementerian Luar Negeri RI Tabel 21 dan Tabel 22 Sosial Ekonomi.
184
Tabel 21 Hasil kuesioner responden
Tabel 22 Sosial ekonomi
Dengan kriteria sosial ekonomi berdasarkan alternatif rancangbangun produk hukum menurut pemerintah, akademisi, strategi perwilayahan, penataan
batas wilayah dan budaya lokal, setalah diisii nilai yang didapat dari para expert dan dengan mengkalkulsikan angka-angka yang ada dalam matrik maka di dapat :
berdasarkan kriteria sumber daya alam, nilai terbesar yang didapat adalah rancangbangun hukum menurut pemerintah 0.232, diikuti rancangbangun
hukum menurut strategy perwilayahan 0.223, rancangbangun menurut penataan batas wilayah 0.200, rancangbangun hukum menurut akademisi 0.193 dan
rancangbangun hukum menurut budaya dengan nilai yang terkecil 0.154. Untuk rasio inkonsistensi adalah 0.04.
Gambar 24 Hasil analisis faktor sosial ekonomi
185
Secara total, hasil kuisioner dari semua expert yang sudah dimasukan dalam expert choice 2000 dapat dilihat dalam Table 23
Tabel 23 Hasil analisis AHP total
No
PAKAR RESPONDEN
KRITERIA RANCANG HUKUM MENURUT
INSKON SISTENS
I PEME
RINTA H
AKAD EMISI
STRATEGI PERWILAY
AHAN PENATAA
N BATAS WILAYAH
BUD AYA
LOK AL
1 KEMENTERI
AN LUAR NEGERI
SUMBER DAYA
ALAM 0.206
0.204 0.263
0.225 0.103
SOSIAL EKONOMI
0.232 0.193
0.223 0.200
0.152 PENDANAA
N 0.193
0.168 0.221
0.292 0.127
HUKUM 0.198
0.190 0.190
0.232 0.175
KELEMBAG AAN
0.226 0.193
0.203 0.25
0.127
2 KEMENTERI
AN DALAM NEGERI
SUMBER DAYA
ALAM 0.207
0.206 0.245
0.23 0.112
SOSIAL EKONOMI
0.254 0.189
0.227 0.212
0.117 PENDANAA
N 0.246
0.169 0.232
0.224 0.179
HUKUM 0.282
0.141 0.272
0.190 0.107
KELEMBAG AAN
0.231 0.170
0.172 0.224
0.203
3 KEMENTERI
AN KELAUTAN
DAN PERIKANAN
SUMBER DAYA
ALAM 0.222
0.201 0.203
0.211 0.164
SOSIAL EKONOMI
0.234 0.193
0.215 0.229
0.13 PENDANAA
N 0.256
0.122 0.230
0.223 0.168
HUKUM 0.225
0.194 0.200
0.225 0.149
KELEMBAG AAN
0.258 0.193
0.202 0.208
0.139
4 KEMENTERI
AN PEKERJAAN
UMUM SUMBER
DAYA ALAM
0.226 0.147
0.223 0.242
0.162 SOSIAL
EKONOMI 0.195
0.119 0.210
0.270 0.191
PENDANAA N
0.217 0.134
0.146 0.261
0.243 HUKUM
0.233 0.189
0.189 0.228
0.161 KELEMBAG
AAN 0.265
0.163 0.164
0.252 0.159
5 TNI AL
SUMBER DAYA
ALAM 0.151
0.167 0.257
0.254 0.172
SOSIAL EKONOMI
0.234 0.174
0.194 0.205
0.194 PENDANAA
N 0.250
0.194 0.219
0.219 0.110
HUKUM 0.197
0.197 0.227
0.227 0.152
KELEMBAG AAN
0.172 0.169
0.228 0.261
0.169
186
6 DPR - RI
SUMBER DAYA
ALAM 0.190
0.175 0.190
0.232 0.198
SOSIAL EKONOMI
0.229 0.173
0.195 0.229
0.173 PENDANAA
N 0.222
0.157 0.194
0.283 0.145
HUKUM 0.189
0.196 0.233
0.233 0.149
KELEMBAG AAN
