Prinsip partisipasi dan keterbukaan Prinsip kepastian hukum

213 sehingga kapasitas lingkungan dan fungsinya untuk memberikan manfaat bagi kehidupan manusia tidak rusak, dan berkelanjutan sehingga dapat digunakan diggunakan generasi yang akan datang. Secara garis besar konsep pembangunan berkelanjutan memiliki empat dimensi, yaitu: 1 ekologis, 2 sosial ekonomi budaya, 3 geofisik dan teknologi, dan 4 hukum dan kelembagaan. Sejalan dengan otonomi daerah, maka kewenangan pengelolaan pembangunan berkelanjutan pulau-pulau kecil terluar menjadi kewenangan pemerintah sesuai dengan Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 Pasal 23. Untuk tingkat daerah perlu diperhatikan kesiapan daerah dan kemampuan kelembagaannya untuk mengemban tanggung jawab dan kewenangan dalam mengelola pulau kecil dan sumberdaya pesisirnya. Namun disisi lain pengaturan pegelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil masih menjadi kewenangan pemerintah pusat berdasarkan peraturan perundang-undangan lainnya, sehingga diperlukan perundangan dan norma-norma hukum yang baru dapat mengatur pengelolaan pulau perbatasan dan keseimbangan kepentingan Pemerintah dan Daerah.

5.47.1 Prinsip partisipasi dan keterbukaan

Partisipasi dan keterbukaan secara demokrasi di dalam proses penyusunan peraturan perundang-undangan memberikan kesempatan kepada masyarakat luas untuk memahami bahwa perundang-undangan yang ditetapkan oleh Pemerintah pada dasarnya dibuat untuk kepentingan masyarakat; memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk berpartisipasi dalam menyampaikan aspirasi dan kepentiungannya untuk dapat dimuat di dalam naskah RUU, serta ikut berperan dalam melakukan pemantauan sekaligus pengendalian dalam pelaksanaan perundang-undangan tersebut. Partisipasi masyarakat dapat berkembang setelah adanya keterbukaan dari pihak yang memprakarsai, dalam hal ini Pemerintah. Keterbukaan Pemerintah menginformasikan draft rumusan-rumusan aturan, kebijakan dan rencana kegiatan sebelum ditetapkan oleh pihak yang berwenang merupakan kesempatan bagi masyarakat untuk berpartisipasi dalam menyampaikan pandangan, keberatan, serta usul perubahan ataupun gagasan lain yang berangkat dari aspirasi dan persepsi masyarakat. 214 Keterbukaan, memberikan kesempatan bagi masyarakat untuk menambah wawasan dan ikut dalam proses perumusan kebijakan dan pengambilan keputusan yang dilakukan Pemerintah. Sehingga kebijakan atau kegiatan tersebut dapat mengurangi potensi konflik pemanfaatan atau konflik yurisdiksi yang diakibatkan oleh kesalahan prosedur penetapan kebijakan. Sehingga konsultasi publik kepada stakeholder utama sejak proses perencanaan, pelaksanaan sampai tahap pengendalian sangat penting.

5.47.2 Prinsip kepastian hukum

Kepastian hukum dalam penerapan undang-undang merupakan prinsip utama dalam pelaksanaan undang-undang secara tegas dan konsisten. Hal ini dapat dilaksanakan jika dalam proses perumusannya, masyarakat yang menjadi objek hukum terlibat untuk memperkuat sistem pemerintahan yang bersih dan berwibawa. Dalam hal ini masyarakat perlu mengetahui proses perumusan perundang-undangan, misalnya bagaimana, kapan dan untuk apa undang-undang tersebut diterapkan. Mereka ikut memberikan masukan, tanggapan, dan keberatan tentang obyek pengaturan dan bagaimana pengaturan tersebut mempengaruhi kehidupan mereka. Proses ini harus dimulai sejak rumusan undang-undang dipersiapkan dari Naskah Akademiknya sampai disahkannya Rancangan Undang- undang tersebut di DPR. Untuk itu, isi dan lingkup pengaturan perundang- undangan tersebut harus dikonsultasikan, disosioalisasikan dan disebarluaskan sejak dini. Selanjutnya masyarakat diberi peran didalam mengawasi pelaksanaan undang-undang tersebut, sehingga norma hukum yang tertulis de jure dilaksnakan secara konsisten dan konsekuen de facto. Kepastian hukum sangat penting untuk melaksanakan sistem pemerintahan yang bersih dan berwibawa, serta terjaminnya rasa keadilan dan keamanan masyarakat. Adanya kepastian hukum bagi masyarakat akan mendorong iklim yang kondusif dimana masyarakat bersedia mengikuti dan mentaati hukum compliance, serta tidak ragu-ragu mempertahankannya jika pihak lain bertindak di luar jalur humum. Kepastian hukum juga membatasi intervensi dari pihak penguasa atau pejabat dalam mempengaruhi penerapan peraturan perundang- undangan. Sehingga masyarakat dan dunia usaha sebagai pelaku pembangunan di 215 wilayah pesisir perbatasan negara, mempunyai kepastian dan jaminan bahwa usaha dan investasinya dalam dapat dipertahankan dalam jangka panjang. Sementara bagi pemerintah daerah, kebijakan pemerintah yang konsisten mendukung pelaksanakan otonomi daerah secara penuh dan bertanggung jawab.

5.48 Obyek dan Ruang Lingkup Pengaturan