223
perlu diperhitungkan. Kriteria ini mengakomodasikan faktor pentingnya pemenuhan kepentingan psikologis pentingnya hubungan antar manusia.
4 Kemampuan mencegah konflik kambuhan Recurrence Salah satu faktor penting untuk dipertimbangkan dalam menetapkan salah
satu pendekatan power, right, dan interes adalah seberapa jauh pendekatan tersebut mampu untuk mencegah konfliksengketa kambuhan muncul
kembali walaupun kesepakatan telah dicapai. Sengketa dapat muncul kembali andaikata kesepakatan yang dihasilkan merupakan kesepakatan
semu, atau kesepakatan belum mampu mencerminkan kepentingankebutuhan para pihak secara seimbang. Semakin besar kemampuan kesepakatan untuk
mengakomodasikan kepentingan dan kebutuhan pihak yang bersiteru, semakin kokoh kesepakatan tersebut bertahan dan dapat secara konsisten
dilaksanakan.
Untuk membangun sistem penyelesaian sengketa yang efektif dalam suatu sistem hukum maka pendekatan power right dan interest hendaknya diletakkan
dalam posisi prisma normal, kebalikan dengan suatu kondisi dimana pendayagunaan ketiga kepentingan dalam proporsi seperti digambarkan dalam
bentuk prisma terbalik. Pendekatan sengketa seperti tergambar dalam prisma terbalik
merupakan kondisi
yang digambarkan
sangat menegangkan
distressed —sedangkan prisma normal digambarkan sebagai sistem penyelesaian
sengketa yang efektif.
5.51 Mekanisme pentaatan dan penegakan hukum
Mengembangkan konsep penegakan hukum dan penaatan enforcement and compliance dalam Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 Tentang
Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil, serta dalam Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2008 Tentang Wilayah Negara, terlebih dahulu menelusuri
faktor penyebab kegagalan hukum dan penegakan hukum dalam konteks pengelolaan sumberdaya alam, termasuk pengelolaan wilayah pesisir dan batas
negara. Pengidentifikasian faktor penyebab memudahkan untuk mengembangkan berbagai pilihan solusi. Berbagai solusi tersebut diharapkan dapat diwadahi dan
224
difasilitasi dalam norma peraturan perundang-undangan yang berhubungan Undang-Undang yang berhubungan dengan pengelolaan pulau-pulau kecil di
perbatasan negara. Beberapa penyebab kegagalan hukum dan penegakan hukum dapat
diidentifikasi sebagai berikut : 1 Kehendak politik penyelenggaraan negara eksekutif dan legislatif yang
belum menganggap penting pengintegrasian pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan dan berbasiskan kepentingan rakyat banyak
ecologically sustainable development – ESD ke dalam pengambilan
keputusan atas pengelolaan sumber daya publik termasuk di dalamnya pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil;
2 Peraturan perundang-undangan sektoral tidak selamanya sinkron dengan
prinsip-prinsip ESD yang terangkum dalam konsep pengelolaan pulau- pulau kecil di wilayah pesisir secara terpadu;
3 Kondisi penyelenggara negara governance sangat buruk bad governance termasuk peradilan yang belum mampu menjalankan
peranannya sebagai rumah keadilan bagi pencari keadilan masyarakat; 4 Kapasitas penegak hukum sangat tidak memadai
– kuantitas, kualitas maupun integritas di tingkat pengawasinspektur, penyidikPPNS maupun
polisi, jaksapenuntut maupun hakimpemutus; 5 Tekanan masyarakat civil society dalam mendorong tingkat penaatan
belum memadai. 6 Orientasi penegakan hukum kuratif setelah masalah muncul dan
menimbulkan kerugian masyarakat dan perusakan lingkungan dan pendekatan Command and Control atur dan awasi masih sangat
dominan;
Berbagai penyebab tersebut di atas maka pengenalan konsep penegakan hukum konvensional penegakan hukum administratif, perdata dan pidana
sebagaimana dianut oleh mayoritas peraturan perundang-undangan, dapat menjadi sangat kontra produktif. Agar efektif, penegakan hukum konvensional
225
yang lebih dikenal dengan pendekatan Command and Control CAC atau : atur dan awasi ADA memiliki berbagai prasyarat, yang belum kita miliki:
1 Kemampuan pemerintah untuk mendeteksi adanya pelanggaran; 2 Kemampuan pemerintah untuk menanggapi pelanggaran dengan cepat dan
pasti swift sure responses; 3 Kemampuan aparat penegak hukum terutama pengadilan dalam
memberikan sanksi yang dapat menimbulkan efek jera detterent effect.
Ketiga prasyaratan diatas, keberadaannya sangat ditentukan oleh kemampuan dan integritas aparatur pemerintah dan penegak hukum, serta
peradilan yang independen elemen-elemen ini, merupakan elemen penting dalam good governance. Sejalan dengan pembenahan aparatur pemerintah dan penegak
hukum dan lembaga peradilan yang kini sedang dilakukan, maka pemberlakuan pendekatan tunggal single approach yaitu pendekatan CAC atau ADA tidak
akan efektif dalam mencapai tujuan penegakan hukum di Indonesia yaitu kepatuhan menjalankan compliance nilai-nilai perlindungan daya dukung
sumber daya alam, khususnya pulau kecil di wilayah pesisir.
5.52 Mekanisme Sistem Kelembagaan