0.229 0.173
0.195 0.229
0.173
7 DPRD
SULUT SUMBER
DAYA ALAM
0.221 0.186
0.206 0.201
0.185 SOSIAL
EKONOMI 0.174
0.194 0.205
0.234 0.194
PENDANAA N
0.224 0.198
0.224 0.224
0.131 HUKUM
0.219 0.219
0.219 0.240
0.102 KELEMBAG
AAN 0.246
0.107 0.222
0.257 0.169
8
PEMERINTAH INDONESIA
SUMBER DAYA
ALAM 0.229
0.173 0.195
0.229 0.173
SOSIAL EKONOMI
0.210 0.171
0.252 0.241
0.118 PENDANAA
N 0.258
0.101 0.178
0.247 0.137
HUKUM 0.252
0.14 0.223
0.252 0.126
KELEMBAG AAN
0.186 0.199
0.191 0.257
0.167
9
PEMERINTAH FILIPINA
SUMBER DAYA
ALAM 0.247
0.160 0.255
0.212 0.117
SOSIAL EKONOMI
0.165 0.170
0.202 0.259
0.203 PENDANAA
N 0.232
0.152 0.233
0.193 0.200
HUKUM 0.229
0.190 0.207
0.203 0.171
KELEMBAG AAN
0.221 0.185
0.206 0.201
0.186
10
PEMERINTAH SULAWESI
UTARA
SUMBER DAYA
ALAM 0.224
0.160 0.302
0.187 0.127
SOSIAL EKONOMI
0.193 0.155
0.163 0.297
0.193 PENDANAA
N 0.259
0.149 0.196
0.225 0.171
HUKUM 0.21
0.109 0.252
0.252 0.169
KELEMBAG AAN
0.253 0.149
0.199 0.231
0.168
11
PEMERINTAH KAB.
KEPULAUAN SANGIHE
SUMBER DAYA
ALAM 0.167
0.148 0.295
0.195 0.295
SOSIAL EKONOMI
0.211 0.105
0.160 0.340
0.176 PENDANAA
N 0.219
0.184 0.197
0.202 0.176
HUKUM 0.255
0.177 0.22
0.225 0.253
KELEMBAG AAN
0.194 0.194
0.161 0.257
0.194
187
12
PEMERINTAH KAB.
KEPULAUAN TALAUD
SUMBER DAYA
ALAM 0.226
0.192 0.182
0.226 0.174
SOSIAL EKONOMI
0.189 0.189
0.233 0.228
0.161 PENDANAA
N 0.221
0.186 0.201
0.206 0.185
HUKUM 0.250
0.162 0.216
0.227 0.138
KELEMBAG AAN
0.219 0.186
0.168 0.320
0.107
13 AKADEMISI
SUMBER DAYA
ALAM 0.187
0.286 0.221
0.160 0.146
SOSIAL EKONOMI
0.225 0.255
0.220 0.177
0.153 PENDANAA
N 0230
0.236 0.192
0.192 0.150
HUKUM 0.226
0.226 0.156
0.229 0.160
KELEMBAG AAN
0.225 0.225
0.194 0.208
0.149
14 INVESTOR
SUMBER DAYA
ALAM 0.194
0.174 0.205
0.234 0.194
SOSIAL EKONOMI
0.188 0.188
0.208 0.208
0.208 PENDANAA
N 0.167
0.167 0.200
0.205 0.261
HUKUM 0.217
0.166 0.206
0.206 0.206
KELEMBAG AAN
0.169 0.298
0.232 0.235
0.166
15
TOKOH ADAT MASYARAKAT
SUMBER DAYA
ALAM 0.232
0.198 0.175
0.198 0.198
SOSIAL EKONOMI
0.183 0.195
0.209 0.162
0.232 PENDANAA
N 0,216
0.121 0.24
0.288 0.134
HUKUM 0.229
0.203 0.190
0,207 0.171
KELEMBAG AAN
0.186 0.164
0.204 0.211
0.235
Dalam Table 23 di atas terlihat bahwa Rancangbangun Hukum menurut Pemerintah dan Penataaan Batas Wilayah merupakan pilihan mayoritas dari
sejumlah expert yang di minta pendapatnya, dengan kriteria hukum dan sumber daya alam merupakan kriteria dominan dalam pengambilan keputusan untuk
menunjang pencapaian tujuan untuk merancang suatu Rancangbangun Hukum Pulau-Pulau Terluar di wilayah perbatasan Indonesia bagian Utara.
5.30 Sintesis